Janji Manusia kepada Tuhannya Sebelum Lahir ke Dunia, Masih Ingatkah?

janji manusia sebelum lahir ke dunia

Pecihitam.org – Sebelum manusia memasuki alam dunia, ia terlebih dahulu berada di alam kandungan seorang ibu selama 9 bulan. Tapi, ketika di minta untuk mengingat, maka setiap manusia pasti sudah tidak ingat apapun yang terjadi selama di alam kandungan. Termasuk janji manusia kepada Allah sebelum ia lahir ke dunia ini.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Di dalam Al-Qur’an menyebutkan bahwa saat manusia masih berada di alam kandungan, ia telah terikat janji kepada Allah Swt. Tidak ada yang mengetahui perjanjian tersebut kecuali para nabi dan rasul, sebagaimana Allah Swt telah jelaskna dalam Surat Al-Hadid ayat 8 berikut,

وما لكم لاتؤمنون بالله والرسول يدعوكم لتؤمنوا بربكم وقد أخذ ميثاقكم ان كنتم مؤمنين

“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerumu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hadid: 8).

Jika di atas telah disebutkan bahwa manusia telah melakukan janji dengan Allah Swt sebelum lahir ke dunia, maka akan muncul pertanyaan kapan berlangsungnya perjanjian tersebut?

Perjanjian manusia dengan Allah Swt berlangsung sejak setelah di ciptakannya manusia pertama yaitu Nabi Adam As. Sebagaimana di jelaskan dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah berikut

Baca Juga:  Bolehkah Menjadikan Ceramah Sebagai Profesi? Begini Cara Memahami Posisi Para Dai

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ، فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَجَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصًا مِنْ نُورٍ، ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ ذُرِّيَّتُكَ

Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat. Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar. Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu,” (HR. Al-Tirmidzi).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa janji-janji dan sumpah setia seluruh keturunan Nabi Adam As di ambil ketika mereka di keluarkan dari punggungnya Nabi Adam As. Hal tersebut di benarkan dalam Al-Qur’an pada Surat Al-A’raf ayat 172 berikut,

واذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريتهم وأشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا أن تقولوا يوم القيامة انا كن عن هذا غافلين

“Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu menegluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, (Allah berfirman) bukankah Aku ini Tuhanmu?, ‘ benar (Engkau Tuhan Kami)’, kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan ‘ Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A’raf: 172).

Adapun di dalam ayat tersebut menyebutkan tentang isi dari perjanjian dan sumpah setia manusia terhadap Allah Swt, yaitu berupa kesaksian manusia mengakui bahwa Allah Swt adalah Tuhan mereka

Baca Juga:  Jalan Terindah Saat Dikritik adalah Tawakkal

Perjanjian tersebut berlaku untuk setiap manusia termasuk para Nabi dan Rasul, sesuai dengan yang di jelaskan dalam Surat Al-Ahzab ayat 7 beriku

واذأخذنا من النبيين ميثاقهم ومنك ومن نوح وابراهيم وموسى وعيسى ابن مريم وأخذ نا منهم ميثاقاغليظا

“Sumpah serupa juga di ambil Allah dari para Nabi. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian para Nabi-Nabi, dari kamu (sendiri) dan dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjajian-perjanjian yang teguh,” (QS. Al-Ahzab: 7).

Perjanjian Allah Swt dengan para Nabi dan Rasul tentu berbeda dengan manusia biasa. Apabila janji manusia yang di ambil adalah tentang menuhankan Allah Swt, maka berbeda dengan janji yang di ambil dari para Nabi dan Rasul, yaitu tentang keteguhan hati satu sama lain, menyampaikan risalah tauhid serta tugas-tugas kenabian mereka.

Baca Juga:  Kisah Debat Imam Syafii dan Imam Hambali Tentang Orang yang Meninggalkan Shalat

Dalam kitab Tafsir Al-Thabari karya Jarir al-Thabari, menyebutkan bahwa janji yang di ambil dari para rasul adalah tentang pertama kalinya Nabi Muhammad Saw di ciptakan, namun yang paling terakhir di utus.

Namun, setelah terlahir ke dunia manusia pun di buat lalai dengan janji yang telah mereka lakukan sebelum lahir tersebut, karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Oleh sebab itu, di ciptakan para Nabi dan Rasul untuk mengingatkan manusia tentang janji tersebut, karena kelak janji itu akan di tagih oleh Allah Swt pada hari Kiamat.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik