Idul Fitri: Hakikatnya dalam Islam Hingga Tradisi Mudik, THR dan Makan Ketupat di Indonesia

Idul Fitri

Pecihitam.org Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi seorang muslim setelah ia berjuang melawan hawa nafsu dengan menjalankan puasa selama bulan Ramadhan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di Indonesia sendiri, Idul Fitri atau Lebaran, selain merupakan hari kemenangan, di dalamnya terdapat serba-serbi tradisi yang sangat khas yang tidak ditemukan di negara lain di belahan dunia. Mulai dari Tunjangan Hari Raya (THR), mudik, ketupat, takbir keliling, baju baru, hingga Halal Bihalal.

Dalam tulisan ini, kami akan menyajikan tentang tradisi ķhas tersebut, namun sebelum itu, perlu juga kami menjelaskan hal-hal penting lain terkait Idul Fitri, seperti pengertian, hakikat dan termausk pula Shalat Idul Fitri.

Daftar Pembahasan:

Pengertian Idul Fitri

Idul Fitri atau yang biasa juga kita istilahkan dengan Lebaran adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa ini jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi.

Cara menentukan 1 Syawal juga berbeda. Ada yang memakai metode hisab, ada juga metode rukyah, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda.

Secara Umum Idul Fitri adalah Hari raya setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh, dinamakan Idul Fitri karena manusia kembali suci seperti bayi yang tidak mempunyai dosa dan salah.

Idul Fitri juga bisa diartikan sebagai puncak atau klimaks dari pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri sendiri memiliki keterkaitan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa. 

Hakikat Idul Fitri

Di Indonesia, Hari Raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha selalu dikaitkan dengan baju baru. Hal itu memang benar adanya, karena tradisi yang kita jumpai di masyarakat memang umumnya memakai baju baru saat hari raya.

Akan tetapi hakikat hari raya dalam Islam bukanlah bagi mereka yang memakai baju baru, melainkan bagi mereka yang ketaatan dan ketakwaannya meningkat setelah menjalani riyadhah berupa puasa di bulan Ramadhan.

Juga bukan bagi mereka yang memiliki motor atau mobil merk terbaru saat hari raya, melainkan hakikat Idul Fitri itu adalah bagi mereka yang dosa-dosanya diampuni

Baca Juga:  Begini Ketentuan Takbiran pada Hari Raya Id, Umat Islam Harus Tahu

ليس العيد لمن لبس الجديد * انما العيد لمن طاعته يزيد

ليس العيد لمن تجمل باللباس و الركوب 

انما العيد لمن غفرت له الذنوب

Bukanlah ied (hari raya) itu bagi orang yang memakai pakain baru 

Namun ied (hari raya) adalah bagi orang yang keta’atannya selalu bertambah
 
Bukanlah ied (hari raya) bagi orang yang berhias dengan pakaian dan kendaraan yang bagus

Namun ied (hari raya) adalah bagi orang yang diampuni dosa-dosanya 

Shalat Idul Fitri

Salat Idul Fitri adalah salat yang dilakukan pada hari raya Idul Fitri. Hukumnya adalah sunnah muakkadah. Adapun waktu pelaksanaannya yaitu waktu antara terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari ke arah barat.

Namun, sunnah untuk diundur atau diakhirkan hingga matahari naik seukuran satu tombak atau kurang lebih 7 dziro’ dalam pandangan mata. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Nawawi Banten di dalam Quwt al-Habib al-Gharib Tausyih ‘ala Fath al- Qarib al-Mujib halaman 82.

Tata Cara Pelaksanaan

Adapun tata cara pelaksanaan salat idulfitri yaitu dengan cara berniat dalam hati bersamaan dengan sifat takbiratul Ihram. Adapun sighat niatanya adalah sebagai berikut:

اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushallî sunnatan li Idil Fitri rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā.

Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah Idul Fitri dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”

Kemudian membaca doa iftitah, terus takbir tujuh kali. Diantara takbir yang tujuh kali tersebut diselingi dengan membaca tasbih Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar

Takbirnya sunnah dinyaringkan dan dzikirnya sunah disamarkan. Setelah itu membaca Surat Al-Fatihah, lalu membaca Surah Qâf.

Pada rakaat kedua, takbir sebanyak lima kali selain takbir bangun dari sujud. Kemudian membaca Surat Al-Fatihah, membaca Surah Iqtarabat.

Disunahkan pula mengangkat kedua tangan pada setiap takbir, juga meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri. Namun perlu diketahui bahwa mengangkat kedua tangan ketika takbir tujuh kali bukanlah termasuk fardhu atau sunnah ab’ad melainkan sunnah hay-at, makruh untuk ditinggalkan.

Tradisi Idul Fitri di Indonesia

Di Indonesia, Idul Fitri tidak hanya merupakan bagian dari perayaan keagamaan, melainkan di dalamnya juga terselip tradisi tradisi khas ketimuran yang hanya bisa ditemukan di negeri ini. Berikut kami kutipkan 7 tradisi yang ada di Indonesia berkaitan dengan Idul Fitri.

Baca Juga:  Tak Pakai Masker, Ribuan Warga di Jember Shalat Idul Fitri Berjamaah

Mudik

Setiap tahun, tepatnya setiap Idul Fitri, masyarakat yang hidup di perkotaan pulang ke kampung halamannya. Juga para santri dan para mahasiswa yang sedang belajar di ibu kota atau di Pulau Jawa turut berduyun-duyun pulang ke kampung asalnya masing-masing. Mereka pulang kampung dengan ikut pesawat, kapal, ada juga yang ikut kereta api maupun kendaraan pribadi.

Hanya saja untuk tahun ini, di tengah wabah pandemi Covid-19, kemungkinan arus mudik tidaklah padat seperti tahun-tahun sebelumnya, karena masyarakat sedang mengikuti kebijakan pemerintah untuk melakukan pembatasan jarak.

THR

Selain mudik, hal menarik lainnya terkait tradisi Idul Fitri di Indonesia adalah adanya THR atau Tunjangan Hari Raya.

THR ini awalnya digagas oleh Perdana Menteri sekaligus Menteri Dalam Negeri Indonesia ke-6, Soekiman Wirjosandjojo di tahun 1950-an. Pria yang sekaligus merupakan tokoh Masyumi ini pada mulanya hanya memberi THR pada pegawai di akhir Ramadan untuk menyejahterakan PNS.

Kemudian dalam perkembangannya, hingga kini bukan hanya instansi pemerintah saja yang memberikan THR. Tetapi pekerja-pekerja di sektor swasta misalnya buruh pabrik juga mendapatkan THR dari perusahaan mereka bekerja.

Selain itu, masing-masing orang juga memberikan uang kepada anak-anak yang Lebaran ke rumahnya. Ini biasanya disebut dengan istilah salam tempel. Maksudnya saat salaman minta maaf, disertai juga dengan amplop yang berisi uang mulai dari Rp2.000, Rp10.000 dan bahkan Rp.50.000.

Makanya, karena tradisi salam tempel ini, pada momen Idul Fitri, pertukaran uang uang baru menjadi meningkat.

Ketupat

Saat lebaran, terdapat hidangan khas yaitu ketupat. Dalam istilah Jawa, ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengaku kesalahan. Bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia dimana puastnya adalah Allah SWT.

Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran.

Janur yang ada di ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna telah datang cahaya. Anyaman pada ketupat diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.

Baca Juga:  Ketika Wajah Islam Nusantara Dilirik Dunia Internasional

Baju Baru

Anda tentu masih ingat dengan lagu anak-anak, “Baju Baru, alhamdulillah”. Lagu ini menggambarkan salah satu tradisi Indonesia yang mana lebaran selalu identik dengan baju baru.

Anak-anak merasa sangat senang jika dibelikan baju baru saat lebaran. Orang tua pun juga begitu. Mereka pada saat lebaran membeli baju baru, sandal baru, sarung baru, kopiah baru. Bahkan ibu-ibunya juga beli perabotan baru.

Takbir Keliling

Mengumandangkan takbir saat Idul Fitri maupun Idul Adha memang merupakan hal yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Dan di Indonesia, mengumandangkan takbir ini dipraktekkan dalam wujud takbir keliling, dimana masyarakat turun tumpah ruah ke jalan untuk mengumandangkan takbir sambil memukul bedug. Bahkan, ada juga yang mengadakan festival takbiran.

Ziarah Kubur

Satu hari sebelum lebaran hingga beberapa hari kemudian, masyarakat muslim Indonesia biasanya mengisi hari raya Idul Fitri dengan melakukan ziarah kubur. Baik menziarahi saudara dan keluarga yang telah meninggal, maupun mengunjungi makam para ulama dan Wali Allah.

Dalam hal ini di sebagian masyarakat, kadang mereka menyewa bus atau kendaraan air untuk ziarah ke makam ulama atau Kyai yang dianggap keramat di daerah tersebut.

Halal Bihalal

Selain ziarah kubur, masyarakat muslim Indonesia pada hari raya Idulfitri juga berkunjung sesama mereka yang masih hidup. Mereka saling maaf-maafan dan makan bersama. Di Indonesia, hal ini diistilahkan dengan Halal Bihalal, yakni mereka saling menghalalkan atau memaafkan kesalahan antara mereka.

Demikianlah serba-serbi Idulfitri di Indonesia. Mulai dari ritual yang bersifat keagamaan, seperti shalat Idulfitri hingga beberapa tradisi sarat dengan hal-hal positif.

Faisol Abdurrahman