Surah Fussilat Ayat 9-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Fussilat Ayat 9-12

Pecihitam.org – Kandungan Surah Fussilat Ayat 9-12 ini, menerangkan bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menanyakan kepada orang-orang musyrik Mekah kenapa mereka mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa mereka menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah? Padahal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menanyakan kepada orang-orang musyrik Mekah kenapa mereka mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa mereka menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah? Padahal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Fussilat Ayat 9-12

Surah Fussilat Ayat 9
قُلۡ أَئِنَّكُمۡ لَتَكۡفُرُونَ بِٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡأَرۡضَ فِى يَوۡمَيۡنِ وَتَجۡعَلُونَ لَهُۥٓ أَندَادًا ذَٰلِكَ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

Terjemahan: Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.

Tafsir Jalalain: قُلۡ أَئِنَّكُمۡ (Katakanlah, “Sesungguhnya patutkah kalian) kedua huruf Hamzah pada lafal A-innakum dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil لَتَكۡفُرُونَ بِٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡأَرۡضَ فِى يَوۡمَيۡنِ (kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari) yaitu hari Ahad dan hari Senin وَتَجۡعَلُونَ لَهُۥٓ أَندَادًا (dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya”) tandingan-tandingan bagi-Nya.

ذَٰلِكَ رَبُّ (Yang bersifat demikian itulah Rabb) yakni pemilik ٱلۡعَٰلَمِينَ (semesta alam) lafal Al-Aalamiina adalah bentuk jamak dari lafal Aalamun, maksudnya adalah segala sesuatu yang selain Allah. Kemudian dijamakkan mengingat jenisnya yang bermacam-macam, dan jamak di sini memakai Ya dan Nun karena memprioritaskan makhluk yang berakal.

Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang-orang musyrik yang menyembah ilah lain bersama-Nya, padahal Dia-lah Yang Mahapencipta, Mahaperkasa dan Mahamenguasai segala sesuatu. Dia berfirman:

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya?” yaitu tandingan-tandingan yang kalian sembah bersama-sama dengan-Nya.

ذَٰلِكَ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ (“Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam.” Maksudnya, Pencipta segala sesuatu adalah Rabbb semesta alam. Ayat ini mengandung rincian tentang firman Allah: خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ (“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.”)(Huud: 7). Maka dalam Ayat ini dirinci apa yang berkenaan khusus dengan bumi dari langit.

Dia menyebutkan bahwa pertama kali Dia menciptakan bumi, karena bumi sebagai asas (pondasi). Persoalan pokok selalu dimulai dengan asas, baru kemudian atap. Sebagaimana Allah berfirman: “Dia-lah Allah, yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.” (al-Baqarah: 29)

Adapun firman Allah: “Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.

ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (an-Naazi’aat: 27-33) di dalam Ayat ini dijelaskan bahwa dihamparkan-Nya bumi adalah setelah penciptaan langit. Karena penghamparannya ditafsirkan oleh firman Allah:

أَخۡرَجَ مِنۡهَا مَآءَهَا وَمَرۡعَىٰهَا (“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.”) yang semua itu terjadi setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan-Nya bumi adalah sebelum penciptaan-Nya matahari menurut nash. Karena itu, Ibnu ‘Abbas menjawab persoalan tersebut sebagaimana yang diceritakan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya ketika menafsirkan Ayat ini.

Firman Allah: خَلَقَ ٱلۡأَرۡضَ فِى يَوۡمَيۡنِ (“Yang menciptakan bumi dalam dua hari.”) yaitu hari Ahad dan Senin.

Tafsir Kemenag: Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menanyakan kepada orang-orang musyrik Mekah kenapa mereka mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa mereka menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah? Padahal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menjadikan bumi pada Ayat ini ialah menciptakan wujudnya, dan yang dimaksud dengan “hari atau masa” dalam Ayat ini ialah waktu, karena hari dan malam belum ada di saat langit dan bumi diciptakan.

Makna pembentukan bumi dalam waktu dua hari, dapat ditafsirkan secara ilmiah bahwa pembentukan bumi ini terjadi pada dua periode atau dua masa. Hari pertama adalah masa ketika sekitar 4,6 miliar yang lampau, awan debu dan gas yang mengapung di ruang angkasa mulai mengecil (lihat penjelasan dalam al-A.’raf/7: 54 tentang pembentukan langit dan bumi dalam enam masa).

Materi pada pusat awan itu mengumpul menjadi matahari dan sisa gas dan debunya memipih berbentuk cakram di sekitar matahari. Kemudian butir-butir debu dalam awan itu saling melekat dan membentuk planetisimal yang kemudian saling bertabrakan membentuk planet, di antaranya adalah bumi.

Hari kedua diawali ketika proses pemanasan akibat peluruhan radioaktif menyebabkan proto bumi meleleh, dan bahan-bahan yang berat seperti besi tenggelam ke pusat bumi sedangkan yang ringan seperti air dan karbondioksida beralih ke luar. Planet bumi kemudian mendingin dan sekitar 2,5 miliar tahun yang lampau bumi terlihat seperti apa yang kita lihat sekarang ini.

Pertanyaan yang disampaikan kepada orang-orang musyrik pada Ayat ini, tidak bermaksud untuk bertanya, tetapi untuk mencela perbuatan mereka menyembah berhala. Seakan-akan dikatakan kepada mereka bahwa bukankah mereka telah mengetahui dengan pasti bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu terbuat dari batu yang tidak dapat berbuat sesuatu pun, bahkan berhala itu mereka sendiri yang membuatnya, mengapa mereka sembah yang demikian itu. Jika mereka mau menghambakan diri, maka hambakanlah kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan yang menentukan segala sesuatu.

Tuhan yang berhak mereka sembah ialah Allah yang menciptakan, menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya, dan yang menentukan akhir kesudahan semesta alam ini, bukan berhala yang mereka sembah itu.

Tafsir Quraish Shihab: Katakan, wahai Rasulullah, kepada orang-orang musyrik, “Mengherankan sekali kalian ini! Kalian mengingkari Allah yang menciptakan bumi dalam waktu dua hari. Bersamaan dengan itu, kalian juga menyekutukan-Nya dengan hal-hal yang kalian anggap menyamai-Nya. Pencipta bumi itu adalah Penguasa dan Pemelihara alam semesta. “(1).

(1) Satuan hari dalam al-Qur’ân yang kadang-kadang disebut dalam bentuk tunggal (yawm), dual (yawmayn) dan jamak (ayyâm), seperti dapat kita lihat pada Q., s. al-Hajj: 47, al-Sajdah: 5 dan al-Ma’ârij: 4, mengisyaratkan bahwa dimensi waktu bersifat nisbi. Satuan-satuan waktu yang digunakan oleh manusia bertalian dengan rotasi dan revolusi bumi.

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 59-60; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Dengan demikian, apabila seseorang meninggalkan bumi menuju planet lain, maka panjang dan pendek satuan-satuan itu di masing-masing planet akan berbeda. Ayat ini menunjukkan fakta-fakta ilmiah ini, yaitu bahwa waktu adalah nisbi. Dari situ, kita mengenal adanya beberapa tahun yang relatif berbeda-beda.

Tahun matahari, umpamanya, bagi bumi dihitung dengan lamanya waktu yang ditempuh oleh bumi dalam berevolusi mengelilingi matahari, yaitu lebih kurang 365 hari. Sedangkan bagi planet-planet yang lebih dekat ke matahari, seperti Merkurius, putaran di sekeliling matahari hanya memakan waktu 88 hari saja. Sebaliknya Pluto, planet yang paling jauh dan paling lambat, menempuh putarannya dalam 250 tahun bumi.

Surah Fussilat Ayat 10
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ مِن فَوۡقِهَا وَبَٰرَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَآ أَقۡوَٰتَهَا فِىٓ أَرۡبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَآءً لِّلسَّآئِلِينَ

Terjemahan: Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

Tafsir Jalalain: وَجَعَلَ (Dan Dia menjadikan) merupakan jumlah Istinaf, dan tidak boleh di’athafkan kepada Shilah Al-Ladzii karena ada pemisah yang bersifat Ajnabii yaitu Ayat, Wataj’aluuna Lahuu Andaadan dan seterusnya فِيهَا رَوَٰسِىَ (di bumi itu gunung-gunung) yang kokoh dan kuat مِن فَوۡقِهَا وَبَٰرَكَ فِيهَا (di atasnya dan Dia memberkahinya) dengan air yang banyak, dan tanam-tanaman serta pohon-pohon yang banyak pula.

وَقَدَّرَ (dan Dia menentukan) artinya, membagi-bagikan فِيهَآ أَقۡوَٰتَهَا (padanya kadar makanan-makanannya) untuk manusia dan fauna فِىٓ (dalam) masa penjadian yang sempurna yaitu أَرۡبَعَةِ أَيَّامٍ (empat hari) hal ini dijadikan-Nya pada hari Selasa dan Rabu سَوَآءً (yang genap) dinashabkan karena menjadi Mashdar, maksudnya penciptaan itu selama empat hari genap; tidak bertambah dan tidak pula berkurang dari itu لِّلسَّآئِلِينَ (bagi orang-orang yang bertanya) maksudnya, sebagai jawaban bagi orang-orang yang menanyakan tentang penciptaan bumi dan segala isinya.

Tafsir Ibnu Katsir: وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ مِن فَوۡقِهَا وَبَٰرَكَ فِيهَا (“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya.”) yaitu, Dia menjadikan bumi penuh dengan berkah yang siap menerima kebaikan, bibit dan tanam-tanaman.”

وَقَدَّرَ فِيهَآ أَقۡوَٰتَهَا (“Dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan.”) yaitu apa-apa yang dibutuhkan oleh penghuninya, berupa berbagai rizki dan tempat-tempat yang dapat ditanami dan diolah. Hal tersebut terjadi pada hari Selasa dan Rabu, sehingga kedua hari tersebut dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari. Untuk itu Allah berfirman:

فِىٓ أَرۡبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَآءً لِّلسَّآئِلِينَ (“Dalam empat hari. [Penjelasan itu sebagai jawaban] bagi orang-orang yang bertanya.”) yaitu bagi orang yang ingin bertanya tentang hal itu, agar ia dapat mengetahuinya.

‘Ikrimah dan Mujahid berkata tentang firman Allah: وَقَدَّرَ فِيهَآ أَقۡوَٰتَهَا (“Dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan.”) yaitu Dia jadikan pada setiap bagian tanah (tempat) sesuatu yang tidak cocok untuk yang lain. Contohnya pakaian wool di Yaman, pakaian saburi (tipis) di Sabur dan pakaian thayalisa (berasal dari sutera) di (daerah) Ray.

Ibnu Abbas, Qatadah dan as-Suddi berkata tentang firman Allah: سَوَآءً لِّلسَّآئِلِينَ (“Bagi orang-orang yang bertanya.”) yaitu bagi orang-orang yang ingin bertanya tentang hal itu.” Ibnu Zaid berkata: وَقَدَّرَ فِيهَآ أَقۡوَٰتَهَا فِىٓ أَرۡبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَآءً لِّلسَّآئِلِينَ (“Dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan dalam empat hari. [Penjelasan itu sebagai jawaban] bagi orang-orang yang bertanya.”) yaitu sesuai dengan kehendak orang yang membutuhkan rizky dan kebutuhan lainnya. Karena Allah telah menentukan sesuatu yang dibutuhkan untuk menuju kepada-Nya.

Pendapat ini serupa dengan apa yang mereka sebutkan di dalam firman Allah: وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُ (“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.”) (Ibrahim: 34) wallaaHu a’lam.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini diterangkan keindahan penciptaan dan hukum-hukum yang berlaku pada bumi. Dia telah menjadikan gunung-gunung di permukaan bumi, ada yang tinggi ada yang sedang, ada yang merupakan dataran tinggi saja, ada yang berapi, dan gunung yang merupakan pasak atau paku bumi.

Dengan adanya gunung, permukaan bumi menjadi indah, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Tumbuh-tumbuhan pegunungan pun berbeda dengan tumbuh-tumbuhan yang ada di dataran rendah demikian pula binatang-binatangnya.

Dengan adanya gunung-gunung, maka ada sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, dan akhirnya bermuara ke laut. Seakan-akan gunung itu merupakan tempat penyimpanan air yang terus-menerus mengalir memenuhi keperluan manusia.

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi ini sebagai tempat yang penuh keberkahan bagi manusia, dan penuh dengan keindahan. Bumi juga dilengkapi dengan segala macam kebutuhan yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya dan keperluan makhluk-makhluk lain.

Sejak dari udara yang dihisap setiap saat, makanan-makanan yang diperlukan, tempat-tempat yang sejuk dan nyaman, lautan yang luas, barang tambang yang terpendam di dalam tanah dan banyak lagi nikmat yang lain yang disediakan-Nya yang tidak terhitung macam dan jumlahnya.

Dia pula yang telah menentukan ukuran dan kadar segala sesuatu. Mengadakan makanan yang dapat mengenyangkan sesuai dengan keadaan binatang atau manusia yang memerlukannya. Untuk manusia disediakan padi, gandum, dan sebagainya. Untuk binatang ternak disediakan-Nya rumput dan sebagainya.

Betapa banyak jumlah manusia, betapa banyak ikan di laut, burung yang beterbangan, binatang-binatang yang hidup di dalam rimba, semuanya disediakan Allah rezeki dan keperluan hidupnya, sesuai dengan keadaan masing-masing.

Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi dan gunung-gunung yang ada padanya dalam dua masa dan menciptakan keperluan-keperluan, makanan, dan sebagainya dalam dua masa pula. Semuanya dilakukan dalam empat masa. Dalam waktu empat masa itu, terciptalah semuanya dan dasar-dasar dari segala sesuatu yang ada di alam ini, sesuai dengan masa dan keadaan dalam perkembangan selanjutnya.

Tafsiran ilmiah empat hari, bisa jadi tercermin empat masa dalam kurun waktu geologi yakni: Proterozoikum, dimana kehidupan masih sangat tidak jelas; Paleozoikum di mana kehidupan mulai jelas yang ditandai antara lain oleh amfibi, reptil, ikan-ikan besar, dan tumbuhan paku; Mesozoikum, kehidupan pertengahan yang ditandai dengan berlimpahnya vegetasi dan binatang laut, antara lain hewan laut, komodo, pohon daun lebar; dan Kenozoikum, kehidupan baru, dimana ditandai oleh banyaknya kehidupan di zaman Kenozoikum yang punah. Pada masa Kenozoikum ditandai oleh munculnya gajah, dan pepohonan semakin berkembang dan paling penting adalah kemunculan manusia.

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 46-48; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Quraish Shihab: Dia juga menciptakan gunung-gunung yang kokoh di atas bumi agar bumi tidak oleng, menurunkan banyak karunia di atasnya dan menentukan rezeki penduduknya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Semua itu dilakukan-Nya dalam waktu empat hari.

Kendati demikian, kalian tetap menyekutukan-Nya. Dia menentukan segala sesuatu secara tepat: tidak kurang dan tidak lebih. Rincian tentang penciptaan bumi dan isinya itu adalah keterangan untuk orang-orang yang bertanya.

Surah Fussilat Ayat 11
ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡأَرۡضِ ٱئۡتِيَا طَوۡعًا أَوۡ كَرۡهًا قَالَتَآ أَتَيۡنَا طَآئِعِينَ

Terjemahan: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.

Tafsir Jalalain: ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ (Kemudian Dia menuju) bermaksud kepada إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ (penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap) masih berbentuk asap yang membumbung tinggi فَقَالَ لَهَا وَلِلۡأَرۡضِ ٱئۡتِيَا (lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu keduanya) menurut perintah-Ku طَوۡعًا أَوۡ كَرۡهًا (dengan suka hati atau terpaksa”) kedua lafal ini berkedudukan sama dengan Hal, yakni baik dalam keadaan senang hati atau terpaksa.

قَالَتَآ أَتَيۡنَا (keduanya menjawab, “Kami datang) beserta makhluk yang ada pada kami طَآئِعِينَ (dengan suka hati”) di dalam ungkapan ini diprioritaskan Dhamir Mudzakkar lagi Aqil; atau khithab kepada keduanya disamakan dengan jamak.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ (“Kemudian Dia menciptakan langit, dan langit itu masih merupakan asap.”) yaitu asap air yang mengepul ketika bumi diciptakan. فَقَالَ لَهَا وَلِلۡأَرۡضِ ٱئۡتِيَا طَوۡعًا أَوۡ كَرۡهًا (“Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa.’”) artinya, patuhilah perintah-Ku dan turutilah perbuatan-Ku dengan suka hati atau terpaksa.

Ats-Tsauri berkata dari Ibnu Juraij, dari Sulaiman bin Musa, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas tentang firman Allah: فَقَالَ لَهَا وَلِلۡأَرۡضِ ٱئۡتِيَا طَوۡعًا أَوۡ كَرۡهًا (“Lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa.’”)

Allah Ta’ala berfirman kepada langit: “Munculkanlah matahari-Ku, bulan dan bintang-bintang-Ku.” Dan firman Allah kepada bumi: “Pancarkanlah sungai-sungaimu dan keluarkanlah buah-buahanmu.”

قَالَتَآ أَتَيۡنَا طَآئِعِينَ (“Keduanya menjawab: ‘Kami datang dengan suka hati.’”) Pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir, bahwa keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Yaitu bahkan kami mematuhi perintah-Mu secara sukarela dengan apa yang ada pada kami berupa makhluk yang hendak Engkau ciptakan, seperti Malaikat, jin dan manusia, kami semua tunduk kepada-Mu.

Ibnu Jarir menceritakan hal tersebut dari sebagian ahli bahasa Arab yang mengatakan: “Bahwa dikatakan hal tersebut dengan menempatkan mereka sama dengan makhluk yang berakal.” Ada pula yang mengatakan bahwa bagian bumi yang diajak berbicara demikian adalah lokasi Ka’bah, dan bagian langitnya adalah bagian yang setara dengan lokasi Ka’bah itu, wallaHu a’lam.

Al-Hasan al-Bashri berkata: “Seandainya keduanya (langit dan bumi) enggan mematuhi perintah-Nya, niscaya Dia akan menyiksa keduanya dengan siksaan yang mereka berdua dapat merasakan sakitnya.” DiriwAyatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini Allah menerangkan keadaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya.

Sekalipun ada yang mencoba menerangkan keadaan asap yang dimaksud, baik yang dikemukakan oleh pendeta-pendeta Yahudi, maupun oleh para ahli yang telah mencoba menyelidikinya, namun belum ada keterangan yang pasti yang menerangkan keadaan dan hakikat asap itu.

Menurut teori ilmu pengetahuan, Ayat di atas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Peristiwa tersebut ditandai dengan terjadinya peristiwa yang oleh para ilmuwan disebut Big Bang. Peristiwa tersebut sangat jelas terlihat pada surah al-Anbiya’/21 Ayat 30 yang penggalannya berbunyi demikian: “….bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami pisahkan…” .

Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan maupun teori, secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan dari “asap” yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas.

Kumpulan ini terdiri atas sejumlah besar kekuatan atom yang saling berkaitan dan berada di bawah tekanan yang sangat kuat. Jari-jari kumpulan yang berbentuk bola ini diperkirakan sekitar 5 juta kilometer.

Cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat (yang biasa disebut Big Bang), dan mengakibatkan terbentuk dan terpencarnya berbagai benda langit. Hal ini sudah menjadi prinsip yang teruji dan menjadi dasar dalam kosmologi modern.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, para peneliti saat ini dapat menyaksikan “kelahiran” bintang dengan menggunakan teleskop yang sangat canggih. Teori mengenai bentukan “asap” sebagai asal-muasal suatu bintang, juga telah disebutkan dalam Surah Fushshilat/41: 11 di atas.

Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya) terbentuk dari “asap” yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit seluruhnya adalah satu kesatuan sebelumnya. Dari material “asap” yang sama ini, kemudian mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian ini juga telah diungkapkan oleh Al-Qur’an dalam Surah al-Anbiya’/21: 30 tersebut di atas.

Pada Ayat ini, seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit dengan segala isinya, termasuk di dalamnya matahari, bulan, dan bintang-bintang. Ayat yang lain menerangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan bumi.

Oleh karena itu, ada sebagian mufasir yang mencoba mengompromikan kedua Ayat ini. Menurut mereka, dalam perencanaan, Allah lebih dahulu merencanakan bumi dengan segala isinya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Allah menciptakan langit dengan segala isinya lebih dahulu, kemudian sesudah itu baru menciptakan bumi dengan segala isinya.

Setelah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, Allah memerintahkan keduanya untuk datang kepada-Nya, baik dalam keadaan senang maupun terpaksa. Langit dan bumi mengatakan bahwa mereka akan datang dengan tunduk dan patuh. Kemudian Allah bertitah kepada langit,

“Perhatikanlah sinar mataharimu, cahaya bulanmu, cahaya gemerlap dari binatang-bintang, hembuskanlah anginmu, edarkanlah awanmu, sehingga dapat menurunkan hujan.” Allah berfirman pula kepada bumi, “Alirkanlah sungai-sungaimu, serta tumbuhkanlah tanaman-tanaman dan pohon-pohonmu.” Keduanya menjawab, “Kami penuhi segala perintah-Mu dengan patuh dan taat.”

Baca Juga:  Surah Fussilat Ayat 40-43; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Sebagian ahli tafsir menafsirkan “datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka atau terpaksa” dengan “jadilah kamu keduanya menurut Sunnah-Ku yang telah Aku tetapkan, jangan menyimpang sedikit pun dari ketentuan-Ku itu, ikutilah proses-proses kejadianmu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.”

Dengan kata lain dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada langit dan bumi untuk menyempurnakan kejadiannya sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan, seperti bumi akan tercipta pada saatnya, demikian pula gunung-gunung, air, udara, binatang-binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Semuanya akan terjadi pada waktu yang ditentukan-Nya, tidak ada satu pun yang menyimpang dari ketentuan-Nya.

Dari Ayat ini dapat dipahami bahwa kejadian langit dan bumi itu, mulai dari terjadinya sampai kepada bentuk yang ada sekarang, melalui proses-proses tertentu sesuai dengan sunah Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit akan ada pada waktunya, dan akan hilang atau musnah pada waktunya pula, sesuai dengan keadaan langit dan bumi pada waktu itu.

Tafsir Quraish Shihab: Kekuasaan-Nya kemudian tertuju kepada penciptaan langit yang pada saat itu berujud asap, dan langit itu pun tercipta. Penciptaan langit dan bumi menurut kehendak-Nya itu adalah mudah, yaitu seperti orang yang mengatakan kepada sesuatu, “Datanglah, suka atau tidak suka!” Sesuatu itu pun kemudian menurut.”

Surah Fussilat Ayat 12
فَقَضَىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوۡمَيۡنِ وَأَوۡحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمۡرَهَا وَزَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنۡيَا بِمَصَٰبِيحَ وَحِفۡظًا ذَٰلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ

Terjemahan: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Jalalain: فَقَضَىٰهُنَّ (Maka Dia menjadikannya) dhamir yang ada pada lafal Ayat ini kembali kepada lafal As-Samaa atau langit, karena memandang dari segi maknanya سَبۡعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوۡمَيۡنِ (tujuh langit dalam dua hari) yakni hari Kamis dan hari Jumat, Dia telah selesai dari menciptakan langit pada saat-saat terakhir dari hari tersebut. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam, oleh karena itu maka di sini tidak dikatakan Fasawwaahunna tetapi Faqadhaahunna. Dan sesuai dengan makna Ayat ini yaitu Ayat-Ayat tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam hari.

وَأَوۡحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمۡرَهَا (dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya) yang telah Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan beribadah kepada-Nya. وَزَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنۡيَا بِمَصَٰبِيحَ (Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan pelita-pelita) yakni bintang-bintang yang cemerlang وَحِفۡظًا (dan Kami memeliharanya) dinashabkan oleh Fi’ilnya yang keberadaannya diperkirakan, Kami menjaganya dengan meteor-meteor dari setan yang mau mencuri-curi pembicaraan para malaikat.

ذَٰلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ (Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya ٱلۡعَلِيمِ (lagi Maha Mengetahui) makhluk-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: فَقَضَىٰهُنَّ سَبۡعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوۡمَيۡنِ (“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari.”) yaitu, Dia menyelesaikan kejadian tujuh langit pada dua masa, yaitu dua masa terakhir, hari kamis dan hari Jum’at.

وَأَوۡحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمۡرَهَا (“Dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.”) yaitu Dia tetapkan ketentuan pada setiap langit apa yang diperlukannya, berupa para malaikat dan makhluk-makhluk lain yang tidak diketahui kecuali oleh Allah.

وَزَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنۡيَا بِمَصَٰبِيحَ وَحِفۡظًا (“Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang.”) yakni bintang-bintang yang bersinar terang di atas penghuni bumi. وَحِفۡظًا (“Dan Kami memeliharanya.”) yaitu menghalangi syaitan-syaitan dari mendengarkan berita alam atas (langit).

ذَٰلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ (“Demikianlah ketentuan (Rabb) Yang Mahaperkasa lagi Mahamengetahui,” al-‘Aziiz, Yang Mahaperkasa atas segala sesuatu dengan mengalahkan dan menguasainya; al-‘Aliim, Yang Mahamengetahui seluruh gerak-gerik para makhluk.

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit itu dengan menjadikan tujuh langit dalam dua masa. Dengan demikian, lamanya Allah merencanakan penciptaan langit dan bumi ialah selama enam masa. Firman Allah:

Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. (al-A’raf/7: 54)

Diterangkan juga bahwa Allah menghiasi langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan. Ada bintang yang bercahaya sendiri dan ada pula yang menerima pantulan cahaya dari bintang yang lain. Oleh karena itu, cahaya bintang-bintang itu terlihat tidak sama. Ketidaksamaan cahaya bintang-bintang itu menimbulkan keindahan yang tiada taranya.

Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan hikmah dan sunah-Nya. Seperti adanya memberi tarik pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada garis edarnya, sehingga planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu dengan yang lain. Untuk setiap planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu, sesuai dengan keadaan dan sifatnya, seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas matahari, karena kejadian keduanya berlainan.

Semua yang diterangkan itu merupakan ciptaan Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, dan mereka harus tunduk kepada ketetapan-Nya. Tidak ada satu pun dari ciptaan Allah yang menyimpang dari ketetapan-Nya. Dia mengetahui keadaan makhluk yang diciptakan-Nya itu, baik yang halus maupun yang kasar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.

Tafsir Quraish Shihab: Dia lalu menyempurnakan langit menjadi tujuh, pada dua hari berikutnya. Setiap langit dilengkapi dengan benda-benda yang disediakan untuk itu dan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

Langit yang paling dekat dengan bumi dihiasi-Nya dengan bintang-bintang yang menyala bagai lampu sebagai penunjuk jalan dan sebagai penjagaan bila ada setan yang berusaha mendengarkan berita-berita dari Allah. Penciptaan yang rapi itu adalah pengaturan Yang Mahaperkasa yang tak terkalahkan, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Fussilat Ayat 9-12 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S