Pecihitam.org – Ummul Mukminin, Khadijah. Dialah sosok wanita hebat yang mendampingi Nabi Muhammad saw., sampai beliau menerima wahyu untuk pertama kalinya.
Namun ini tidak menjelaskan tentang pertemuannya dengan Rasulullah hingga menikah, melainkan akan membahas tentang sosok Khadijah sebenarnya hingga ia diamanahkan untuk menjadi pasangan Nabi Muhammad saw.
Dialah sosok wanita yang lahir di Makkah pada tahun 555 Masehi, tepatnya 68 sebelum Hijrah dan kurang lebih lima belas tahun sebelum tahun gajah. Beliau bernama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad Abdul Uzza bin Qushai bin Khilab Al-Qurasyiyah Al-Asadiyyah.
Ayahnya bernama Khuwailid bin Asad, sedangkan ibunya bernama Fatimah binti Zaidah bin Al-Asham bin Ruwahah bin Hajar bin Abdu bin Ma’ish bin Amir bin Luay.
Dalam keluarga, Khadijah merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Yang mana saudara pertamanya ialah Awwam bin Khuwialid. Saudara keduanya Halah binti Khuwailid. Saudara keempatnya Hizam bin Khuwailid dan saudara kelimanya Naufal bin Khuwailid.
Saudara Khadijah yang bernama Halah selain menjadi ipar Rasulullah, kelak ia juga besanan. Karena Halah yang menikah dengan Rubai Laqit bin Abdul Uzza itu dikaruniai tiga orang anak.
Diantara ketiganya, ada yang bernama Abi Al-Ash, yang nantinya akan menikah dengan Zainab, sang putri Rasulullah saw.
Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil
Ummul Mukminin, Khadijah berasal dari keluarga yang terpandang. Kedua orang tuanya yang berasal dari Bani Asad, suku Quraisy amat terhormat dan sangat disegani, terlebih karena memang mereka memiliki garis nasab yang cukup tinggi.
Walaupun berasal dari kalangan terpandang tidak membuat keluarga Khuwailid dikenal sombong. Justru mereka dikenal mencintai keluarga dan masyarakat dengan selalu menghormati tamu dan memberdayakan kaum Quraisy yang miskin.
Adapun kakek buyut beliau, Qushay pernah memimpin Ka’bah dan Makkah. Waktu itu banyak kabilah yang bersatu dan berkumpul di bawah kepemimpinannya. Sebagai seorang pemimpin, Qushay dikenal sebagai seorang yang cerdas, berpengalaman, dan kuat. Semua itu mengantarkannya sebagai figur yang sangat disegani.
Dari Qushay yang membawa kemajuan, kemudian dilanjutkan oleh salah satu kakek terdekat Khadijah, yakni Abdu Uzza. Kemudian sampailah pada Khuwailid, sang ayah yang meneruskan perjuangannya. Berangkat dari sinilah, keluara Khadijah dikenal sebagai keluarga yang berjasa, sekaligus cerdas dan mapan.
Dari keluarga inilah, Khadijah tumbuh menjadi wanita yang cerdas, pemberani, teguh pendirian dan taat beragama. Dan yang paling menonjol dalam diri Khadijah ketika masih kanak kanak ialah pada persoalan perniagaan. Dan hal ini terjadi karena di usia yang masih dini, Khadijah sudah sering diajak oleh sang ayah dalam berdagang.
Selain itu, Khadijah sangat dikenal akan paras cantiknya. Maka tak heran jika banyak orang tua yang mendatangi Khuwailid untuk meminang Khadijah. Ini juga ditopang kecerdasan dan kecantikannya sebagai seorang perempuan.
Adapun pada masa itu, kehidupan malam Makkah selalu dipenuhi dengan orang orang yang berfoya-foya, berpesta pesta, bernyanyi dan menari. Tapi gemerlap itu sama sekali tidak membuat Khadijah terpesona.
Dan ini lagi lagi dilakukan Khadijah karena ia memenag seorang waniya yabg sangat menjaga dirinya sebagai wanita yang terhormat.
Pernikahan Khadijah sebelum dengan Rasulullah SAW
Saat itu, di Mekkah memang marak terjadi pernikahan dini. Dan tak terkecuali, Khadijah. Di usianya yang baru mencapai 10 tahun, Khadijah telah menikah dengan sseorang lelaki kaya raya dari Bani Tamim.
Namun terkait nama suami Khadijah, tidak diketahui paati. Dalam beberapa keterangan dalam ada kitab Tarikh, ada yang mengatakan namanya adalah Nammasyi. Ada juga yang mengatakan Nabsyi, Zurarah, serta Malik.
Sosok lagi suami pertama Khodijah ini merupakan dari kalangan bernasab tinggi dan juga kaya raya, dari Bani Tamim .
Namun sayangnya, pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Tepatnya ketika telah dikaruniai dua orang anak yakni Halah dan Hindun, sang suami wafat dengan meninggalkan banyak harta.
Selepas dari suami pertama, beberapa waktu kemudian, Khadijah kembali menikah dengan seorang lelaki yang juga ahli dalam perdagangan. Dia bernama Atiq bin A’id bin Abdullah bin Al-Makhzumi.
Kedua anak Khadijah, yaitu Halah dan Hindun, mereka berdua sangat menghormati ayah tirinya, karena memang mereka tumbuh dengan didikan dari orang tua yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai pekerti.
Dari pernikahan keduanya ini, Khadijah dikarunia seorang putri yang diberi nama yang sama dengan anak dari pernikahan pertamanya, yakni Hindun.
Namun pernikahan kedua ini pun tidak berlangsung lama dikarenakan mereka berdua (Khadijah dan Atiq) bercerai. Dari perceraiannya, sama dengan suami pertamanya, Atiq meninggalkan banyak harta pula, sehinga dari Sini Khadijah dikenal sebagai wanita terkaya dari suku Quraisy waktu itu.
Dari sinilah, Ummul Mukminin, Khadijah memutuskan untuk tidak menikah lagi dikarenakan ingin fokus mendidik anak anaknya hingga ia kelak bertemu dan jatuh hati pada Nabi Muhammad SAW.
Di sisi lain, meskipun Khadijah sudah menjanda, namun dirinya di mata masyarakat waktu itu tetap dihormati dan amat disegani, bahkan dijuluki sebagai At-Thahirah (Wanita Suci).
Itulah sekilas kisah tentang Ummul Mukminin, Khadijah sebelum bertemu dengan Rasulullah Saw. Semoga bermanfaat!