9 Etika Dalam Pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw

9 Etika Dalam Pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw.

Pecihitam.org – Maulid sering juga disebut maulud atau mulud adalah peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad yang biasanya dirayakan selama sebulan penuh di bulan Rabiul Awal. Dalam perayaan tersebut dibacakan kitab maulid yaitu kisah kelahiran dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang disusun berupa syair puitis yang panjang. Oleh karena itu, perlu adanya etika pembacaan maulid yang harus kita tahu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Peringatan maulid pada awalnya bertujuan untuk menyatukan umat islam dalam menghadapi perang salib, tujuan ini berubah seiring berjalannya waktu. Maulid dapat menjadi sarana penyambung silaturahmi antar warga masyarakat dan sarana untuk memeperkenalkan kepribadian dan nilai-nilai luhur yang ada pada diri Rasulullah.

Melaksanakan peringatan maulid Nabi Muhammad adalah baik selama tidak menyeleweng dari aqidah dan syari’at agama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya dalil yang memperolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.

Ada banyak kitab-kitab maulid yang dikarang oleh para ulama, namun semuanya dapat dibagi kedalam dua jenis :

  1. Maulid yang diubah dalam lirik-lirik qashidah murni yang indah, seperti Maulid Burdah dan Maulid Syaraful Anam.
  2. Maulid yang bercorak prosa lirik (rawi) yang dipadu dengan qashidah, seperti Maulid Ad-Diba’i, Maulid Al Azab, Maulid Al-Buthy, Maulid Simthud Durar (Maulid Habsyi) , dan yang mutakhir Maulid Adh-Dhiya-ul Lami’, dan lain sebagainya
Baca Juga:  Maulid Nabi Muhammad Saw: Sejarah Lengkap, Dalil Hukum, dan Hikmahnya

Maulid simtud durar merupakan kitab maulid yang cukup agung yang dibaca oleh umat muslim diseluruh dunia khususnya yang dibawa dari bani alawy yaitu para habaib yang berdakwa menyebar keseluruh dunia. Banyak keistimewaan dan keberkahan dalam maulid ini. Maulid ini lebih dikenal dengan nama Maulid Al-Habsyi, mungkin karena pengarangnya ber fam Al-Habsyi yaitu Habib Ali Al Habsyi.

Berikut ini adalah etika yang baik dilakukan ketika hendak mengadakan pembacaan maulid al-Habsyi:

  1. Hendaknya badan, tempat dan pakaian suci dari hadas dan najis.
  2. Hendaknya mengenakan pakaian (pecis, baju dan sarung) putih, serta yang baru, jika ada, disertai wewangian, serta menampakkan rasa senang dan gembira.
  3. Niat yang baik (memperoleh ridho Allah, syafa’at Rasulullah, serta memperoleh barokah dari auliya’ullah), khususnya barokah dari yang mulia Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi.
  4. Ketika maulid dibaca, hadirin supaya diam dan mendengarkan, serta bersikap tenang anggota badannya,  jangan sampai duduk seenaknya, lebih-lebih sambil merokok. Sebab, majlis maulid dihadiri oleh ruh baginda Nabi dan arwah orang-orang sholeh (arwahussholihin) serta para malaikat rahmat.
  5. Membaca maulid dengan jelas (tartil) dan tinggi suaranya, dan jika mampu maka dibaca beserta irama lagu.
  6. Pada saat berdiri (mahallul qiyam) hendaknya hadirin berdiri dengan memenuhi etika, adab serta sopan santun, dengan hati yang hudhur (mengingat baginda Nabi, yakni dengan mengingat-ingat tentang sifat atau perilaku baginda Nabi) serta khusyu’ anggota badannya seraya berdoa atau memohon hajatnya (dunia / akhirat) dengan sirr atau perlahan. Sebab, pada saat berdiri (mahallul qiyam) adalah saat ijabah (waktu dikabulkannya doa).
  7. Bagi hadirin, hendaknya mengumandangkan shalawat bersama-sama secara serentak serta meninggikan suara dengan tetap memenuhi kesopanan, dan hendaknya hadirin mengikuti bacaan qori’ secara bersama-sama (kompak) pada saat yang semestinya.
  8. Hendaknya menyelenggarakan maulid di tempat-tempat yang sepi (jauh dari keramaian), tenang dan hening.
  9. Memberikan harum-haruman pada tempat penyelenggaraan maulid, dengan membakar kemenyan arab atau dupa penganten, atau kayu garu atau dengan menebar-nebarkan kembang yang wangi (kembang melati dll) atau memakai minyak wangi yang dioleskan satu persatu kepada hadirin.
Baca Juga:  Kitab Maulid Simthud Durar Karya Habib Ali bin Muhammad al Habsyi

Jika bergantian membaca maulid, hendaknya mendahulukan arah sebelah kanan (mempersilahkan orang yang berada di sebelah kanan). Jika waktunya tidak mendesak (terbatas) dan tidak udzur (halangan) hendaknya pembacaan maulid dikhatamkan.

Mohammad Mufid Muwaffaq

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *