Rahasia Dibalik Kesaktian Tongkat Mukjizat Nabi Musa

Rahasia Dibalik Kesaktian Tongkat Mukjizat Nabi Musa

Pecihitam.org – Allah memberikan beberapa Mukjizat Kepada Nabi Musa, namun yang akan kita bahas kali ini adalah salah satu Mukjizat Nabi Musa yang paling populer yakni berupa sebuah tongkat yang sangat legendaris. Atas seizin Allah, dengan tongkat itu Laut Merah terbelah menjadi dua bagian, yang membantu Nabi Musa beserta kaumnya lolos dari kejaran Fir’aun dan tentaranya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular besar dan membuat takjub segenap tukang sihir yang mendustakannya, menjadi sebab menguatkan kerasulan Nabi Musa AS. Ternyata, tongkat Nabi Musa, memang terkenal mempunyai ‘kesaktian’ jauh sebelum mendapat tugas risalah dari Allah sebagai pertanda dan bukti terjaganya sosok Nabi Musa AS. Tongkat tersebut setia menemani Nabi Musa kemanapun pergi. 

Ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Thaha ayat ke-18: “Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” Beberapa kesaktian tersebut dikisahkan dalam beragam kitab sirah. Berikut ini lima ‘kesaktian tongkat Nabi Musa :

  1. Senjata ampuh. Oleh Nabi Musa, tongkat tersebut digunakan pula sebagai senjata untuk mengusir binatang buas yang mengganggu dalam perjalanan ataupun ketika menggembala kambing. Bahkan tongkat itu bisa digunakan sebagai senjata melawan musuh seperti pembegal. 
  2. Pemicu mata air. Selama dalam perjalanan, kerap kali, Nabi Musa tak menemukan Air. Hingga tiba pada suatu saat Nabi Musa menggunakan tongkat ini sebagai pemicu munculnya mata air. Ketika tongkat ini ditancapkan ke tanah, keluarlah mata air. Bahkan dalam sebuah riwayat, tongkat Nabi Musa bisa memanjang untuk menimba air sumur yang dalam. 
  3. Sandaran tenda. Kala itu Nabi Musa pernah memanjangkan tongkatnya untuk digunakan sebagai sandaran tenda/kain untuk melindungi diri dari teriknya mata hari di gurun pasir. 
  4. Pemicu pohon berbuah. Dikisahkan dalam sejumlah riwayat, Nabi Musa menggunakan tongkatnya tersebut untuk mendorong tumbuhnya buah dari sebuah tanaman buah. Tongkat tersebut akan ditancapkan di dekat tanaman itu berada, atas izin Allah, muncullah buah-buahan segar dari tanaman itu. 
  5. Mampu bercahaya. Tongkat Nabi Musa mempunyai dua ujung cabang yang saling tak bertemu. Ujung yang satu dipakai untuk menggantungkan barang bawaan sedangkan ujung satunya lagi digunakan sebagai gantungan busur berikut anak panahnya. Yang unik, kedua ujung tongkat tersebut akan mampu mengeluarkan cahaya pada waktu malam hari, seperti lampu pijar.
Baca Juga:  Ketika Abu Nawas Diusir Raja dari Tanah Kelahirannya

Syekh M Nawawi Banten menceritakan bahwa panjang tongkat Nabi Musa AS mencapai sepuluh hasta. Tongkat ini bercabang dua. Tongkat ini merupakan salah satu bentuk mukjizat yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS. Tongkat Nabi Musa AS ini tersebut di dalam Al-Qur’an. Awalnya tongkat hanya berfungsi sebagai tongkat penggembala biasa, yaitu menggiring kambing. Tetapi berkat kuasa Allah, tongkat ini memiliki banyak fungsi yang membantu Nabi Musa AS dalam menghadapi kedurhakaan umatnya.

Konon tongkat Nabi Musa AS ini dapat menyala di kegelapan. Dalam menempuh perjalanan di malam hari, tentu saja hal ini sangat membantu Nabi Musa AS. Adapun catatan bijak tersebut terukir pada tongkat Nabi Musa AS. Catatan ini mengajarkan sikap wajar bagi penguasa, kaum ulama dan cendekia, orang kaya, dan orang miskin. Catatan itu secara lengkap dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten dalam Syarah Barzanji berikut ini:

Baca Juga:  Inilah Kisah Nabi Sulaiman yang Ingin Memberi Makan Seluruh Makhluk, Apa yang Terjadi?

“Setiap penguasa yang tidak adil dalam kekuasaannya tiada bedanya dengan Firaun. Tiada bedanya dengan Iblis, bagi setiap ulama dan ilmuan yang tidak mengamalkan ilmunya. Setiap orang kaya yang tidak bermanfaat hartanya (bagi orang lain dan dirinya) tiada bedanya dengan Qarun. Tiada bedanya dengan hewan anjing, bagi setiap orang miskin yang tidak sabar atas kemiskinannya,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Madarijus Shu’ud ila Iktisa’il Burud, [Surabaya, Maktabah Ahmad bin Sa’ad bin Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 33).

Semua catatan ini mendorong penguasa untuk bersikap adil, kaum terpelajar untuk tidak mengkhianati pengetahuannya, orang kaya untuk bersikap dermawan, dan orang miskin untuk bersikap sabar. Untuk menjaga kehidupan sosial dan politik yang sehat, semua sikap proporsional itu diperlukan. sikap sabar bagi setiap orang miskin di sini bermakna pengendalian diri agar tidak kalap di tengah kemiskinan.

Baca Juga:  Kisah Nabi Danial yang Jarang Orang Islam Ketahui
Mochamad Ari Irawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *