Mengungkap Makna Kata Walisongo Yang Sebenarnya

Mengungkap Makna Kata Walisongo Yang Sebenarnya

Pecihitam.org- Sebelum lebih jauh mengungkap makna kata walisongo, perlu diketahui bahwa Wali dan manusia adalah dua entitas yang berbeda. Untuk bisa kearah itu diperlukan penyadaran bahwa wali-wali adalah sosok yang memiliki kelebihan, karena kedekatannya dengan Allah SWT.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Wali dapat menjadi wasilah atau perantara yang menghubungkan antara manusia dengan Allah. Untuk dapat menjadi wasilah tentu harus memiliki atau memenuhi persyaratan kedekatan dan kesucian atau menjadi orang suci.

Kedekatan tersebut diperoleh melalui upaya-upaya individual yang dilakukan seseorang dalam berhubungan dengan Allah lewat dzikir atau wirid dan riyadha yang sistematis dan terstruktur. Melalui kedekatan (taqarrub) akan memunculkan aura yang disebut dengan kesucian.

Dengan demikian kesucian adalah level kedua yang diperoleh seseorang setelah level pertama dipenuhi, dan lewat kesucian wasilah dapat dimaknai. Lantas apa makna kata walisongo itu?

Wali memiliki kekuatan supranatural dan manusia biasa hanya memiliki kekuatan natural. Agar sampai kepada kesadaran diperlukan penyadaran yang dibarengi dengan penguatan-penguatan kelebihan dalil-dalil dan nash-nash yang memberikan rujuan kepada Nabi Muhammad SAW

Walisanga atau walisongo yang disebutkan dalam sumber babad sebagai penyebar agama Islam, cukup menarik jika dilihat peranannya sebagai penyebar agama atau sebagai cultural heroi menurut teori Geertz, terutama jika dilihat dari konteks proses akulturasi.

Disatu pihak terdapat tradisi kraton Hindu Budha dengan yang sedang tumbuh, yaitu tradisi kelompok pedagang dan petani telah menyerap unsur-unsur Islam. Pendukung kebudayaan yang baru itu adalah golongan menengah, seperti pedagang, Kyai, guru, dan Tarekat.

Walisongo menempati posisi penting dalam masyarakat muslim di Jawa terutama di daerah tempat mereka dimakamkan. Jumlah maupun nama-nama yang disebut dalam sumber tradisional tidak selalu sama. Jumlah sembilan atau delapan diperkirakan di ambil dari dewa-dewa Astadikspalaka atau Nawasanga seperti di Bali.

Baca Juga:  Memahami Agama Dan Budaya Masyarakat Jawa (Bagian I)

Kata walisongo, kata yang mirip diperhitungkan yaitu Walisanga. Kata Walisongo terdiri atas dua kata Wali dan Songo. Disini kita melihat adanya perpaduan dua kata yang berasal dari pengaruh budaya yang berbeda. Wali berasal dari bahasa Arab (pengaruh Al-Qur’an) dan songo.

Disini kita melihat adanya perpaduan dua kata yang berasal dari pengaruh budaya Jawa. Jadi dari segikata Walisongo merupakan interelasi dari pengaruh dua kebudayaan. Dalam bahasa Jawa Kawi, Wali adalah walya atau wididyardya. Namun kata ini tidak digunakan.

Kata Waly dalam bahasa Arab berarti “yang berdekatan”. Sedangkan Auliya kata jamak dari kata Waly. Dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 62 dapat dipahami seorang Wali adalah orang yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah, mereka menyampaikan kebenaran dari Allah, dan dalam menyampaikan kebenaran itu karena mendapat karomah dari Allah, tiada rasa kawatir dan sedih.

Keistimewaan ini sebenarnya sama dengan para rasul, yang membedakan terletak pada wahyu yang diterima rasul. Wali tidak menerima wahyu, dan juga tidak akan pernah menjadi Nabi atau rasul, tetapi wali mendapat karomah, suatu kemampuan diluar adat kebiasaan manusia.

Makna Kata Walisongo dalam pandangan yang lain merupakan sebuah perkataan majemuk yang berasal dari kata Wali dan Songo. Kata Wali berasal dari bahasa Arab, suatu bentuk dari Waliyullah, yang berarti orang yang mencintai dan dicintai Allah SWT. Sedangkan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Dengan demikian, Walisongo berarti Wali Sembilan, yakni sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah.

Baca Juga:  Haul Abah Guru Sekumpul, Tradisi Besar Masyarakat Martapura

Kata Wali di Jawa untuk menyebut orang yang khusus, yang dalam pandangan orang Jawa, orang suci, dekat dengan Tuhan, berakhlak baik, menyebarkan ajaran Islam dan dipandang memiliki kemampuan lebih dari pada orang-orang biasa.

Pengertian Wali baik dalam Walisongo maupun Walisana tampaknya memiliki arti yang sama, yakni orang-orang sebagaimana kami jelaskan. Namun walaupun kata ini berasal dari bahasa Arab, kata Wali untuk menyebut orang-orang suci tampaknya khas Jawa.

Hal ini tampak misalnya karya-karya sejarah abad pertengahan yang ditulis para sejarawan Islam, tidak dihadapi yang menggunakan kata Wali untuk menyebut para ulama zaman Umayyah, Abbasiyyah dan seterusnya. Demikian juga terhadap para ulama Nusantara selain Jawa.

Padahal dalam tradisi tarekat para sanad ajaran tersebut juga menyebut ulama-ulama baik dari Nusantara maupun para ulama zaman pertengahan Islam.

Jika demikiam, karena penyebutan ini tampaknya khas Jawa, maka pengertian Wali juga harus dimaknai dalam sudut pandang budaya Jawa. Hal ini akan bertemu dengan konsep Sunan atau Susuhan, gelaran yang dipakai atau dilekatkan kepada orang-orang yang disebut Wali.

Kata tersebut bisa berasal dari Bahasa Arab “Sunah” , bahasa Cina “Suhu nan” juga berasal dari bahasa Jawa “Susuhunan” dan menjadi “Sunan”. Selain julukan Sunan, para Wali juga digelari Raden. Raden adalah julukan untuk keluarga raja, seperti Raden Patah dan Sunan Gunung Jati.

Sedangkan menurut bahasa Jawa “Susuhunan” atau “Suhunan” artinya junjungan atau yang dijunjung tinggi. Hal ini di Yogyakarta untuk menyebut Sultan adalah Ingkang Sinuwun artinya yang dijunjung. Akhirnya beliau sampai pada kesimpulan bahwa kata Sunan berasal dari bahasa Jawa.

Baca Juga:  Ketika Wajah Islam Nusantara Dilirik Dunia Internasional

Sebutan lain untuk menyebut para Wali adalah Panita dalam Babad Tanah Jawi, juga ada Sayt khususnya untuk Sunan Ampel dalam Serat Kandaning Ringgit Purwo. Istilah-istilah tersebut penting memahami secara komprehensif budaya Jawa dalam hubungannya dengan Islam.

Jika kata Wali berasal dari Bahasa Arab dan harus dipahami dalam kultur Jawa, demikian juga kata Sunan juga harus dipahami dalam konsep budaya Jawa. Kata berikutnya Songo dan Sana juga harus merujuk pada sudut pandang budaya Jawa.

Kata songo dalam bahasa Jawa berarti sembilan, sedangkan Sana berarti tempat, juga nama kayu yang dinisbahkan kepada para Wali. Namun semua ini tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang bahasa Jawa. Artinya sembilan dalam pengertian tersebut juga memiliki makna multitafsir.

Bisa juga Sembilan, memiliki makna angka keramat, karena dalam bilangan angka sembilan adalah terbesar. Hanya saja bila diperhatikan wali-wali yang banyak disebut sumber sejarah berbeda-beda, maka songo menunjuk makna kedua.

Dengan demikian angka sembilan merupakan angka mistik pada masyarakat Jawa sebelum Islam didasarkan pada faham klasifikasi bahwa manusia dan alam semesta mempunyai hubungan yang erat.

Mochamad Ari Irawan