Kisah Fatimah az Zahra, Putri Rasulullah yang Bergelar Ummu Abiha

fatimah az zahra putri rasulullah

Pecihitam.org Dikisahkan bahwa lima tahun sebelum kenabian, lahirlah seorang putri keturunan dua insan mulia dari Muhammad bin Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid. Seorang putri yang kelak akan menjadi pemimpin perempuan umat Islam. Putri kecil tersebut diberi nama Fatimah Az-Zahra.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Fatimah Az-Zahra adalah putri yang sangat dicintai Rasulullah Saw. Satu waktu Nabi Muhammad Saw. bersabda, “sungguh Fatimah adalah bagian dariku. Barangsiapa ragu kepadanya, berarti dia ragu kepadaku. Barangsiapa yang menyakitinya, maka dia menyakitiku.”

Fatimah sangat mirip dengan Rasulullah Saw. Aisyah r.a. berkata, “aku tidak pernah melihat seorang pun yang perkataannya mirip dengan Rasulullah Saw. selain Fatimah. Jika Fatimah mendatangi Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw. pun berdiri dan menciumnya serta menyambutnya sebagaimana yang dilakukan Fatimah saat menyambut Rasulullah Saw.”

Fatimah az Zahra putri terakhir Rasulullah Saw. ini dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Fatimah mewarisi sifat-sifat mulia dari kedua orang tuanya. Fatimah juga banyak menjalankan peran dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw.

Ketika Fatimah berusia lima tahun, sang ayah diangkat menjadi rasul. Meski hanya gadis belia, ia sudah menyadari seberapa berat beban yang dipikul ayahnya sehingga ia pun ikut merasakan penderitaannya.

Setelah sang ibu wafat, Fatimah jugalah yang mendampingi dan menyiapkan segala kebutuhan sang ayah. Ia bersetia menjaga sang ayah dari kekejaman orang-orang kafir pada saat itu. Lantaran khidmat dan baktinya yang begitu besar kepada sang ayah, Fatimah pun diberi gelar sebagai “Ummu Abiha” yang berarti ibu dari ayahnya.

Baca Juga:  Inilah yang Dialami Siti Aminah 12 Hari Menjelang Lahirnya Nabi Muhammad

Suatu hari, orang-orang kafir Quraisy berkumpul di sebuah tempat. Mereka berkata, “Apabila Muhammad lewat, maka pukullah ia, setiap satu orang harus memukulnya satu pukulan”. Fatimah yang mendengar hal itu langsung bergegas mengabarkannya kepada sang ayah. Rasulullah Saw. pun berkata, “Wahai anakku, diamlah (jangan kau menangis).”

Pada waktu yang lain, saat Rasulullah Saw. keluar dari rumahnya, seorang kafir Quraisy menghadangnya dan melemparnya dengan debu. Beliau kemudian masuk lagi ke dalam rumahnya.

Saat itu, Fatimah segera membawakan baskom besar berisi air dan membersihkan wajah sang ayah dengan kedua tangannya sendiri sembari menangis. Rasulullah Saw. pun berkata, “Wahai anakku, janganlah menangis, sebab sesungguhnya Allah Swt. adalah pelindung ayahmu.”

Fatimah adalah gadis yang pemberani. Itulah mengapa ia dijuluki sebagai putri pelindung Nabi Muhammad Saw. Ia tidak takut menghadapi orang kafir yang menyakiti ayahnya. Abdullah bin Masud pernah bercerita. Ia berkata, “Kami sedang bersama Rasulullah Saw di masjid saat beliau sedang shalat.

Baca Juga:  4 Nama Sahabat Nabi Yang Menjadi Khalifah

Ketika itu ada seekor domba yang disembelih dan tersisa isi perutnya. Abu Jahl kemudian berkata, “Adakah seseorang yang mau mengambil isi perut ini dan melemparkannya ke Muhammad?” Uqbah bin Mu’ith pun menyanggupi tawaran tersebut.

Tepat saat Rasulullah Saw sujud, Uqbah bin Mu’ith melemparkan isi perut tersebut ke punggung Nabi Saw. Mereka tertawa keras sekali sedangkan orang-orang di sekitar Nabi Muhamamd Saw. tak berani bertindak lebih lanjut.

Abdullah bin Masud berkata, “Kami takut untuk mengangkatnya dari punggung Nabi Muhammad Saw. sedangkan aku hanya berdiri melihatnya. Seandainya aku memiliki kekuatan, maka akan aku lempar isi perut tersebut dari punggung Rasulullah Saw. Rasulullah Saw masih saja bersujud hingga akhirnya sang putri Fatimah datang dan mengangkat kotoran tersebut dari atas punggungnya.

Usai Perang Badai, Fatimah Az-Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Ia menikah tepat saat usianya telah lebih dari 15 tahun. Dalam berumah tangga, Ali dan Fatimah hidup dalam kesederhanaan. Kasur yang mereka tiduri terbuat dari kulit domba dan jika mereka hendak tidur, maka mereka membalikkan bulunya. Sementara itu, bantal yang digunakan terbuat dari kulit yang diisi dengan rumput kering.

Baca Juga:  Kisah Gus Dur Meminta Doa Kepada Pemulung

Ali dan Fatimah kemudian dikaruniai empat orang anak. Mereka diberi nama Hasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum. Dari putrinya yang dijuluki putri pelindung Nabi Muhammad Saw. yang bernama Fatimah inilah garis keturunan Nabi Muhammad Saw. terjaga.

Setelah Rasulullah Saw. wafat, Fatimah kemudian jatuh sakit. Ia lalu menghembuskan napas terakhirnya di usianya yang masih sangat muda yakni ke-27, pada malam Selasa, 13 Ramadhan 11 Hijriyah, tepat enam bulan setelah kepergian sang ayah.

Pada malam itu, salah satu perempuan terbaik telah kembali kepada Tuhannya. Umat Islam berduka, bahkan langit pun ikut berkabung melepas kepergian putri suci kesayangan Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw. Bersabda, “Sebaik-baiknya perempuan penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Aisyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti Imran.” (H.R. Ahmad).

Wallahu A’lam.

Ayu Alfiah