Tanggapan Al-Ghazali terhadap Tafsir Ilmy (Tafsir Ilmiah)

Tanggapan Al-Ghazali terhadap Tafsir Ilmy (Tafsir Ilmiah)

PeciHitam.org – Jika kita teliti dan mencoba untuk menganalisa akar kemunculan tafsir Ilmymaka dapat kita temukan bahwa awal kemunculan tafsir Ilmy ini telah melintasi beberapa periode.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tepatnya kemunculan tafsir tersebut bertolak dari zaman Abbasiyah sebagai bentuk usaha mengompromikan teks-teks keagamaan dengan pengetahuan-pengetahuan asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Usaha ini terus berlanjut dan terekspos pada abad ke-5 Hijriyah. Hanya saja, tafsir Ilmy baru bisa berkembang pesat di akhir abad ke-19 hingga sekarang.

Hal ini dikarenakan ketertinggalan umat Islam di bidang sains dan teknologi dibandingkan dengan orang Barat yang sudah mencapai tingkat kemapanan dalam bidang sains dan teknologi.

Mayoritas ulama tafsir sepakat memasukkan tafsir Ilmy sebagai salah satu corak penafsiran yang secara metodologis merupakan bagian dari metode tafsir Tahlili yang dipergunakan sebagai perangkat untuk memahami pesan-pesan Tuhan.

Kemunculannya bertujuan untuk melihat seberapa jauh nilai kemukjizatan al-Quran dari aspek ilmu pengetahuan dan sains modern berdasarkan prinsip dasar al-Quran yang menyatakan bahwa pada dasarnya al-Quran mencakup seluruh ilmu pengetahuan, walaupun tidak secara detail disebutkan di dalamnya karena ia memang bukan kitab pengetahuan.

Baca Juga:  Surah Al-A'raf Ayat 80-81; Seri Tadabbur Al-Qur'an

Secara sederhana tafsir Ilmy  dapat didefinisikan sebagai upaya memahami ayat-ayat al-Quran dengan menjadikan penemuan-penemuan sains modern sebagai alat bantunya.

Sedangkan objek kajiannya adalah dikonsentrasikan kepada ayat-ayat al-Quran yang secara khusus ataupun umum membahas fenomena kealaman atau yang biasa dikenal sebagai ayat-ayat kauniyah. 

Oleh karena itu yang dimaksud dengan tafsir Ilmy adalah upaya mufassir menganalisa dan menginterpretasikan ayat-ayat kauniyah dengan dibantu penemuan-penemuan sains modern yang bertujuan untuk mengetahui dan memelihara kemukjizatan al-Quran.

Menanggapi perkembangan tafsir Ilmy ini para ulama menentukan sikapnya masing-masing secara bervariasi, di antara mereka yang mendukung secara gigih eksistensi tafsir Ilmy adalah Imam al-Ghazali (w. 1059-1111 M).

Sebagaimana telah diketahui bahwa pada masanya beliau merupakan salah satu ulama yang banyak memberikan perhatian terhadap al-Quran. Hal ini dapat kita ketahui melalui beberapa karya monumentalnya yang menjadi sumbangan terhadap khazanah pengetahuan Islam.

Secara panjang lebar dalam kitabnya Ihya’ Ulum ad-Din dan Jawahir al-Quran mengemukakan alasan-alasan untuk membuktikan pendapatnya bahwa sesungguhnya al-Quran dapat dikaji dengan menggunakan penemuan-penemuan ilmiah.

Baca Juga:  Perbedaan Penulisan Al Quran Pada Masa Abu Bakar dan Utsman bin Affan

Beliau mengatakan “segala macam ilmu pengetahuan semuanya bersumber dari Allah” hal ini kemudian ia pertegas dengan mengutip ayat-ayat al-Quran sebagai berikut.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ۝۸۰

Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku. (As-Syu’ara, 26:80)

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ ۝٣۸

Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Yasiin, 36:38)

Menurut al-Ghazali untuk mengetahui beberapa ayat di atas yang berkenaan dengan obat-obatan dan tata surya yang sudah ditetapkan oleh Allah tidak dapat kita ketahui kecuali oleh mereka yang berkecimpung di bidang kedokteran, serta tidak akan dapat kita pahami ayat-ayat tentang ilmu alam seperti pergerakan matahari, bulan, gerhana, dan sebagainya kecuali mereka yang memang ahli di bidangnya.

Al-Quran seyogyanya harus dikaji secara mendalam, direnungkan lalu diamalkan, bukan hanya untuk dijadikan barang yang selalu diagung-agungkan tanpa memahami semangat di dalamnya yang menjadi bahan bakar bagi perubahan-perubahan positif dalam kehidupan.

Said bin Jubair pernah mengatakan, “Barang siapa yang membaca al-Qur’an tapi tidak menafsirinya maka ia seperti orang buta”. Menafsiri di sini artinya memahaminya.

Baca Juga:  Surah Asy-Syura Ayat 23-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Oleh karena itu Tafsir Ilmy adalah salah satu metode yang mengantarkan kepada upaya memahami al-Quran. Tafsir ini adalah termasuk produk yang dihasilkan oleh kalangan cendekiawan Muslim yang di latar belakangi oleh beberapa hal; Pertama, adanya kebutuhan intelektual-religius untuk membuktikan dan memperkuat kebenaran al-Quran. Kedua, adanya tuntutan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada interpretasi saintifik al-Quran.

Mohammad Mufid Muwaffaq