Ternyata Pemuda Ini yang Jadi Sahabat Nabi Musa di Surga

Sahabat Nabi Musa di Surga

Pecihitam.org- Tak bisa kita pungkiri bahwa Nabi Musa merupakan salah satu manusia paling berpengaruh di dunia. Beliau adalah potret insan sukses dan populer yang mewakili manusia generasi pertengahan. Kelak ia merupakan salah satu keturunan Adam dengan tempat istimewa di Surga. Tapi tahukah kita siapa yang akan menjadi sahabat Nabi Musa di Surga?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Nabi Musa AS adalah satu-satunya nabi yang diizinkan berdialog langsung dengan Allah SWT. Oleh karena itu, ia diberi gelar Al-Kalim atau Kalimullah yang bermaksud manusia yang berbicara dapat berbicara, berdialog langsung dengan Allah.

وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًاۚ

Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung. (QS. An-Nisa’ ayat 164)

Konon, tiap kali hendak bermunajat dan berdialog dengan Allah, Nabi Musa naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah, Nabi Musa berdialog dengan Allah. Nabi Musa sering bertanya dan Allah menjawab saat itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain.

Tentang dialog yang berlaku antara Nabi Musa dengan Tuhannya banyak diceritakan baik dalam Al-Qur’an, hadis maupun tulisan ulama ahli tarikh. Salah satunya adalah kisah berikut, yakni kisah ketika Nabi Musa bertanya tentang seseorang yang kelak akan menjadi sahabatnya di Surga.

Pada suatu hari Nabi Musa bertanya kepada Allah. “Ya Allah, siapakah orang di surga kelak yang akan menjadi sahabatku?” Allah pun menjawab dengan menyebutkan sebuah nama, lengkap dengan nama kampungnya serta detail tempat tinggalnya.

Baca Juga:  Lima Konsep Hak-Hak Asasi Manusia atau yang Dikenal dengan Dharuriyyat Al Khams

Usai memperoleh jawaban perihal sahabatnya kelak di Surga, Nabi Musa benar-benar penasaran siapakah gerangan. Betapa istimewanya dia, tidak dikenal tetapi kelak setingkat dengan Nabi di Surga.

“Siapakah dia dan apakah amal-amalnya?”, pikirnya sambil turun dari Bukit Tursina dan berjalan berhari-hari mencari orang itu ke tempat yang diberitahu Allah.

Berhari-hari dalam perjalanan, akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang dituju.

Berkat pertolongan beberapa penduduk setempat, Musa berhasil bertemu dengan orang tersebut. Ia ternyata seorang pemuda. Setelah memberi salam, Nabi Musa dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.

Hal aneh dirasakan Nabi Musa. Pasalnya, pemuda itu tidak melayaninya. Dia malah masuk ke dalam bilik dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar.

Lalu babi itu itu pun dituntunnya dengan baik dan penuh hormat. Nabi Musa pun terkejut melihatnya. “Lha, apa-apaan pemuda ini? Ia memelihara babi di rumahnya?” Kata Nabi Musa tersentak kaget dalam hatinya penuh keheranan.

Apalagi melihat babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu, babi itu dilap sampai kering serta dipeluk, dicium kemudian dihantarkan kembali ke dalam kamar.

Sesuatu yang lebih aneh terjadi. Saat ia keluar lagi, dibawanya pula seekor babi jantan yang lebih besar. Perlakuan yang sama dengan babi betina yang sebelumnya, babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta dicium dengan penuh kasih sayang.

Baca Juga:  Kisah Tenggelamnya Harta Qarun di Tangan Nabi Musa

Babi itu kemudiannya dituntun diantar kembali lagi ke dalam ke kamar yang sama. Setelah selesai barulah dia melayani Nabi Musa AS.

Nabi Musa yang sedari tadi melihat keanehan itu, kontan saja bertanya tentang hal aneh yang dilakukan pemuda itu. “Hai, anak muda! Apa agamamu sampai berbuat seperti itu kepada babi?”

“Agamaku agama Tauhid. Aku beriman kepada Allah.” Jawab pemuda itu. Singkat. Mantap.

“Tapi, mengapa kamu mengurus babi bahkan sampai seperti itu? Kita tidak boleh begitu terhadap babi.” Kata Nabi Musa. “Wahai Tuan,” kata pemuda itu, “sebenarnya kedua babi itu adalah ibu bapakku.

Nabi Musa pun kaget. Pemuda itu pun melanjutkan. “Karena mereka melakukan dosa besar, Allah telah mengazab mereka dengan mengganti wujudnya menjadi babi. Soal dosanya itu, biarlah itu urusannya dengan Allah”

Panjang lebar, pemuda itu menjelaskan “Sebagai anaknya, aku tetap melaksanakan kewajibanku mengurus mereka. Hari demi hari, aku berbakti kepada kedua ibu bapakku seperti yang tuan lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku sebagai anak. Sebagai anak, aku harus begitu kepada orang tuaku. Begitulah ceritanya!” kata pemuda itu”

“Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar dosa mereka diampuni. Aku memohon supaya Allah menukarkan wajah mereka kembali menjadi manusia yang sebenarnya, tetapi Allah masih belum mengabulkan hajatku.” Tambah pemuda itu lirih, sedih dan pilu.

Baca Juga:  Inilah Tujuh Kisah Ajaib dalam Al Quran di Luar Nalar Manusia

Selesai pemuda itu bercerita, ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS. “Wahai Musa, inilah orang yang akan menjadi sahabatmu di surga nanti sebagai buah dari baktinya yang sangat tinggi kepada kedua orang tuanya. Ibu bapaknya yang sudah buruk rupa menjadi babi pun, dia tetap berbakti. Oleh karena itu, Kami naikkan maqamnya ke derajat yang tinggi di sisi Kami.” Kata Allah SWT.

Allah meneruskan lagi memberi kabar: “Karena dia telah berada di maqam yang tinggi sebagai anak yang shaleh disisi-Ku, kini Aku kabulkan do’nya. Tempat kedua ibu bapaknya yang tadinya Aku sediakan di dalam neraka, kini telah Kupindahkan ke dalam surga.

Itulah pemuda yang kelak akan menjadi sahabat Nabi Musa di Surga. Semua itu karena berbakti kepada kedua orang tua sekali pun mereka telah melakukan dosa besar dan dikutuk menjadi babi. Masya Allah! Bagaimana dengan bakti pada kedua orang tua?

Faisol Abdurrahman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *