6 Hal Ini Menjadi Tanda Diterimanya Taubat, Pahami! Jangan Asal Beristighfar Saja

6 Hal Ini Menjadi Tanda Diterimanya Taubat, Pahami! Jangan Asal Beristighfar Saja

Pecihitam.org- Berdasarkan pernyataan Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani yakni seorang ahli hikmah, menyebutkan tidak ada yang bisa memastikan apakah tobat seorang hamba diterima atau tidak. Namun, setidaknya ada enam hal yang menjadi tanda diterimanya taubat oleh Allah SWT (Syekh Nawawi, Nasha’ih al-‘Ibad, hal. 49).  

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pertama, dalam hati seorang yang bertobat lahir kesadaran bahwa dirinya tidak terpelihara dari dosa. Ini berarti, kapan pun dirinya bisa terjerumus lagi ke dalam perbuatan dosa, baik dosa yang telah ditobati maupun dosa yang berbeda.

Atas dasar itu, dia selalu berhati-hati menghadapi hal-hal yang sekiranya bisa mengantarkan dirinya jatuh lagi pada kubangan yang sama dan kembali berbuat nista.

Kedua, mendapati hatinya sedikit gembira, dan banyak bersedih. Bagaimana hatinya bisa bergembira karena senantiasa mempersiapkan dan memikirkan masa depan akhiratnya yang belum mendapat jaminan apa-apa.

Apakah hidupnya berakhir dengan membawa iman? Itulah yang selalu direnungkan seorang yang bertobat, sehingga tak berani meluapkan kegembiraannya secara berlebihan, sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Baca Juga:  Cara Agar Cepat Hamil dalam Islam, Begini Penjelasannya

“Siapa saja yang banyak mengingat kematian akan sedikit gembiranya dan sedikit rasa hasudnya,” (HR. Ibnu al-Mubarak).

Ketiga, lebih dekat dengan orang-orang yang saleh, dan jauh dari orang-orang yang jahat dan buruk perangainya. Di saat yang sama, dia menyadari bahwa dekat dengan orang-orang baik dapat mempertahankan kebaikan dirinya dan bisa diingatkan manakala berbuat kesalahan.  

Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang jahat membuka kesempatan bagi dirinya tergerus oleh keburukan mereka, walaupun dia berusaha tidak melakukannya. Benar apa yang disampaikan Rasulullah SAW:

“Teman yang baik dan teman yang buruk dibaratkan seperti pembawa minyak wangi dan peniup selongsong api. Pembawa minyak wangi akan menghembuskan aroma wangi kepadamu. Sehingga engkau membeli minyak wanginya atau mencium aromanya. Sedangkan peniup selongsong api akan membakar pakaianmu atau engkau mencium bau asap darinya,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Keempat, melihat perkara dunia yang sedikit sebagai sesuatu yang banyak di hadapannya. Sedangkan melihat perkara akhirat yang banyak sebagai sesuatu yang sedikit. Sang hamba yang bertobat ingat bahwa sesedikit apa pun kekayaan dunia, yang halalnya akan dihisab dan dipertanggung jawabkan, sedangkan yang haramnya akan disiksa.

Baca Juga:  Inilah Keajaiban Tulang Sulbi yang Tidak Hancur Hingga Hari Kiamat

Lebih berat lagi, pertanyaan tentang harta lebih berat daripada pertanyaan tentang yang lain. Soal ilmu misalnya, hanya ditanya, untuk apa ilmu itu dipergunakan, sedangkan soal harta akan ditanya, dari mana harta itu didapatkan dan untuk apa harta itu dibelanjakan.  

Kelima, melihat diri dan hatinya sibuk dengan perkara-perkara yang dibebankan Allah kepada dirinya, sedangkan terhadap perkara-perkara yang telah dijamin oleh Allah, tak sedikit pun meresahkannya.

Di antara perkara yang dibebankan Allah adalah tuntutan syariat-Nya (taklif), baik tuntutan untuk dilaksanakan maupun tuntutan untuk ditinggalkan, baik yang bersifat wajib maupun yang bersifat sunnah. Sedangkan perkara yang telah dijamin di antaranya rezeki, umur, jodoh, kematian, dan sebagainya.

Keenam, tanda diterimanya taubat yang terakhir adalah selalu menjaga lisan. Hal ini lahir dari kesadaran bahwa banyak membicarakan perkara yang tidak berguna, sama dengan mengantarkan dirinya kepada pintu kemaksiatan, sebagaimana yang diingatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

Baca Juga:  Upaya Al-Kindi Menerjemahan Filsafat Yunani Kuno ke dalam Islam

“Sesungguhnya, manusia yang paling banyak dosanya pada hari Kiamat adalah manusia yang paling banyak bicaranya dalam kemaksiatan kepada Allah,” (HR. Ibnu Abi Syaibah).  

Karenanya, tak mengherankan bila menjaga lisan termasuk amal yang paling dicintai Allah, sebagaimana dalam hadits, “Amal yang paling dicintai Allah adalah menjaga lisan,” (HR. Al-Baihaqi).

Mochamad Ari Irawan