Asal Mula Tercetusnya Bait-bait Pujian Al-Burdah untuk Rasulullah

al Burdah al Bushiri

Pecihitam.org – Al-Burdah adalah salah satu kumpulan bait-bait pujian untuk Rasulullah yang sangat terkenal. Pujian ini ditulis oleh al Bushiri.seorag ulama yang lahir di Dallas, Maroko, pada 610 H (1213 M) dan dibesarkan di Bushir, Mesir.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam bidang fiqih, al-Bushiri menganut Mazhab Syafi’i, yaitu mazhab fikih mayoritas di Mesir. Ia juga pengikut Thariqat Syadziliyah dan menjadi salah satu murid Sulthonul Auliya Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily.

Dalam sejumlah riwayat, syair al-Burdah disusun Imam al-Bushiri ketika dirinya menderita sakit keras. Dia menderita lumpuh yang menyebabkan ia kesulitan untuk bergerak. Hingga akhirnya ia memaksakan diri untuk menulis syair tersebut sampai tertidur.

Dalam tidurnya, al-Bushiri bermimpi bertemu dengan Rasulullah Muhammad SAW. Nabi SAW kemudian mengusap wajahnya dengan menggunakan jubah al-burdah dan mengenakannya pada Al-Bushiri.

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan, al Bushiri sempat berbincang-bincang dengan Rasulullah SAW dan membacakan syair tersebut hingga bait ke-51 yang berbunyi, wama balaghu al-ilmi annahu masyarun.

Baca Juga:  Tragedi Karbala dan Sikap Muslim Sejati dalam Menanggapinya

Setelah itu, al-Bushiri tidak sanggup lagi meneruskan kata-katanya. Kemudian Rasulullah Saw memintanya untuk meneruskan, namun al-Bushiri berkata bahwa dirinya tak sanggup lagi. Rasulullah kemudian menyempurnakan bait itu hingga kalimat, wa annahu khayri khalqillahi kulllihimi.

al-Bushiri lantas terbangun dari mimpinya dan merasakan keajaiban. Penyakit yang dideritanya sudah tidak dirasakan lagi. Maka dari itu, ia kemudian meneruskan untuk membuat syair tersebut dan memuji kemuliaan Rasulullah SAW.

Dalam keterangan lain disebutkan, ada sejarah yang meriwayatkan bahwa jubah milik Nabi Muhammad SAW ini telah diberikan kepada Kaab bin Zuhair bin Abi Salma. Dia adalah seorang penyair terkenal Muhadramain (penyair dua zaman, jahiliyah dan Islam). Konon, ia mempersembahkan syair al-Burdah tersebut kepada Rasulullah SAW atas sikap dan akhlak beliau yang agung.

Baca Juga:  Islamisasi Pengetahuan, Proses Mewarnai Pengetahuan dengan Nilai-Nilai Islam

Awalnya, Kaab bin Zuhair kerap kali mengubah syair yang menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabatnya. Merasa keselamatannya terancam, Kaab melarikan diri dan bersembunyi untuk menghindari luapan amarah para sahabat Rasul.

Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah (Fathu Makkah), saudaranya yang bernama Bujair bin Zuhair mengirim surat kepada Kaab dan memintanya pulang untuk menemui Rasulullah. Bujair mengatakan bahwa Rasulullah Saw tak akan menghukum umatnya yang telah bertobat. Akhirnya, Kaab bin Zuhair pun memutuskan untuk kembali ke Madinah.

Di kota Nabi ini, Kaab disambut hangat dan penuh rasa hormat oleh Rasulullah melalui Abu Bakar Siddiq. Bahkan, Rasulullah memberikannya jubah atau burdahnya kepada Kaab. Setelah itu, Kaab mengubah syair-syair yang menjelekkan Rasulullah dengan syair yang memuji akhlak beliau.

Dalam riwayat lain juga disebutkan, jubah yang menjadi milik Kaab bin Zuhair ini dibeli Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan seharga 20 ribu dirham. Lalu, jubah tersebut dibeli lagi oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah seharga 40 ribu dirham.

Baca Juga:  Meneladani Kesuksesan Dakwah Rasulullah

Oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur, jubah tersebut hanya dipakai setiap shalat Id. Ia pun membiasakan hal itu kepada anak dan cucunya.

Namun, kebanyakan ulama lebih mendukung riwayat pertama yang menyatakan, syair al-Burdah ditulis oleh Imam al-Bushiri, berkaitan dengan sakit yang dideritanya. Wallahua’lam bisshawab.

Lukman Hakim Hidayat