Kisah Cinta Dua Nabi Palsu Sajah binti Al Harits dan Musailamah Al-Kadzab

Sajah binti Al Harits

Pecihitam.org – Pada masa khalifah Abu Bakar, terdapat perempuan bernama Sajah binti Al Harits ibn Suwaid ibn Aqfan dari Bani Yarbu, berkabilah Tamim. Ia sangat terampil bersyair dan menyanyi, bahkan pandai, cerdas, juga berpengetahuan luas. Kebiasaannya membaca dan berbaur dengan masyarakat yang cinta ilmu pengetahuan, membuatnya menguasai beberapa agama dan kitab sucinya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sayangnya kepintaran yang dimilikinya, membuatnya semakin tamak. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai utusan setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Kepopuleran yang dimiliki dimanfaatkannya dengan baik untuk menggait pengikut sebanyak-banyaknya.

Pola penyebarannya dimulai dari keluarga terdekatnya, kemudian masyarakat sekitar lingkungannya. Para pembesar Bani Tamim seperti Zabarqan ibn Badr, Atharid ibn Hajib, Syabast ibn Rabiy ar Riyakhi, Amr ibn Al Ahtam dan lain-lainnya secara berturut-turut menjadi pengikutnya.

Kemudian, para pengikutnya semakin bertambah akibat rayuan dan ajakan para pembesar-pembesar Bani Tamim tersebut. Akhirnya orang-orang mulai berbondong-bondong mengikuti dan berikrar setia kepada Sajah binti Al Harits.

Ketika sudah dirasa cukup banyak pengikutnya, dengan kepintarannya ia membakar semangat api perjuangan untuk menyerang penduduk Hijaz dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaan. Kemudian melanjutkan dengan menguasai tanah Makkah dan merebut kekuasaan Khalifah Abu Bakar di Madinah. Akhirnya segala persiapan telah dilakukan untuk melakukan rencana itu, Sajah binti Al Harits beserta pengikutnya pergi untuk menyerang Hijaz.

Baca Juga:  Nasehat Imam Abu Hanifah Kepada Khalifah Tentang Poligami

Sebelum tiba di Hijaz, ia bertemu dengan Musailamah Al-Kadzab di Yamamah (sebuah daerah di pinggiran Hijaz). Pada saat itu, Musailamah juga mengaku sebagai Nabi palsu dan mempunyai ambisi kuat untuk menguasai Hijaz, menaklukan Makkah dan Madinah.

Pertemuan ini menghasilkan aliansi yang kuat antara Musailamah dan Sajah binti Al Harits. Musailamah melihat potensi yang besar dari Sajah, mulai dari pengikut hingga kepandaian yang ia miliki. Maka, tanpa pikir panjang Musailamah menawarkan persekutuan, dan hal ini disambut baik oleh Sajah binti Al Harits.

Susun-menyusun strategi dilakukan keduanya untuk tujuan penaklukan tersebut. Namun di tengah perancangan rencana, Musailamah rupanya mulai tertarik dengan sosok Sajah binti Al Harits. Kepandaiannya bersyair serta kepiawaiannya dalam menguasai ilmu pengetahuan membuat Musailamah terpikat kepadanya.

Baca Juga:  Kisah Cinta Abdullah dan Aminah Hingga Lahirnya Muhammad Kecil

Akhirnya Musailamah segera mengungkapkan perasaannya, dan disambut dengan penerimaan yang indah dari Sajah binti Al Harits. Janji suci hidup semati pun mereka ucapkan dalam upacara pernikahan. Pernikahan mereka semakin menguatkan aliansi yang dibentuk.

Kekuatan besar dari kedua pasangan ini bersatu menjadi kesatuan yang kuat. Baik Musailamah maupun Sajah saling berkontribusi menyumbangkan pemikiran untuk menggulingkan kekuasaan Khalifah Abu Bakar. Setelah dikira persiapan dan perencanaan matang, keduanya segera melancarkan serangan ke daerah Hijaz.

Sayangnya, serangan mereka selalu terpatahkan oleh pasukan Khalifah Abu Bakar. Namun mereka tetap tidak menyerah, mereka kembali menggempur habis-habisan daerah kekuasaan yang diincar. Namun berkali-kali mencoba, usaha itu hanya menghasilkan kegagalan dan kekalahan belaka. Dan hal ini membuat Sajah berpikir ulang untuk mewujudkan ambisinya menguasai tanah Hijaz, Makkah, dan Madinah.

Lama Sajah berpikir, muncul keputusan untuk meninggalkan sementara ambisinya dan menyingkir ke kota Mosul di Syam. Disana ia bisa hidup tenang bersama pengikut setianya. Namun sebuah kabar besar mengagetkannya, pasukan yang dibina suaminya berhasil dihancurkan tentara yang dikomandoi Khalid ibn al Walid. Dan Wahsyi ibn Harb menjadi aktor dibalik kematian suaminya.

Baca Juga:  Doa Nabi Muhammad Pada Pernikahan Putrinya

Sajah pun kian dibuat getar getir perihal nasibnya. Dia sempat mendengar kabar bahwa Khalid ibn al Walid juga mengirim pasukan khusus untuk melacak keberadaan dirinya. Kebingungan melanda dirinya, akhirnya ia memilih jalan aman untuk bertaubat dan kembali masuk agama Islam. Pertaubatan inilah yang membawa keamanan bagi dirinya. Sehingga dirinya tetap hidup aman sampai akhir hayatnya.

Muhammad Nur Faizi