Menutup 4 Celah Penyebaran Paham Wahabi di Indonesia

penyebaran paham wahabi

Pecihitam.org – Saat ini dakwah dan pergerakan Wahabi sangat cepat menjamur di Indonesia. Hal ini tidak lain karena mereka memanfaatkan celah terbuka yang sempat tidak digunakan oleh pemikiran Ahlussunnah wal Jama’ah. Berikut adalah celah-celah yang dimanfaatkan Wahabi untuk meyebarkan paham mereka yang tentunya harus kita tutup atau minimal harus kita saingi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

1. Media Informasi Digital

Celah pertama, adalah kanal informasi seperti media sosial, Website, youtube maupun media digital lainnya. Dengan suport dana dan sumberdaya yang ada, kita akui mereka sangat unggul serta memanfaatkannya dengan baik celah tersebut untuk menyusupkan dan menyebarkan paham Wahabi kepada umat Islam.

Dengan demikian salah satu cara yang paling efektif untuk membendung arus pergerakan Wahabi ini berarti kita harus mengalahkan mereka dalam celah-celah yang sama.

Ini juga alarm bagi para ahli ilmu agama dan anak-anak muda terutama santri untuk lebih berpartisipasi dan tampil lebih serius menyebarkan pemikiran Ahlussunnah wal Jamaah melalui media, baik bersifat tulisan, gambar atau video.

2. Media Karya Tulis dan Buku

Celah kedua, yang dimanfaatkan oleh para ustadz wahabi adalah media-media cetak seperti buku dan kitab. Harus disadari bahwa sekarang ini akses untuk menemukan buku-buku Wahabi jauh lebih mudah karena sangat banyak ada dimana-mana. Hal ini karena mereka tidak tanggung-tanggung dengan mendirikan lembaga dan percetakan sendiri bahkan membeli perusahaan percetakan yang sudah terkenal jika perlu.

Baca Juga:  Kisah Santri Aswaja Kalah Saat Adu Dalil Dengan Wahabi

Ada banyak percetakan buku di Indonesia yang berafisiliasi pada wahabi, sehingga banyak buku maupun kitab-kitab yang ditulis oleh tokoh-tokohnya beredar. Buku-buku merekaa dicetak dengan tampilan yang menarik dan dipasarkan dengan baik pula.

Oleh karena itu sudah saatnya karya tulis baik buku maupun kitab dari ulama dan pemikir Ahlussunah wal Jamaah, diproduksi dengan kualitas yang lebih baik dan pemasarannya digenjot secara maksimal agar dapat menyaingi peredaran buku-buku Wahabi.

Kita wajib sadar bahwa buku adalah media yang berpengaruh sangat besar di masyarakat, khususnya di kalangan perkotaan, mahasiswa dan para pelajar.

Wahabi juga melakukan transfer pemikiran para ulama-ulama besar Wahabi ke tengah masyarakat dengan melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya tulis ulama mereka. Ada banyak karya tulis ulama seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim atau tokoh-tokoh kontemporer seperti Ibn ‘Utsaimin, Ibn Baz, dan al-Albani yang telah diterjemahkan dengan baik kedalam bahsa Indonesia, dicetak dan diedarkan secara luas.

Disisi lain banyak karya tulis ulama besar Aswaja seperti Abu Hasan al Asyari, Imam Ghazali, empat Imam Madzhab atau ulama kontemporer seperti Syaikh Ramadhan al-Buthi, al-Sya’rawy, Nuruddin ‘Itr dan sebagainya bahkan belum pernah diterjemahkan. Atau ada yang sudah diterjemahkan namun tidak dimaksimalkan dengan baik.

Baca Juga:  Pembajakan Makna Salaf Oleh Wahabi (Bag II)

Sehingga tidak heran jika banyak pemikir Ahlussunnah wal Jamaah yang justru jarang dikenal oleh umat Islam di Indonesia terutama kalangan awam. Sedangkan pada saat yang sama justru nama ulama-ulama besar salafi wahabi dari Saudi jauh lebih populer dan akrab didengar.

Hal ini bisa dibuktikan dengan lebih banyaknya para mahasiswa yang lebih kenal dengan Ibnu Taimiyah, al Albani, Syaikh Utsaimin dan lainnya daripada Imam Nawawi, Jalaludin Suyuthi, al Bajuri dll.

3. Argumentasi Dalil

Celah ketiga yang dimanfaatkan Wahabi adalah mudahnya masyarakat awam mengakses dalil untuk setiap hal dan permasalahan. Mereka memanfaatkan hafalan Alquran dan Hadis untuk memperkuat argumentasi mereka, bahkan menuduh tidak berdalil bagi pemikiran yang berbeda.

Hal ini perlu diantisipasi dengan baik. Sebetulnya di kalangan Ahlussunnah tidak kekurangan para penghafal Alquran dan hadis, bahkan banyak yang hafal kitab-kitab salaf. Hanya saja masih sedikit yang mau tampil menyuarakan dakwahnya. Sehingga kita selalu tertinggal dan menjadi santapan empuk corong-corong wahabi tersebut.

4. Memonopoli Istilah Agama

Celah terakhir yang dimanfaatkan oleh Wahabi adalah mereka memonopoli beberapa term istilah primer agama Islam dalam setiap kesempatan. Contohnya seperti istilah semacam sunnah, salaf, manhaj salafussalih dan sebagainya.

Baca Juga:  Keperkasaan NU Hadapi Radikalisme dan Wahabi di Indonesia

Hal ini secara tidak langsung memberikan kesan bahwa hanya mereka lah yang identik dengan istilah-istilah tersebut. Ini sekaligus mengecoh orang-orang awam yang minim pengetahuan.

Maka ada baiknya, kita mulai menggunakan strategi komunikasi tertentu untuk meluruskan istilah-istilah tersebut agar tidak dimonopoli dan diklaim sepihak oleh mereka.

Oleh sebab itu, sebagai generasi penerus pemikiran Ahlussunnah wal Jamaah mulai saat ini mari lebih semangat membela pemikiran ini bukan hanya sebatas kata-kata, melainkan diwujudkan dengan aksi-aksi nyata. Mulai dari pemanfaatan media, produksi, penyebaran dan pemasaran tulisan, penerjemahan dan lain sebagainya.

Tujuannya adalah mematahkan dominasi mereka baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dengan demikian perlahan kita mengambil alih kembali dominasi Aswaja dan menunjukkan wajah islam yang Rahmatan lil ‘alamin.

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik