Presiden Erdogan Ancam Bakal Serang Pasukan Suriah, Rusia Ikut Bereaksi

Pecihitam.org – Operasi militer terhadap Pasukan Arab Suriah (SAA) di Provinsi Idlib bakal dilancarkan pasukan Turki. Menanggapi ancaman tersebut, Rusia pun memberi peringatan kepada Turki.

Kabar terkait operasi militer terhadap Suriah diumumkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia mengatakan bahwa pembicaraan Ankara dengan Moskow dalam dua minggu terakhir gagal membuahkan “hasil yang kita inginkan”.

Erdogan lantas mengatakan bahwa Turki mungkin akan melancarkan operasi militer di Suriah kecuali jika Damaskus menarik pasukannya sebelum akhir bulan Februari ini.

“Operasi di Idlib sudah dekat. Kami telah memulai penghitungan mundur, ini adalah peringatan terakhir kami,” kata Erdogan dalam pidato televisi, dikutip dari Liputan Islam, Kamis, 20 Februari 2020.

Baca Juga:  Tak Diundang Secara Resmi, UAS Ternyata Sempat Dicegah Pimpinan KPK Saat Mengisi Tausiah

Erdogan menyerukan agar pasukan Suriah segera mundur menjauhi posisi-posisi militer Turki di Idlib, yang didirikan berdasarkan perjanjian 2018 dengan Rusia untuk mencegah serangan SAA.

Menanggapi ancaman Turkip tersebut, Rusia memperingatkan bahwa operasi militer Turki terhadap SAA akan menjadi “skenario terburuk.”

“Tidak mungkin bagi kami menarik diri dari pos-pos  pantau kami. Jika pos-pos itu mendapat serangan dalam bentuk apapun maka kami akan memberikan balasan setimpal,” ujar Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar kepada wartawan di Ankara.

Sementara itu, utusan PBB untuk Suriah Geir O. Pedersen di Dewan Keamanan PBB memperingatkan “bahaya eskalasi segera” di Suriah barat laut, menyusul pernyataan terbaru Turki dan Rusia.

Baca Juga:  Meriahkan HSN 2019, PCNU Pontianak Menggelar Festival Lomba Hadrah

“Saya tidak dapat berbicara tentang kemajuan apa pun untuk mengakhiri kekerasan di barat laut (Suriah) atau untuk menghidupkan kembali proses politik,” kata Geir O.

Pihaknya juga menyebutkan bahwa Moskow dan Ankara belum mencapai kesepakatan apa pun meski telah dilakukan pembicaraan intensif antara keduanya, dan pernyataan terbaru mereka mengesankan bahaya eskalasi segera.