Ibnu Taimiyah dan Komentar Pedasnya Kepada Sayyidina Ali

Ibnu Taimiyah dan Komentar Pedasnya Kepada Sayyidina Ali

PeciHitam.org – Perbedaan antar Ulama adalah hal yang wajar dan bahkan keniscayaan karena setiap Ulama memiliki sudut pandang dan umat yang berbeda.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sejak era sahabat-pun, perbedaan telah ada baik dari segi politik maupun dalam masalah fiqh. Munculnya Madzahib Arba’ (4 Madzhab) dalam Islampun berasal dari perbedaan antar Ulama, akan tetapi satu sama lain saling menghargai.

Lain dengan Ibnu Taimiyah, Ulama rujukan Pokok salafi wahabi yang banyak menyelisihi Ulama lainnya dan bahkan membuat beberapa ‘tuduhan’ kepada ahlul bait, keluarga Rasulullah SAW.

Penyelisihan Ibnu Taimiyah sendiri banyak dikritik oleh Ulama yang semasa dengan beliau. Repotnya salafi wahabi tetap menjadikan Ibnu Taimiyah sebagai patron ajaran di era modern.

Ibnu Taimiyah dalam Pandangan Salafi Wahabi

Nisbah pendapat golongan salafi wahabi tentang masail diniyah tidak akan jauh dari pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim Al-Jauzi dan Ulama yang  sepemahaman dengan beliau.

Bahwa gerakan Ibnu Taimiyah dan yang sejalan dengan beliau banyak bergerak dalam penghancuran paham-paham yang disebut ahlu bid’ah.

Rilis media salafi wahabi, Rumaysho.com menuliskan bahwa gerakan Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah banyak membasmi Ulama-ulama Ahli Filsafat, Bathiniyyah, Ismailliyyah, Nashriyyah.

Baca Juga:  Wahabi, Salah Satu Firqoh Islam Yang Sangat Lihai Berkamuflase

Bahkan gerkan mereka menjadi anti-tesis dari mayoritas umat Islam yang mengamalkan amaliah Ziarah Kubur Makam Wali.

Maka kiranya pengagungan golongan salafi wahabi kepada Ibnu Taimiyah dan Muridnya Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah sangat besar. Karena Ibnu Taimiyah seperti menjadi patron untuk memperoleh pembenaran normatif gerakan salafi wahabi di era modern.

Sebagaimana rilisan gerakan Ibnu Taimiyah di Media Rumaysho, salafi wahabi juga berpandangan sama bahwa Peziarah Kubur, Pengamal Yasinan, Tahlilan, Istighasah dan amaliah lainnya sebagai kaum Ahlu Bid’ah.

Merunut pemikiran dan beberapa penyelisihan pendapat oleh Ibnu Taimiyah sebagai  kritik terhadap gerakan salafi wahabi yang banyak menuduh Muslim sebagai pengamal Bid’ah.

Bahwa pembelaan kepada Ahlu Qiblat atau Muslim adalah perintah Nabi Muhammad SAW,

عَنْ أَبِي اَلدَّرْدَاءِ رضي الله عنه عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ:  مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ بِالْغَيْبِ رَدَّ اَللَّهُ عَنْ وَجْهِهِ اَلنَّارَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ 

Artinya; “Dari Abu Darda’ RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa membela kehormatan saudaranya tanpa sepengetahuannya Allah akan menjaga dirinya dari api neraka pada hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi)

Ibnu Taimiyah dan Komentar Pedasnya

Ibnu Taimiyah menjadi panutan golongan salafi wahabi yang mengklain dirinya sebagai gerakan paling nyunnah dan sesuai dengan hadits Nabi SAW.

Baca Juga:  Kejahatan Ilmiah, Salafi Wahabi Mentahrif Shahih Bukhori, Ini Buktinya

Walaupun klaim-klaim tersebut hanya sekedar anggapan pribadi golongan mereka tanpa didukung dengan bukti faktual yang kuat. Di era modern sekarang ini, amaliah nyunnah ala salafi wahabi banyak yang  sebatas dzahirriyah, tanpa memahami esensinya.

Salah satu tokoh salafi wahabi adalah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas yang banyak membuat kritik sampai tuduhan kepada Muslim di Nusantara.

Bahkan dalam salah satu ceramah beliau mengatakan bahwa Umat Islam jangan sampai percaya bahwa Habib pada masa sekarang (keturunan Nabi SAW) membawa risalah kebenaran.

Beliau menarasikan bahwa Habib sekarang banyak terjebak dalam perbuatan bid’ah dan tidak layak menjadi contoh untuk ‘dakwah sunnah’.

Sebagaimana pepatah bahwa buah tidak jauh dari pohonnya, dan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas tidak bisa menyalahi pendapat Ibnu Taimiyah yang dalam banyak literasi memiliki pandangan kurang suka dengan Ahlu Bait.

Salah satu bukti bahwa Ibnu Taimiyah kurang suka dengan ahlu bait, menantu Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalib RA di tuliskan dalam banyak literasi. Salah satunya dari kutipan kitab Minhajussunnah an-Nabawiyah dikatakan,

Baca Juga:  Ini Cara Salafi Wahabi Memahami Bid’ah, Pantes Salah kaprah

انه كان – مخذولا, وانه قاتل للرئاسة لا للديانة…فائمة السنة يسلمون انه ماكان القتال ماء مورابه

Artinya; “(Ali bin Abi Thalib RA) orang yang sial. Di berperang hanya untuk kekuasaan, bukan karena membela agama. Para ulama sunnah mengakui bahwa sesungguhnya peperangan (menumpas para pemberontak/ bughat yang dilakukan Ali RA) itu tidak diperintahkan dalam ajaran Islam”

Tentunya silang pendapat antar Ulama namun merujuk kepada penghinaan kepada Sahabat Nabi bahkan keluarga Nabi SAW sudah melewati batas. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq