Pondok Pesantren Sukamiskin Bandung; Peletak Dasar Ngalogat Sunda di Jawa Barat

Pondok Pesantren Sukamiskin Bandung; Peletak Dasar Ngalogat Sunda di Jawa Barat

PeciHitam.org – Perjuangan para Kyai terdahulu dalam menyebarkan ajaran Islam melalui pendirian sebauh pesantren sebagai pusat Pendidikan Islam memang selalu dengan pertimbangan yang matang. Mereka tidak asal membuat dan mendirikan pesantren.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Didirikannya pesantren tersebut biasanya berdasarkan pengalaman dan ketinggian ilmu agama agar dapat disebarkan kepada masyarakat umum.

Dalam sejarah pesantren di Nusantara, biasanya sebuah pesantren didirikan dengan membabat atau membuka lahan yang dulunya merupakan hutan belantara. Bermula dari pesantren inilah, kemudian terbangun peradaban dengan berangsur-angsurnya dibangun pemukiman penduduk.

Pesantren yang berada digaris terdepan dalam pembangunan peradaban, memiliki fungsi yang sentral. Seorang kyai dengan jiwa mengayomi, memandang umatnya dengan penuh kasih dan sayang. Hal ini seperti dhawuh Gus Mus, “alladzina yandzurunal ummah bi’ainirrahmah”.

Daerah yang tadinya tak berpenghuni, lambat laun menjadi sebuah pemukiman. Dari yang awalnya gelap gulita menjadi bercahaya. Dengan pola dakwahnya yang mampu mengayomi masyarakat, penduduk yang awalnya menentang keras pun lambat laun jatuh hati. Tak terkecuali di desa Sukamiskin, KH. R. Muhammad Alqo juga mendirikan sebuah pesantren.

R. Muhammad Alqo, menyerap aspirasi masyarakat yang semakin minat untuk mendalami ilmu agama. Sehingga dibuatkanlah sebuah mushala yang dikemudian hari juga direnovasi menjadi masjid sebagai pusat pengajian.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Miftahul Ulum Panyepen; Pesantren Tertua di Pulau Madura

Dengan banyaknya animo masyarakat, bangunan masjid pun tak mampu menampung. Kemudian beliau mewakafkan dan mendirikan sebuah bangunan yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya pesantren, yaitu Pondok Pesantren Sukamiskin.

Nama Sukamiskin berasal dari dua suku kata bahasa Arab, yaitu kata Suq dan Misk. Kata Suq berarti pasar dan kata Misk berarti minyak wangi. Sehingga secara Bahasa dapat diartikan Pasar Minyak Wangi.

Tercatat dalam sejarahnya, pemberian nama Sukamiskin ini diambil karena pada waktu itu Sukamiskin merupakan pusat banyak orang untuk menuntut ilmu pengetahuannya di bidang agama. Mereka datang ke Kota Bandung ini tepatnya di desa Sukamiskin.

Seperti namanya, Sukamiskin menjadi daerah yang banyak dikunjungi orang dari tiap pelosok negeri untuk menuntut ilmu, yang harum semerbak dengan ilmu yang ia bawa. Pondok Pesantren Sukamiskin pertama kali didirikan oleh KH. Raden Muhammad bin Alqo, pada akhir abad ke-19 tepatnya pada tahun 1881 M.

Raden Muhammad bin Alqo memimpin pesantren Sukamiskin ini selama kurang lebih 29 tahun, tepatnya pada tahun1881-1910 M/1300-1329 H. Salah satu santri dari KH. R. Muhammad bin Alqo ialah tokoh Pahlawan Nasional, yaitu KH. Zainal Musthofa.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Buntet Cirebon; Pesantren Tertua Kedua di Indonesia

Setelah KH. R. Muhammad Alqo wafat, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh putranya, yaitu KH. R. Ahmad Dimyati dibantu menantunya, yaitu R.H.S. Anisah.

Berdasarkan konsistensinya dalam menyebarkan ajaran Islam, telah banyak mencetak para ulama. Alumninya pun banyak yang menjadi ulama dan kyai.

Saat ini, Pesantren Sukamiskin menjadi pesantren yang paling berpengaruh besar dalam masyarakat priangan khususnya dan masyarakat daerah Jawa Barat. Hal ini berkat hasil gemblengan dan godogan ilmu di Pondok Pesantren Sukamiskin.

Alumninya tersebar di seluruh penjuru Jawa Barat dan tidak sedikit pula yang mengikuti jejak para pendahulunya untuk mendirikan pondok pesantren sebagai wadah memanfaatkan ilmu yang didapatnya selama di Sukamiskin. Tercatat, pesantren Sukamiskin merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung.

Penerus KH. R. Muhammad bin Alqo, yaitu KH. R. Ahmad Dimyati sebelumnya pernah menimba ilmu di Pesantren Kresek Garut, salah satu pondok pesantren tertua juga di Jawa Barat. Selesai dari Pesantren Kresek, selanjutnya ia memutuskan untuk bermukim di Mekah selama sembilan tahun bersama KH. Ahmad Sanusi yang merupakan tokoh Pendiri Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi.

Pada masa kepemimpinan KH. Ahmad Dimyati dari tahun 1910 hingga 1946 M atau 1329 hingga 1365 H, Pesantren Sukamiskin namanya semakin harum dan cemerlang di Jawa Barat. KH. R. Ahmad Dimyathi, di Kota Bandung lebih dikenal dengan sebutan Mama Gedong.

Baca Juga:  Pondok Pesantren Al-Iman; Pesantren Tertua di Purworejo

Ajengan Dimyathi memiliki terobosan yang luar biasa dalam khazanah keilmuan Islam di Jawa Barat. Beliau merupakan peletak dasar Ngalogat Sunda, yaitu metode memaknai kitab dalam bahasa Sunda.

Beliau juga diketahui telah mencetak beberapa karya tulis dalam bahasa Sunda yang berhubungan dengan ilmu fiqh, tauhid, tasawuf dan syair-syair. Perlu diketahui juga, di masa penjajahan, Pondok Pesantren Sukamiskin ini juga pernah vakum karena turut berjuang dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

Mohammad Mufid Muwaffaq