Begini Keutamaan Sahabat Anshar dalam al Quran dan Hadis

Begini Keutamaan Sahabat Anshar dalam al Quran dan Hadis

PeciHitam.org – Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah di Makkah selama kurang lebih 12-13 tahun tidak mendapatkan sambutan yang baik. Halangan dan rintangan yang didapatkan Nabi SAW sangat berat, karena Nabi SAW selalu diintai dibunuh.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dakwah periode  Makkah dapat dikatakan sebagai dakwah yang hanya menghasilkan kualyas keimanan tinggi, namun kuantitasnya sedikit.

Orang-orang Makkah yang masuk Islam inilah yang kemudian terkenal dengan assabiqunal awwalun. Semenjak turun perintah untuk berhijrah ke Yatsrib, Muhammad SAW menjalankan dengan penuh kepatuhan. Sambutan orang Yatsrib atas kedatangan Nabi dilakukan dengan penuh suka cita.

Orang-orang Yatsrib atau Madinah inilah yang kemudian disebut dengan Anshar, terdiri dari 2 suku Aus dan Khadraj. Masyarakat Madinah atau kaum Anshar adalah tipikal kaum pejuang, penolong Nabi Muhammad SAW tanpa pamrih.

Oleh karenanya Allah SWT memberikan keutamaan kepada Sahabat Anshar sebagai ganjaran ketulusan mereka.

Daftar Pembahasan:

Sahabat Anshar, Kisah Heroik Islam

Gelombang Hijrah orang Islam Makkah ke Madinah dilakukan dalam beberapa gelombang. Nabi Muhammad SAW sendiri hijrah setelah umat Islam terlebih dahulu melakukannya. Awal mula adanya hijrah Nabi SAW adalah perintah Allah SWT yang tersirat dalam ayat berikut;

وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا

Artinya; Dan Katakanlah: “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (Qs. Al-Israa: 80)

Ayat ini diturunkan ditengah adanya ancaman pembunuhan orang kafir Quraisy kepada Nabi SAW sepeninggal pelindung beliau, Abu Thalib dan Khadijah RA. Ayat ini beliau sampaikan kepada Abu Bakar yang kemudian menemani beliau selama perjalanan Hijrah ke Yatsrib.

Hijrahnya Nabi SAW ke Madinah juga didukung dengan adanya peristiwa baiat Aqobah pertama dan kedua, yang mana orang Madinah bersumpah setia kepada Nabi Muhammad SAW.

Rasul mengambil jalur hijrah berbeda dengan jalan reguler karena menghindari pengejaran orang kafir Quraisy yang berambisi membunuh beliau.

Perjalanan yang dilakukan Nabi SAW ke Yatsrib menghabiskan waktu sekurangnya 14 hari, pada tanggal 20 Rabiul Awwal tahun ke-13 Kenabian. Sambutan meriah diberikan penduduk Yatsrib atas kedatangan Nabi yang kemudian mereka tetapkan sebagai pemimpin dan panutan.

Baca Juga:  Menyingkap Rahasia Ilmu Laduni yang Dimiliki Para Waliyullah

Kedatangan Nabi SAW ke Madinah memberikan jaminan kedamaian antara suku Aus dan Khadraj yang sebelumnya selalu berselisih. Orang-orang Madinah dengan suka rela menyediakan seluruh keperluan Nabi Muhammad SAW berserta para Sahabat beliau yang ikut hijrah.

Nabi Muhammd SAW sendiri selama 7 bulan menginap di rumah Abu Ayyub al-Anshari.

Suku Aus dan Khadraj kemudian hari dikenal dengan Nama Anshar yang bermakna sebagai Penolong. Sebutkan ini merujuk kepada sikap heroik orang Yatsrib yang bersedia menerima orang Makkah, muhajirin, dengan tangan terbuka.

Mereka yang tidak memiliki rumah maka disediakan rumah, mereka yang kesulitan untuk makan maka diberikan, bahkan mereka yang  tidak membawa serta Istrinya maka orang Anshar bersedia mencarikan pendamping.

Imam Anas bin Malik menyebutkan bahwa penamaan Anshar bukan berasal dari kalangan penduduk Madinah, namun dari Allah SWT;

Tentang (nama) Anshar, apakah kalian menamakan diri kalian dengannya atau Allahlah yang menamakan kalian dengannya?. Anas Radhiyallahu anhu menjawab, Bahkan Allahlah yang menamakan kami dengan sebutan Anshar

Penamaan kaum Anshar dan Muhajirin disebutkan dalam al-Quran surah at-Taubah ayat 100 sebagai berikut;

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya; Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (Qs. At-Taubah: 100)

Keutamaan Sahabat Anshar

Kaum Anshar adalah kaum heroik yang rela memberikan jiwa, raga, harta dan segalanya untuk membela kejayaan Islam. Mereka berjuang untuk Nabi SAW dan Islam bukan  untuk mendapat imbalan atau kedudukan tinggi dalam Islam. Buktinya adalah tidak ada seorang-pun dari Kaum Anshar menjadi khalifah sepeninggal Nabi SAW.

Hal ini menunjukan keutamaan sahabat Anshar sebagai kaum yang berjuang dengan SANGAT IKHLAS. Tidak mengharapkan apapun dari membela Islam dan Nabi SAW kecuali Ridha Allah SWT.

Baca Juga:  Cinta Tanah Air Menurut Islam dan Peran Pesantren dalam Membumikannya

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya; Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (Qs. At-Taubah: 100)

Harapan orang Anshar terbayarkan dengan jaminan dalam ayat di atas, Allah Ridha kepada Mereka. Karena semata-mata memperjuangkan Islam dengan Ikhlas, bukan berharap adanya kemuliaan harta benda didunia. Keikhlasan hati yang mencari ciri utama keutamaan sahabat Anshar diabadikan dalam ayat;

وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ

Artinya; Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusaha (Qs. Al-Hasyr: 9)

Keutamaan Sahabat Anshar juga  terabadikan dalam riwayat Hadits dari Anas bin Malik bahwa mencintai orang Anshar adalah tanda keimanan. Karena perjuangan dan pengorbanan Anshar sangat tidak bisa dihargai dengan materi.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:” آيَةُ الإِيْمَانِ حُبُّ الأَنْصَارِ وَآيَــةُ النِّفَاقِ بُعْضُ الأَنْصَارِ

Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berkata, (salah satu) Tanda Keimanan adalah cinta kepada Kaum Anshar. Dan membencinya adalah tanda kemunafika (HR. Al-Bukhari)

Hadits ini menunjukan keutamaan Sahabat Anshar sebagai kaum yang mendapatkan tempat terpuji disisi Allah SWT. Keikhlasan dan kerelaan mereka memperjuangkan Islam tanpa pamrih apapun, bahkan mereka hanya mengharapkan Islam berjaya. Setelah kemenangan Islam, kaum Anshar tidak menuntut apapun dalam kepemerintahan Islam.

Anshar Membawa Nabi saw

Tanah air tumpah darah Nabi SAW adalah Makkah yang sangat beliau cintai, walaupun harus beliau tinggalkan karena tekanan represif orang kaffir Quraisy.

Nabi SAW menuju Yatsrib/ Madinah yang kemudian beliau membangun peradaban Islam di sana. Setelah Hijrah, praktis Nabi sudah tidak tinggal di Makkah bahkan setelah fathu Makkah.

Pada peristiwa fathu Makkah yang mana kota Makkah berhasil dikuasai secara penuh oleh Islam, tidak menjadikan Nabi Muhammad SAW tinggal disana.

Baca Juga:  Inilah Peringatan Ulama Salaf Tentang Bahayanya Wahabi

Nabi SAW memilih untuk kembali ke Madinah sebagai tanah air perjuangan. Di Madinah, Nabi membangun peradaban dan menjadikan Madinah sebagai Madinatun Nabi/ Madinatur Rasul (Kota Nabi).

Hal ini menunjukan kecintaan Rasul kepada Madinah dan tentunya dengan penduduknya, Anshar. Yang mana Anshar dengan segala kerendahan hati dan kedermawanan perilaku memberikan Nabi bekal perjuangan dan bekal perlindungan yang baik.

Bahkan ketika perang Hunain dan menghasilkan banyak Ghanimah, Nabi membuat sebuah putusan kontroversial dalam pembagiannya. Nabi memberikan banyak harta ghanimah kepada muallaf yang baru masuk ketika Fathu Makkah.

Dan orang yang  sudah dulu masuk Islam sama sekali tidak mendapatkan apapun kecuali hanya remah kecil.

Maka sebagian Sahabat Anshar dari golongan muda, ngrasani Nabi tentang pembagian tersebut. Dan Nabi SAW mendengar keluhan sahabat Anshar tersebut. Maka Nabi SAW mengumpulkan mereka dan berkata;

يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، مَا حَدِيثٌ بَلَغَنِي عَنْكُمْ؟ فَسَكَتُوا، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، أَمَا تَرْضَوْنَ أَنْ يَذْهَبَ النَّاسُ بِالدُّنْيَا وَتَذْهَبُونَ بِمُحَمَّدٍ تَحُوزُونَهُ إِلَى بُيُوتِكُمْ؟ قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللهِ، رَضِينَا، قَالَ: فَقَالَ: لَوْ سَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا، وَسَلَكَتْ الْأَنْصَارُ شِعْبًا، لَأَخَذْتُ شِعْبَ الْأَنْصَارِ

Nabi mengumpulkan kaum Anshar dan berkata, wahai Kaum Anshar, apakah kalian tidak rela orang berperang dan pulang hanya membawa harta benda duniawi, Sedangkan kalian (pulang) membawa Muhammad SAW ke rumah kalian (Madinah)? Dan Sahabat Anshar menjawab, Kami Ridha!.

Kisah ini menunjukan sikap heroik dan keikhlasan perjuangan orang Anshar yang sangat layak mendapatkan pahala yang sangat besar. Keutamaan Sahabat Anshar tidak lain adalah penghargaan Allah SWT kepada orang yang Ikhlas dalam berjuang. Ash-Shawabu Minallah.

Mohammad Mufid Muwaffaq