Sudah Ada Sejak Zaman Sahabat, Ternyata Ini Kota Islam Pertama di Indonesia

kota islam pertama di indonesia

Pecihitam.org – Tempat ini menjadi kota islam pertama yang berada di Indonesia dan memiliki sejarah penting bagi masuknya Islam di kawasan Nusantara. Kota ini bernama Barus, kota tua di Tapanuli Tengah Sumatera. Kota Barus atau biasa disebut Fansur barangkali satu-satunya kota yang disebutkan sejak awal abad Masehi oleh beberapa literatur bahasa Yunani, Siria, Armenia, Arab, India, Tamil, Cina, Melayu dan Jawa.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kota Barus juga disebut-sebut sebagai Titik Nol Islam di Nusantara. Berita tentang kejayaan kota Barus sebagai bandar niaga internasional, dimana hal tersebut diperkuat degan sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolemaus. Dia adalah seorang gubernur dari kerjaan Yunani yang terpusat di Alexandria, Mesir pada abad ke-2.

Dalam peta tersebut disebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus). Penggalian dan penelitian tentang khasanah Islam Nusantara perlu adanya peningkatan, agar peninggalan Islam atau sejarah masuknya Islam di Nusantara lebih jelas.

Sebagai bukti sejarah penting bahwa Barus menjadi kota Islam pertama di Indonesia yaitu berupa makam Islam kuno dengan tulisan arab di batu nisannya yang tinggi. Dari berapa literatur diketahui bahwa makam tersebut merupakan makam salah satu tokoh penyebar Islam di Nusantara bernama Syekh Mahmud Fil Hadratul Maut. Beliau adalah orang pertama yang membawa Islam ke Barus, ditaksir pada tahun 34-44 hijriah dan wafat setelah 40 tahun hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah.

Baca Juga:  Menelisik Jejak Sejarah Makam Mbah Priok

Menurut penduduk setempat bahwa hal tersebut memiliki dua kemungkinan yang terjadi. Kemungkinan yang pertama Syekh Mahmud adalah orang Yaman yang hendak melakukan pelayaran ke Samudera Pasai atau Aceh, namun ditengah pelayaran kapal yang ditumpanginya salah arah dan terdampar di Barus.

Kemungkinan yang ke dua menyebutkan bahwa Syeikh Mahmud merupakan orang asli Nusantara yang belajar ke sahabat Rasulullah saw. Setelah menimba ilmu di Makkah ia kembali ke Nusantara.

Dari fakta sejarah yang ada tentang Barus terutama tulisan arab di batu nisan Makam Islam kuno tersebut dan berdasarkan cerita turun temurun di Barus. Dan salah satu Dubes yang kala itu berkunjung ke makam tersebut menyempatkan membaca enskripsi yang berada di batu nisan makam tersebut. Dari nisan tersebut terpahat bahwa nisan itu dibuat pada abad ke 7 Masehi, artinya Islam masuk ke Nusantara sejak abad ke-7 Masehi.

Baca Juga:  Peninggalan Sejarah Kerajaan Islam di Nusantara yang Wajib Kamu Tahu

Area makam tersebut disebut sebagai makam Mahligai yang berada di areal seluas 3 Ha di atas pebukitan desa Dakka, kecamatan Barus Induk. Di area makam Mahligai juga terdapat satu makam lagi yaitu makam Syekh Rakunuddin, 48 Hijriyah atau bad ke-7 Masehi. Bertuliskan aksara arab yang artinya “Tuan Syekh Rukunuddin wafat malam 13 Syafar tahun 48 Hijriah dalam usia 102 tahun, 2 bulan, 10 hari.”

Menurut cerita terdapat 44 makam aulia yaitu terdapat di makam Tuan Batu Badan, yang terletak di atas bukit desa Bukit Hasang, kurang lebih sekitar 2 km dari kota Barus. Makam di bukit Patupangan, di kedai Gedang, di Janji Maria, di Sosor Gadong, di Kampung Solok dan di Uratan, di Kinali pinggir sungai Aek Sirana, di Sitritistritis. Di Manduamas dan di perbatasan Aceh Selatan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Syekh Mustafa Mas’ud al-Haqqani yang berasal dari Habib Qomar bahwa di Tapanili terdapat 1000 makam wali Allah.

Baca Juga:  Kontekstualisasi Ajaran-Ajaran Islam Walisongo dalam Masyarakat Jawa

Sayang sepertinya banyak fakta sejarah yang hilang karena hingga kini sejarah besar itu banyak diabaikan oleh para sejarawan. Harusnya hal tersebut mendapatkan perhatian yang lebih, sehingga sejarah tidak terlupakan dan dikenang oleh banyak orang.

Presiden pertama RI Ir. Soekarno pernah melakukan upaya pelestarian sejarah yaitu dengan pemugran makam Syekh Mahmud di Papan Tinggi kota Barus. Ini sebagai upaya penghormatan dan penyelamatan sejarah penting masuknya Islam di Nusantara.

*Diolah dari berbagai sumber

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik