Pecihitam.org – Dalam menyambut Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2019 mendatang, Kemenag RI menggelar Muktamar Pemikiran Santri Nusantara pada tanggal 28-30 September 2019 dengan tema “Santri Mendunia: Tradisi, Eksistensi, dan Perdamaian Global”. Acara ini bertempat di Ma’had Aly Asshiddiqiyah Jakarta Barat.
Berdasarkan temanya, acara ini penting karena merespons isu-isu terkini mengenai perkembangan perdamaian dunia melalui kacamata pesantren dan santri.
Paling tidak, acara ini dapat menjadi bukti bahwa pesantren dan santri mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam mewujudkan perdamaian secara global.
Sejauh ini, pesantren memiliki peranan yang sangat signifikan dalam menangkal paham radikalisme yang telah sebegitu menggerogoti sendi-sendi keberagamaan masyarakat. Banyak di antara kelomok radikalis yang mencoba memenangkan perebutan otoritas di ruang publik.
Melalui muktamar ini, kiranya para santri dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat umum dan dunia internasional bahwa pesantren bisa menjadi pelopor perdamaian dunia.
Secara historis, pesantren adalah cagar budaya dan tempat persemayaman kader-kader ulama. Tidak bisa dibayangkan bagaimana nasib Islam di Indonesia bila pesantren tidak ada di negeri ini.
Karena memang, pesantren memiliki rekam jejak sejarah dan kebudayaan yang darinya, nilai-nilai agama dan moral tetap terus dilestarikan.
Kehadiran Hari Santri Nasional ini harus dijadikan momentum penting bagi para santri untuk turut berkontribusi dan memberikan dampak yang baik kepada seluruh lapisan masyarakat.
Pesantren yang juga merupakan pusat pengembangan ilmu-ilmu Islam, bisa lebih mudah memberikan sesuatu yang berharga bagi berbagai problem kemanusiaan dan kebangsaan yang sedang kita hadapi, khususnya terkait dengan maraknya paham Islam radikal yang sangat meresahkan masyarakat.
Sebab, di Indonesia sendiri, kaum radikalis sering mempertentangkan keberagamaan dengan keindonesiaan. Tak hanya itu, era desrupsi yang serba cepat dan canggih, juga menjadi celah masuknya paham radikal dan gerakan anti toleransi.
Di tengah kondisi yang seperti ini, para santri diminta untuk turut serta menjadi agen penyebar Islam yang cinta damai dengan semangat rahmatan lilalamin.
Selain itu, keberadaan pesantren juga dapat menjadi benteng NKRI di tengah arus kekuatan global yang kontra terhadap persatuan dan demokrasi.
Karena itu, sudah selayaknya pesantren menjadi model dari keberislaman yang sempurna dengan menjujung tinggi asas-asas persatuan dan perdamaian.
Dengan demikian, melalui perayaan Hari Santri Nasional, santri harus mampu mewujudkan dan menyebarluaskan corak keislaman yang moderat dan santun, serta dijiwai oleh semangat nasionalisme yang tinggi. Kiranya, ini juga akan menjadi momen penting kontribusi santri bagi generasi muslim di masa yang akan datang.
Di samping itu, wacana tentang keberadaan NU dan Muhammadiyah yang dihadang-hadang akan diajukan sebagai penerima nobel perdamaian dunia, juga bukan wacana omong kosong belaka.
Melalui acara muktamar pemikiran santri, para santri memiliki momentum untuk menuangkan gagasan briliannya dalam berbagai disiplin ilmu agama Islam. Juga, karya-karya santri dapat menjadi jembatan penghubung yang dapat memberikan kontribusi bagi pemikiran Islam secara global.
Karenanya, sudah saatnya pemikiran santri yang bercorak khas Indonesia dan penuh cinta kasih ini bisa menginternasional atau mendunia.
Santri yang merupakan manifestasi dari pelajar muslim pesantren terbukti sepanjang sejarah telah menjadi motor penggerak agama Islam yang toleran, moderat, konsisten, dan menjadi penjaga bagi kesatuan dan persatuan dalam bingkai NKRI.
Santri juga memiliki peran yang strategis dan efektif dalam menangkal berbagai paham yang menyimbang dan berbahaya bagi agama dan negara.
Saya yakin, euforia Hari Santri tidak hanya sebatas kesenangan dan kepuasaan semata bagi kalangan santri dan umat Islam secara luas. Ini adalah momentum bagi para santri untuk mewujudkan perdamaian di tingkat dunia.
- Perbedaan Syariat dan Fiqih dalam Terminologi Hukum Islam - 14/12/2019
- Perbedaan Wacana Sufisme di Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah - 13/12/2019
- Disiplin Sufisme dalam Sejarah Pemikiran Islam - 10/12/2019