Kisah Doa yang Dikabulkan dan Bukti Kehambaan Manusia

doa yang dikabulkan

Pecihitam.org – Setiap doa yang dimunajatkan bisa cepat bisa lambat dikabulkan, atau malah tidak dikabulkan sama sekali oleh Allah. Karena masalah di kabulkannya sebuah doa itu adalah hak prerogatif yang di miliki oleh Allah SWT.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hanya saja sebagai manusia yang di berikan tanggungan dan kewajiban di perintahkan untuk selalu dan selalu berdoa di balik pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Karena doa merupakan laksana senjata bagi setiap muslim.

Berikut adalah tiga kisah nyata tentang keoptimisan dan keyakinan untuk hidup bahagia dan mulia dari sebuah doa. Jangan pernah putus harapan, raihlah asa sesuai dengan realita dan kemampuan. Insya Allah akan di berikan jalan.

Dalam kitab al-Du’a al-Ma’tsurat wa Adabuhu wa Ma Yajibu ‘ala al-Da’i Ittiba’uhu wa Ijtinabuhu, Imam Abu Bakr al-Thurthusyi mencatat beberapa riwayat kisah tentang doa yang dikabulkan. Berikut beberapa riwayatnya semoga bisa dijadikan hikmah.

Riwayat pertama, menceritakan Sayyidina ‘Uqbah bin Nafi’ yang sembuh dari kebutaan setelah diajarkan doa dalam mimpinya. Ia adalah kemenakan Sayyidina ‘Amr bin ‘Ash dan seorang jenderal yang bertugas sejak era Khalifah Umar bin Khattab sampai Daulah Umayyah. Lahir di Makkah tahun 1 H, dan wafat di Aljazair tahun 63 H. Berikut kisahnya:

وحكي عن الليث بن سعد أنه قال: رأيت عقبة بن نافع ضريرا ثمّ رأيته بصيرا، فقلت له: بم رد الله عليك بصرك؟ فقال: أتيت في المنام فقيل لي: قل يا قريب يا مجيب يا سميع الدعاء، يا لطيف لما يشاء، رُدّ عليَّ بصري، فقلتها فرد الله عليَّ بصري

Diceritakan dari al-Laits bin Sa’d, ia berkata: “Aku melihat ‘Uqbah bin Nafi’ dalam keadaan buta, kemudian aku melihatnya (sudah bisa) melihat (kembali).”

Aku bertanya kepadanya: “Dengan apa Allah mengembalikan penglihatanmu?”
Ia menjawab: “Aku bermimpi dan dikatakan kepadaku: ‘Ucapkanlah: Ya qarib, ya mujib, ya sami’ad du’a, ya lathif li ma yasya’u, rudda ‘alayya bashari.

Baca Juga:  Dialog Kyai NU dan Seorang Pemuda Bercelana Cingkrang

(Wahai Tuhan yang Maha-Dekat, wahai yang Maha-Mengabulkan, wahai yang Maha-Mendengarkan doa, wahai yang Maha-Lembut atas apa-apa yang dikehendaki-Nya, kembalikanlah penglihatanku).

Kemudian aku mengucapkan doa tersebut dan Allah mengembalikan penglihatanku.”

Riwayat kedua, menceritakan Imam Abdul Malik bin Habib al-Qurthubi (174-238 H), seorang ulama mazhab Maliki dari Cordova, Andalusia. Ketika itu ia sedang dalam perjalanan menggunakan perahu, dan air laut bergelombang sangat besar. Berikut riwayatnya:

وروي أبو محمد بن أبي زيد أن عبد الملك بن حبيب الذي يقال له: عالم الأندلس كان مستجابا، وأن البحر هاج بهم في اللجة، فقام فتوضأ ثمّ رفع يديه إلي السماء فقال: اللهم ماذا العذاب الذي أوتينا، وما هذه القدرة؟ اللهم إن كنت تعلم أن رحلتي هذه كانت لوجهك خالصا، ولإحياء سنن رسولك فاكشف عنا هذا الغم، وأرنا رحمتك كما أريتنا عذابك، فكشف الله عنهم بلطفه في الوقت

Diriwayatkan dari Abu Muhammad bin Abu Zaid bahwa Abdul Malik bin Habib, seorang ahli ilmu dari Andalusia, (pernah) dikabulkan doanya. (Ketika itu) terjadi ombak laut yang sangat besar. Kemudian Abdul Malik bin Habib berwudhu dan menengadahkan kedua tangannya ke langit. Ia berucap:

“Ya Allah, azab apa ini yang ditimpakan kepada kami, dan qudrah (kehendak) apa ini? Ya Allah, kiranya Engkau tahu bahwa sesungguhnya perjalananku ini semata-mata untuk (mengharapkan ridha)-Mu, dan untuk menghidupkan sunnah Rasul-Mu, maka hilangkanlah kesusahan ini dari kami, dan perlihatkanlah rahmat-Mu kepada kami sebagaimana Engkau telah memperlihatkan azab-Mu.”

Kemudian Allah menghilangkan kesusahan mereka seketika itu juga dengan kemaha-lembutan-Nya.”

Riwayat ketiga, menceritakan mimpi Imam Ibnu Khuzaimah tentang Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri mazhab Hanbali. Imam Ibnu Khuzaimah (223-311 H) adalah seorang ahli hadits dan fiqih dari mazhab Syafi’i. Ia terkenal dengan kitab kumpulan haditsnya, Shahih Ibnu Khuzaimah. Berikut riwayatnya:

Baca Juga:  Inilah Point Penting dari Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW

وحكي عن ابن خزيمة أنه قال: لما مات أحمد بن حنبل كنت بالاسكندرية، فاغتممت، ورأيت أحمد بن حنبل في المنام وهو يتبختر، فقلت: يا أبا عبد الله؟ أي مشية هذه؟
فقال مشية الخدام في دار السلام، قلت: ما فعل الله بك؟ قال: غفر لي، وتوجني، وألبسني نعلين من ذهب، وقال: يا أحمد، هذا بقولك القرآن كلامي، ثم قال: يا أحمد ادعني بتلك الدعوات التي بلغتك عن سفيان الثوري وكنت تدعو بها في دار الدنيا
فقلت: يا رب كل شيء بقدرتك علي كل شيء، اغفر لي كل شيء ولا تسألني عن شيء، فقال: يا أحمد هذه الجنة فادخلها، فدخلتها

Diceritakan dari Ibnu Khuzaimah, ia berkata: Ketika Ahmad bin Hanbal meninggal, aku sedang berada di Iskandariah, aku pun bersedih. Lalu aku melihat Ahmad bin Hanbal dalam mimpi, ia berjalan dengan gaya yang menawan. Aku pun bertanya: “Wahai Abu Abdillah, jalan macam apa ini?”

Ahmad bin Hanbal menjawab: “Jalannya para pelayan di rumah keselamatan.”
Aku bertanya lagi: “Apa yang diperbuat Allah kepadamu?”

Ia menjawab: “Allah telah mengampuniku, memahkotaiku, dan memakaikan kepadaku dua sandal dari emas.” Dia berfirman: “Wahai Ahmad, (anugerahKu) ini karena perkataanmu bahwa Al-Qur’an adalah kalam-Ku,”

Kemudian Allah berfirman lagi: “Wahai Ahmad, berdoalah kepada-Ku dengan doa yang telah disampaikan Sufyan al-Tsauri kepadamu.” Aku pun berdoa dengan doa-doa tersebut di kehidupan dunia (ketika aku masih hidup). Aku berdoa:

“Ya rabbi kulli syai’in, bi qudratika ‘ala kulli syai’in, ighfir li kella syai’in wa la tas’alani ‘an syai’in

Baca Juga:  Dahsyatnya Malam Peristiwa Kelahiran Nabi Muhammad SAW

(Wahai Tuhan segala sesuatu, dengan kuasa-Mu atas segala sesuatu, ampunilah aku (dari) segala sesuatu (dosa dan kesalahan), dan jangan Kau tanyakan sesuatu pun kepadaku.”

Lalu Allah berfirman: “Wahai Ahmad, surga ini, masuklah kau ke dalamnya, maka aku pun memasukinya.”

Tiga riwayat tentang doa yang dikabulkan oleh Allah di atas menunjukkan bahwa doa wajib diperankan dalam kehidupan kita. Karena doa tidak sekadar bentuk formal untuk memohon sesuatu kepada Allah. Namun juga bentuk pengakuan akan kelemahan kita sebagai manusia sekaligus pengakuan akan kemaha-kuasaan Allah sebagai Tuhan semesta alam.

Dengan berdoa, kita bisa merendahkan diri dari dan membunag kesombongan kita. Perlahan-lahan membangun kesadaran kita, bahwa sebaik apa pun usaha manusia, akan bertambah kebaikannya dengan memasrahkan sepenuhnya kepada Allah.

Allah berfirman (QS. Al-An’am: 43): “Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitan pun menjadikan indah apa yang selalu mereka kerjakan.” Ayat ini menunjukkan permintaan kepada makhluk (manusia) untuk berdoa.”

Demikian semoga bermanfaat, Wallohu A’lamu Bishowaab

Dikisahkan dalam kitab al-Du’a al-Ma’tsurat wa Adabuhu wa Ma Yajibu ‘ala al-Da’i Ittiba’uhu wa Ijtinabuhu, Imam Abu Bakr al-Thurthusyi

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *