7 Macam Aliran Teologi Islam Yang Perlu di Pahami

7 Macam Aliran Teologi Islam Yang Perlu di Pahami

PeciHitam.org – Sejarah munculnya aliran teologi Islam dimulai saat perang Shiffin (37 H) khalifah ‘Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah. Pada saat tentara Sayyidina Ali dapat mendesak tentara Mu’awiyah maka Mu’awiyah meminta diadakan perdamaian. Sebagian tentara Sayyidina Ali menyetujui perdamaian ini, dan sebagian lagi menolaknya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kelompok yang tidak setuju ini akhirnya memisahkan diri dari Sayyidina ‘Ali dan membentuk kelompok sendiri yang akhirnya dikenal dengan nama Khawarij. Mereka menganggap Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang menerima perdamaian ini telah berbuat salah (dosa besar) karenanya mereka bukan mukmin lagi dan boleh dibunuh. Masalah dosa besar ini kemudian menimbulkan tiga macam aliran teologi Islam yaitu: Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah.

Masalah kepemimpinan ini kemudian menyebabkan munculnya kelompok yang menganggap yang berhak adalah ‘Ali dan keturunannya (Syi’ah) dan kelompok yang berseberangan dengannya (Ahlus Sunnah wal Jama’ah).

Dan akibat pengaruh agama lain dan filsasat pada umat Islam maka muncullah kelompok yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkendak dan perbuatannya (Qadariyyah) dan kelompok yang berpendapat sebaliknya (Jabariyyah). Setelah itu banyak bermunculan macam macam aliran teologi dalam Islam.

Perlu kita perhatikan disini, bahwa perselisihan yang terjadi pada masalah keyakinan pada umat Islam pada jaman dahulu tidaklah pada inti dari keyakinan (lubbul ‘aqidah), tetapi masalah-masalah filsafat dan sama sekali tidak menyentuh inti keyakinan seperti keesaan Allah, Iman kepada para rasul dan hari akhir, iman kepada malaikat, dan bahwa yang diberitakan oleh Nabi Muhammad adalah benar.

Berikut ini macam macam aliran dalam teologi Islam;

Daftar Pembahasan:

Khawarij

Khawarij menurut bahasa merupakan jamak dari kata kharijiy yang berarti orang-orang yang keluar, mengungsi atau mengasingkan diri. Asy-Syihristani mendefinisikan bahwasannya khawarij adalah setiap orang yang keluar dari Imam yang berhak yang telah disepakati oleh masyarakat.

Baca Juga:  Macam-macam Takdir Sejak 50.000 Tahun Sebelum Penciptaan Langit dan Bumi

Kelompok khawarij yang pertama adalah Al-uhakkimah (Syuroh/Haruriyyah) yaitu pengikut Ali yang memisahkan diri karena tidak setuju dengan adanya perdamaian antara beliau dengan Muawiyah saat perang Shiffin. Mereka menganggap Ali dan orang-orang yang menyetujui perdamaian tadi adalah orang-orang kafir dan halal darahnya. Kemudian Khawarij ini terpecah menjadi beberapa aliran, yang paling besar adalah Al-Azariqah, An-Najdah, Al-Ajaridah, Ash-Shufriyyah, dan Al-Ibadiyah.

Syi’ah

Syi’ah menurut bahasa berarti pengikut dan penolong, dan diucapkan untuk sekelompok mamusia yang bersatu atau berkumpul dalam satu masalah, dan kepada setiap orang yang menolong seseorang dan berhimpun membentuk suatu kelompok  padanya.

Kemudian kata ini dipergunakan untuk kelompok yang menolong dan membantu khalifah Ali dan keluarganya, lalu menjadi nama khusus bagi kelompok ini. Menurut Asy-Syihristaniy, Syi’ah merupakan kelompok yang mengikuti khalifah Ali dan menyatakan kepemimpinannya baik secara nash ataupun wasiat yang adakalanya secara jelas ataupun samar, dan mereka berkeyakinan bahwa kepemimpinan (Imanah) tidak keluar dari anak-anaknya, dan jika keluar darinya maka itu terjadi secara zalim atau sebab taqiyah darinya.

Murji’ah

Murji’ah berasal dari kata Irja yang berarti menangguhkan. Kaum Murji’ah yang muncul pada abad satu Hijriah merupakan reaksi akibat adanya pendapat Syi’ah yang mengkafirkan sahabat yang menurut mereka merampas kekhalifahan dari Ali, dan pendapat Khawarij yang mengkafirkan kelompok Ali dan Muawiyyah.

Baca Juga:  Dua Sifat Iri yang Dibolehkan oleh Rasulullah SAW

Pada saat itulah muncul sekelompok umat Islam yang menjauhkan dari pertikaian, dan tidak mau ikut mengkafirkan atau menghukum salah satu dan menangguhkan persoalannya sampai dihadapan Allah SWT.

Pada asalnya kelompok tersebut tidak membentuk sutu madzhab, dan hanya membenci soal-soal politik, tetapi kemudian terbentuklah suatu madzhab dalam Ushuluddin yang membicarakan  tentang Iman, tauhid dan lain-lain. Hasan bin Bilal (152 H) ialah Pemimpin dari kaum Murji’ah.

Jabariyah

Jabariyah berasal dari kata jabr yang artinya paksaan. Aliran ini ditonjolkan pertama kali oleh Jahm bin Safwan (131 H), sekretaris Harits bin Suraih yang memberontak pada Bani Umayyah di Khurasan. Meskipun demikian, sebelumnya sudah ada dalam umat Islam yang membicarakan tentang hal ini seperti surat sahabat Ibnu Abbas dan seorang tabi’in Al-Hasan Al-Bashriy kepada penganut paham ini.

Qodariyah

Qadariyah berasal dari kata qadr yang artinya mampu atau berkuasa. Pemimpin aliran ini yang pertama adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Ad-Dimasyqiy. Keduanya dihukum mati oleh penguasa karena dianggap menganut paham yang salah. Pendapat kaum Qadariyah adalah manusia sendirilah yang melakukan perbuatannya sendiri dan Tuhan tidak ada hubungan sama sekali dengan perbuatannya itu.

Mu’tazilah

Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti menjauhkan diri. Asal mula kata ini adalah suatu saat ketika Al-Hasan Al-Bashriy (110 H) sedang mengajar di masjid Basrah datanglah seorang laki-laki bertanya tentang orang yang berdosa besar.

Maka ketika ia sedang berpikir menjawablah salah satu muridnya Wasil bin Atha’ (131 H) menjawab: “ saya berpendapar bahwa ia bukan mukmin dan bukan kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya”. Kemuadian ia menjauhkan diri dari majlis Al-Hasan dan pergi ketempat lain dan mengulangi pendapatnya. Maka Al-Hasan menyatakan bahwa Washil telah menjauhkan diri dri mereka.

Baca Juga:  Belajar Bait Bait Cinta dari Nadhom Alfiyah Ibnu Malik

Ahli Sunnah Wal Jama’ah

Kelompok ini disebut Ahlus Sunnah wal Jama’ah karena pendapat mereka berpijak pada pendapat-pendapat para sahabat yang mereka terima dari Rasulullah. Kelompok ini juga disebut kelompok ahli hadits dan ahli fiqh karena merekalah pendukung-pendukung dari aliran ini.

Istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah mulai dikenal pada saat pemerintahan bani Abbasy dimana kelompok Mu’tazilah berkembang pesat, sehingga nama Ahlus Sunnah dirasa harus dipakai untuk siapa yang berpegang pada ilmu kalam (theologische dialektik), logika dan rasio. Ibnu Hajar Al-Haitamiy menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang mengikuti rumusan yang digagas oleh Imam Asy’Ariy dan Imam Maturidi.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *