Air Sedikit yang Terkena Najis Tetap Suci Jika Tidak Mengalami Perubahan! Ini Dalilnya

Air Sedikit yang Terkena Najis Tetap Suci Jika Tidak Mengambil Perubahan

Pecihitam.org – Pendapat yang masyhur dalam Mazhab Syafi’i adalah air yang sedikit jika terkena najis maka juga menjadi najis walaupun tidak mengalami perubahan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun terdapat beberapa ulama dari kalangan madzhab Imam Syafi’i yang berpendapat bahwa air yang sedikit tetap suci walaupun terkena najis selagi tidak mengalami perubahanm pada bau warna maupun rasanya.

Perlu kami perjelas di sini, bahwa yang dimaksud dengan air yang sedikit adalah air yang tidak mencapai ukuran dua qulah.

Dalam banyak kitab fiqih disebutkan bahwa ukuran volume 2 qulah itu adalah 500 rithl Baghdad.

Lalu ulama kontomporer, seperti Dr. Wahbah Zuhaili dalam Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu menemukan bahwa dua qullah itu kira-kira sejumlah 270 liter.

Ini adalah pendapat Ibnu Al-Munzir, Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din dan Imam Ar-Rauyani di dalam kitabnya, Al-Bahr dan Al-Hilyah.

Penjelan tentang tidak najis air yang sedikit ketika terkena benda najis selagi tidak mengalami perubahan, terdapat dalam kitab Al-Bajah al-Wirdiyyah Juz I halaman 30

Baca Juga:  Bolehkah Berwudhu di dalam WC? Sementara dalam Wudhu Terdapat Kalimat Dzikir

ﻭﻗﻴﻞ ﻻ ﻳﻨﺠﺲ ﻛﺜﻴﺮ ﺍﻟﻤﺎﺀ و ﻻ ﻗﻠﻴﻠﻪ الا ﺑﺎﻟﺘﻐﻴﺮ ﺣﻜﺎﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﻋﻦ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ و ﻏﻴﺮﻫﻢ و ﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ و ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻲ ﺍﻼ ﺣﻴﺎﺀ و ﺍﻟﺮﻭﻳﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﻴﻪ ﺍﻟﺒﺤﺮ و ﺍﻟﺤﻠﻴﺔ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻫﻮ ﺍﺧﺘﻴﺎﺭﻱ ﻭﺍﺧﺘﻴﺎﺭ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺭﺃﻳﺘﻬﻢ ﺑﺨﺮﺍﺳﺎﻥ و ﺍﻟﻌﺮﺍﻗﻲ


Dikatakan, tidak menjadi najis air yang banyak dan air yang sedikit kecuali jika mengalami perubahan. Pendapat ini diceritakan oleh Imam Nawawi di dalam kitab majmu tentang segolongan sahabat dan yang lainnya.

Dan inilah yang dipilih oleh Ibnu Al-Munzir, Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din dan Imam Ar-Rauyani di dalam kitabnya, Al-Bahr dan Al-Hilyah.
Imam Ar-Rauyani berkata, “Inilah pendapat pilihanku dan pilihan orang-orang-orang orang aku melihat mereka di Khurrasan dan Iraq.

Penjelasan serupa juga dikutip oleh Sayyid Bakri Syatha di dalam Kitab I’anatut Thalibin sebagai berikut

Baca Juga:  6 Manfaat Wudhu Sebelum Tidur

واختار كثيرون من أئمتنا مذهب مالك: أن الماء لا ينجس مطلقا إلا بالتغير. قوله: واختار كثيرون الخ مرتبط بقوله وينجس قليل الماء الخ. قوله: لا ينجس مطلقا أي قليلا كان أو كثيرا. قال ابن حجر: وكأنهم نظروا للتسهيل على الناس، وإلا فالدليل ظاهر في التفصيل

Banyak dari imam kami yang memilih mazhab Imam Malik bahwa air tidak menjadi najis setelah secara mutlak jika tidak mengalami perubahan. Maksud perkataan ‘banyak Imam kami memilih’ dan seterusnya… berkaitan dengan perkataan mushannif ‘dan menjadi najis air yang sedikit’ hingga seterusnya…

Dan perkataan ‘tidak menjadi najis secara mutlak’ maksudnya baik sedikit maupun banyak. Ibnu Hajar mengatakan seolah-olah mereka memandang ini untuk mempermudah orang banyak. Jika tidak, maka dalil tentang perinciannya cukup jelas.

Demikianlah beberapa penjelasan berkaitan dengan tidak najisnya air yang sedikit walaupun tercampuri atau terkena benda najis jika tidak mengalami perubahan.

Baca Juga:  Tafsir Ahkam: Nash al-Qur’an mengenai Kewajiban Tertib dalam Wudhu

Ini memang bukan pendapat mu’tamad dalam Mazhab Syafi’i, dan ini justru merupakan pendapat yang dipegang dalam mazhab Imam Malik. Tapi pendapat ini juga boleh diikuti, apalagi jika mengingat kondisi di mana susah mendapatkan air, seperti pada saat musim kemarau di Indonesia atau atau pada kondisi-kondisi tertentu lainnya yang sulit untuk mendapatkan air yang banyak. Demikian, wallahu a’lam bisshawab!

Faisol Abdurrahman