Pesan Perdamaian Lintas Iman dalam Piagam Madinah

Pesan Perdamaian Lintas Iman dalam Piagam Madinah

PeciHitam.org – Isu paling seksi yang selalu menjadi langganan untuk dimainkan ketika hajatan politik 5 tahunan di Indonesia adalah Agama. Banyak masyarakat di Nusantara yang masih mempertimbangkan referensi agama berbeda sebagai faktor utama dalam menentukan pilihan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tidak ada masalah dalam kerangka pemilihan berbeda dengan preferensi agama yang berbeda, namun memaikan Isu lintas agama sangat berpotensi menimbulkan friksi dan gesekan.

Tentunya Islam (terutama Ormas NU) sangat menentang penggunanaan Isu SARA (Suku, Agama dan Rasial) karena berpotensi memecah belah persatuan bangsa dan Negara.

Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa Isu SARA harus dijauhkan dari kepentingan Politik Praktis, sebagai salah usaha menghindari perpecahan Bangsa.

Pun Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah mencontohkan pesan-pesan perdamaian Lintas Iman sebagai solusi mempersatukan ‘komunitas’ Masyarakat Majemuk. Kiranya Indonesia harus mengarus utamakan pesan Perdamaian Lintas Iman sebagai solusi kemajemukan Bangsa dan Negara.

Hijrah Nabi dan Kemajemukan Madinah

Dakwah Islam di Makkah mendapat sambutan yang kurang baik, dan Nabi Muhammad SAW hanya mendapatkan Sahabat dengan Kualitas Iman tinggi namun Kuantitas kecil. Allah SAW mempersilahkan Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Yatsrib (Madinah al-Munawwarah) setelah peristiwa Bai’at Aqabah pertama dan kedua.

Di Madinah Nabi SAW menemui masyarakat yang majemuk, plural terdiri dari orang Islam (Anshar, Suku Aus dan Kahdraj) dan Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Banu Quraidhah).

Baca Juga:  Mengapa Nabi Muhammad Menyebut Hari Sabtu Penuh dengan Tipu Daya?

Sikap yang diambil Nabi SAW ketika menghadapi orang Madinah dan sekitarnya yang majemuk tidak serta merta menjunjung Mayoritas (Islam) menggilas Minoritas (Yahudi).

Namun beliau mengakomodir dan memikirkan mereka dengan sangat Bijaksana dalam sebuah Pakta Perjanjian yang kita kenal dengan Shahifah Madinah atau Piagam Madinah.

Nabi SAW mencontohkan pola relasi antar Muslim dan Non-Muslim dengan sempurna sebagai acuan Muslim dalam membangun sebuah komunitas masyarakat Madani. Poin dalam Piagam Madinah sangat kental dengan unsur ukhuwah Wathaniyah, dengan penopang Utamanya adalah Keadilan bagi semuanya.

Pesan perdamaian lintas Iman dan hidup bersama berdampingan dengan damai sangat kentara dalam Piagam Madinah. Nabi SAW menggariskan sebuah konsep perdamaian lintas Iman dengan redaksi;

وَإِنَّ يَهُودَ بَنِي عَوْفٍ أُمَّةٌ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ، لِلْيَهُودِ دِينُهُمْ، وَلِلْمُسْلِمِينَ دِينُهُمْ، مَوَالِيهِمْ وَأَنْفُسُهُمْ، إِلَّا مَنْ ظَلَمَ وَأَثِمَ، فَإِنَّهُ لَا يُوْتِغُ إِلَّا نَفْسَهُ، وَأَهْلَ بَيْتِهِ إنَّهُمْ أُمَّةٌ وَاحِدَةٌ مِنْ دُونِ النَّاسِ

Artinya; “Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum Muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri. Kecuali bagi yang dzalim dan jahat, maka hal demikian akan merusak diri dan keluarganya, Sesungguhnya mereka adalah umat yang satu, bukan dari komunitas yang lain”

Musuh utama dalam Piagam Madinah adalah mereka yang berbuat dzalim dan jahat serta berkhianat kepada kesepakatan bersama. Garisnya adalah ‘إِلَّا مَنْ ظَلَمَ’ menempatkan musuh adalah orang dzalim dan ‘وَأَثِمَ’ menempatkan orang Jahat harus menjadi musuh bersama.

Baca Juga:  Nilai-nilai Pancasila dalam Islam Sebagai Falsafah Bangsa Indonesia

Diksi Perdamaian Lintas Iman

Mempelajari kearifan dan ketinggian pemikiran Nabi Muhammad SAW sangat mencukupi menjadi acuan dalam membangun masyarakat yang adil dan damai. Ketika era modern mengidamkan perdamaian lintas Iman atau agama, Nabi Muhammad SAW sudah mencontohkan 14 abad lampau. Diksi pembukaan Piagam Madinah sudah sangat kental aroma perdamaian antar Iman yang harus ditiru oleh umat manusia sekarang. Diksinya adalah,

هذا كتاب من محمد النبي صلىی الله عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم فلحق بهم وجاهد معهم

انهم امة واحدة من دون الناس

وانه من تبعنا من يهود فان له النصر والاسوة غير مظلومين ولا متناصر عليهم

Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka

Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain

Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya

Perdamaian lintas Iman adalah sebuah sunnah dan strategi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika membangun komunitas masyarakat plural  Madinah.

Baca Juga:  Begini Para Sahabat Nabi Bangun Kerukunan Meski Beda Pendapat

Langkah menstabilisasi Madinah berhasil dan kemudian menjadi basis perjuangan dakwah Islam. Bahwa ikhtiar Muhammad SAW menstabilkan Madinah adalah sebuah arahan Allah SWT.

Kiranya bisa menjadi acuan umat sekarang, jika ingin mendakwahkan Islam dengan aman tentram harus bisa melakukan nilai-nilai Piagam Madinah dalam membangun perdamaian Linta Iman. Kiranya NU harus tampil menjadi pioneer dalam melakukan hal tersebut. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq