Kisah Hasan al Bashri Mengejar Wanita Cantik

Kisah Hasan al Bashri Mengejar Wanita Cantik

Pecihitam.org – Di kalangan tasawuf mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Hasan al Bashri. Seorang ulama zuhud dan sufi ternama dari kalangan Tabiit Tabiin. Ada kisah menarik yang mana ketika Hasan al-Basri remaja, sebelum menjadi alim lagi wali yang zuhud, adalah seorang yang tampan dan sentiasa memakai pakaian yang mahal.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Ia sering kesana sini di dalam kota seperti anak-anak muda yang lain bermondar-mandir tanpa tujuan hidup yang teguh. Suatu hari ketika berjalan-jalan di tengah kota Basrah, dia bertemu seorang wanita cantik dengan sepasang mata yang sangat menarik.

Seketika itu, timbullah rasa ghairahnya sehingga tanpa sadar kakinya terus mengikuti wanita cantik itu. Wanita itu sadar ada orang mengikutinya, lalu ia menoleh kepada Hasan al Bashri; “Tuan terus mengikuti saya, apakah tuan tidak malu?”

Hasan al Bashri pun menoleh kiri dan kanan dan mendapati tiada siapa pun di situ. “Hendak malu kepada siapa? Bukankah tak ada orang melihat.” katanya.

Baca Juga:  Biografi Hasan al-Basri, Ulama Hadits pada Masa Tabi'in

“Sekalipun pada Allah yang Maha Mengetahui khianatnya mata dan apa yang tersembunyi di sebalik dada.” kata wanita itu.

Hasan tertegun mendengarnya namun karena tak mampu melawan nafsunya, dia tetap mengikuti wanita itu.

“Mengapa tuan masih mengikuti saya?”

“Saya tertarik dengan dua matamu yang cantik” kata Hasan.

“Baik, tuan tunggulah di sini. Biarlah saya pulang dahulu dan akan saya hantarkan apa yang tuan mau” kata wanita itu.

Hasan pun menunggu dengan rasa berdebar-debar.

Tidak lama kemudian, dari dalam rumah keluarlah seorang pembantu wanita tadi dengan mengulurkan suatu kotak berbalut sapu tangan.

“Tuan, ini majikan saya kirimkan untuk tuan.”

Dengan rasa amat gembira, Hasan pun membuka kotak itu.

Alangkah terkejutnya apabila di dapati dua biji mata yang berlumuran darah.

“Wanita yang tuan ikuti tadi ialah majikan saya. Ia berpesan, dia tidak mau memiliki mata yang membawa fitnah atas orang lelaki. Dia mengirim mata ini agar tuan boleh menikmati dan terbebas dari godaan itu. Ambillah tuan.”

Baca Juga:  Mengenal Hasan Al Bashri Sang Sufi dari Kalangan Tabi’in

Menggigil tubuh Hasan al-Basri dengan peristiwa menyayat hati ini. Ia pun pulang dan semalaman dia menangis bertaubat kepada Allah.

Keesokan harinya, Hasan pun pergi ke rumah wanita itu lagi untuk meminta maaf. Namun menurut tetangga yang berdekatan, wanita itu telah meninggal karena terlalu sedih akan dosanya.

Bergetar hebat Hasan mendengarnya, rasanya bagaikan hendak tumbang.

Selama tiga hari menangislah dia di rumahnya. Pada akhir malam yang ketiga itu, Hassan telah bermimpi melihat wanita tersebut sedang duduk di taman surga.

“Wahai tuan, dari dulu saya telah memaafkan perbuatan tuan yang tak senonoh itu, karena dari perbuatan tuan saya akhirnya duduk mulia di hadapan Allah.”

“Kalau benar engkau maafkan saya, berilah saya nasihat agar saya menjadi orang soleh.” Jawab Hasan

“Bertaubatlah waktu tuan sedang bersendirian atau ketika banyak orang. Ingat Allah dan berzikir serta beristighfarlah dengan sungguh-sungguh pagi dan petang.”

Baca Juga:  Kisah Ka'ab bin Malik Yang Tidak Ikut Perang Tabuk

Hasan Al-Basri kemudian mengamalkan nasihat tersebut. Beliau akhirnya dikenali sebagai wali yang zuhud, taat dan termasyur karena memiliki budi pekerti yang mulia.

Begitulah sejarah menorehkan kehebatan wanita yang beriman. Begitu takut menampakkan kecantikan dirinya kepada lelaki yang bukan muhrim yang mampu mengundang seribu fitnah.

Lebih-lebih lagi pada zaman yang penuh kerusakan ini. Benarlah ayat ALLAH……

Tundukkanlah pandanganmu terhadap yang bukan muhrim karena sering berlaku “panahan syaitan” di mata.

Lukman Hakim Hidayat