Narasi Kebencian Salafi dan Wahabi Kepada Ahlul Bait

Narasi Kebencian Salafi dan Wahabi Kepada Ahlul Bait

PeciHitam.org – Rasulullah SAW memiliki keturunan yang masih eksis hingga saat ini dan orang Nusantara lebih akrab mengenalnya dengan sebutan Habib, Syarif, Syarifah, atau Sayyid.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Keturunan Nabi SAW berasal dari Sayyidah Fathimah yang  menikah dengan Ali bin Abi Thalib RA. Hanya dari garis inilah Rasulullah SAW menurunkan dzurriyah hingga saat ini.

Hasan dan Husein adalah cucu Rasulullah SAW yang dalam riwayat sangat dicintai Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi ternyata golongan salafi wahabi yang  berembrio dari pemahaman Ibnu Taimiyah tercatat pernah mengeluarkan statement kurang pantas kepada ahlu bait.

Sebagai paham yang berembrio dari Ibnu Taimiyah, salafi wahabi tentu sedikit banyak mewarisi pemahaman kepada Guru Besarnya tersebut. Maka tidak heran belakangan salafi wahabi kurang simpati dengan para Habaib di Nusantara. Berikut ulasannya!

Keterkaitan Salafi Wahabi dengan Ibnu Taimiyah

Hubungan gerakan paham salafi wahabi khususnya di Nusantara dengan pemikiran Ibnu Taimiyah tidak dapat dipisahkan. Pemikiran Ibnu Taimiyah memberikan ruang pembenaran kepada golongan salafi wahabi untuk menuduh, mensyirikan, dan membid’ahkan banyak amaliah Muslim di Nusantara. Ulasan deskripsi profil Ibnu Taimiyah baik dalam bentuk tulisan maupun video banyak beredar di Internet.

Baca Juga:  Hati-Hati!! Kitab Riyadush Sholihin Disusupi Pemahaman Wahabi, Ini Buktinya

Karena memang pemikiran Ibnu Taimiyah menjadi rujukan Muhammad bin Abdul Wahab, pencetus gerakan ‘pemurnian Islam’ ala beliau sendiri yang kemudian terkenal dengan wahabiyah.

Sedangkan nama salafi menjadi pilihan selanjutnya gerakan wahabi sebagai jubah baru karena nama lama terkesan ‘kurang menarik’.

Penelusuran literasi golongan salafi wahabi yangmana mereka memiliki jargon kembali ke Al-Qur’an secara langsung ternyata hanya menjadi jargon belaka.

Salafi wahabi dengan sangat telanjang selalu merujuk kepada pendapat Ibnu Taimiyah dan Muridnya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah. Bahkan dalam menolak amaliah Maulid Nabi dan dianggap bid’ah oleh salafi wahabi menggunakan pemikiran Ibnu Taimiyah,

فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضى له وعدم المانع منه ولو كان هذا خيرا محضا أو راجحا لكان السلف رضي الله عنهم أحق به منا فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله

Artinya; Padahal perlu diketahui bahwa para ulama telah berselisih pendapat mengenai tanggal kelahiran beliau. Apalagi merayakan maulid sama sekali tidak pernah dilakukan oleh para salaf. Padahal ada faktor pendorong (untuk memuliakan Nabi) dan tidak ada faktor penghalang di kala itu. Seandainya merayakan maulid terdapat maslahat murni, maka para salaf tentu lebih pantas melakukannya daripada kita. Karena sudah kita ketahui bahwa mereka adalah orang yang paling mencintai dan mengagungkan Rasulullah SAW daripada kita.

Mayoritas tuduhan bid’ah, syirik dan sesat yang lontarkan oleh salafi wahabi berlandaskan dalil dari Ibnu Taimiyah. Baik Tahlilan, Ziarah, Yasinan, Maulidan, Istighasah dan amaliah-amaliah lain yang diklaim mengandung unsur bid’ah, syririk, dan sesat.

Baca Juga:  Kesamaan Pentasybihan Allah yang Dilakukan Oleh Wahabi dengan Yahudi

Wahabi Salafi dan Ahlu Bait

Salah satu tokoh Ulama salafi wahabi yang ada di Nusantara adalah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas yang  merupakan murid langsung Syaikh Utsaimin, Mufti Besar Salafi Wahabi.

Maka pemikiran Ustadz Yazid Jawwas sangat mirip dengan gurunya tersebut, termasuk mirip dengan pemikiran Ibnu Taimiyah.

Sama halnya kesamaan pemikiran Ustadz Yazid Jawwas dengan gurunya, maka pemikiran Ibnu Taimiyah yang dalam beberapa literasi memiliki argumen kurang suka dengan Ahlu Bait diadopsi oleh Ustadz Yazid.

Pernyataan beliau yang banyak ditemukan di Platform Digital menunjukan bahwa Ustadz Yazid Jawwas tidak memandangan Ahlu Bait sebagai panutan.

Bahkan beliau banyak menyebut Habaib, ahlu bait dalam narasi ceramahnya terjebak dalam kubangan perbuatan bid’ah,gila kehormatan, dan penyembah kuburan.

Baca Juga:  Berdebat dengan Aswaja, Salafi Wahabi Memelintir Qoul Imam Syafi’i

Kiranya pemikiran Yazid Jawwas sama dengan pernyataan Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Syaikh Idahram;

من دعا علي بن طالب,فقد كفر,و من شك فى كفره,فقد كفر

Artinya; Siapa saja yang memanggil-manggil Ali Ibn Abi Thalib maka dia benar-benar kafir, dan siapa saja yang ragu untuk mengkafirkannya maka dia juga telah kafir

Tentunya pandangan orang Sunni tidak se-ekstrim pandangan Ibnu Taimiyah yang diikuti oleh orang salafi wahabi. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq