Modus Kawin Kontrak, Praktik Prostitusi di Puncak Bogor Terbongkar

Pecihitam.org – Belum lama ini praktik haram perdagangan manusia berkedok kawin kontrak di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, berhasil diungkap. Lantaran telah terbongkar, sejumlah turis Timur Tengah, terutama warga negara Arab meninggalkan Puncak.

Mereka memilih meninggalkan kawasan tersebut lantaran merasa takut dituduh terlibat menjadi pelaku kawin kontrak.

Menurut pengakuan seorang sopir yang kerap melayani wisatawan Timur Tengah, Suhendar, 41 tahun, mengatakan biasa tamunya berlibur sampai libur Tahun Baru usai.

“Padahal tiket pulangnya dia itu tanggal 5 Januari. Tapi tiba-tiba pulang,” kata sopir yang enggan disebutkan namanya itu, dikutip dari Tempo, Jumat, 27 Desember 2019.

Praktik kawin kontrak di wilayahnya yang dikenal dengan sebutan Kampung Arab, kata Suhendar, nyaris sudah tidak pernah ada lagi pasca penggerebekan kawin kontrak sekitar 2012 hingga 2015.

Baca Juga:  Naudzubillah, Karena Benci Tawassul, Kitab Nahwu pun Diubah Oleh Wahabi

Kala itu, kata dia, banyak para pelaku kabur ke daerahnya masing-masing, diantaranta Cianjur, Cipanas dan Sukabumi.

Suhendar bahkan mengatakan turis Arab yang sering berkunjung pernah menanyakan sepinya perempuan yang biasa hilir mudik dengan orang sebangsanya.

“Saya jawab, tidak boleh dan sudah ditertibkan. Kalau mau nikah (yang) bener,” ujarnya.

Sebelumnya, pemberitaan kawin kontrak mencuat kembali sejak jajaran Polres Bogor meringkus empat tersangka muncikari.

Selain meringkus 4 mucikari, polisi turut mengamankan enam korban dan satu orang pengantin WNA pada 23 Desember lalu.

Suhendar mengaku tahu hal tersebut. Namun ia menampik jika penangkapan itu terjadi di wilayahnya.

Menurut Suhendar, praktik kawin kontrak kini bergeser bukan lagi di Kampung Arab, tapi lebih banyak ke perkampungan yang menjadi lokasi para Imigran tinggal dengan mengontrak.

Baca Juga:  Heboh Maraknya Kawin Kontrak, Bupati Bogor Intruksikan Tangkap Pelaku yang Masih Berkeliaran

“Nah kalau imigran iya, itu ada di Ciburial, Kopo dan Megamendung. Mereka (Imigran) enggak jelas karena tidak mengisi penampungan, tapi ngontrak di rumah warga hingga tahunan,” ujarnya.

Kendati praktik kawin kontrak di wilayah tersebut sudah jarang ditemui, namun menurut Suhendar geliat prostitusi di Puncak tetap masih banyak.

“Masih banyak wisatawan yang mencari perempuan tuna susila atau PSK. Para pria hidung belang itu biasanya membawa PSK menginap di villa di Puncak tau membawa mereka ke Bogor,” kata dia.

“Saya pernah di-carter sama wanita muda, ternyata dia mahasiswi di universitas ternama di Bogor,” ungkapnya sambil mengatakan beberapa PSK juga berasal dari desa yang disebut Kampung Janda berusia 20 hingga 30 tahun.

Baca Juga:  Hukum Nikah Mut'ah Menurut Kesepakatan Para Ulama
Muhammad Fahri