Sejarah Lambang Bendera NU Beserta Makna Dibaliknya

sejarag lambang bendera NU

Pecihitam.org – NU (Nahdlatul Ulama) ormas yang dikenal memiliki lambang bendera yang mana setiap simbol-simbol legendaris itu mempunya maknanya masing-masing, seperti simbol jagat, bintang sembilan, NU juga dikenal sebagai ormas yang memiliki lambang bumi. Simbol atau lambang bendera tersebut juga mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika zaman.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kedalaman makna simbol NU bisa dilihat dari proses penciptaannya, yang memang mengatasi kondisi-kondisi manusiawi, sehingga makna yang di-sebarkan juga melampaui batas zaman.

Dikisahkan, menjelang Muktamar yang waktu itu lazim disebut Kongres, walaupun dalam dokumen resmi kata Muktamar juga digunakan. Yaitu pada Muktamar NU ke 2 bulan Robiul Awal 1346 yang bertepatan dengan bulan Oktober 1927 tempatnya di Hotel Muslimin Peneleh Surabaya memiliki sejarah tersendiri. Muktamar ini rencananya diselenggarakan lebih meriah ketimbang Muktamar pertama, Oktober 1926 silam yang persiapannya serba darurat.

Ketika itu Muktamar dipersiapkan lebih matang, tidak hanya bidang materi dan manajemennya saja namun juga direncanakan dengan semarak kibaran bendera. Dari gagasan itulah maka mulai terbesit keinginan NU untuk memiliki bendera serta simbol atau lambang jamiyyah yang membedakan dengan organisasi lainnya.

Waktu itu Kongres kurang dua bulan diselenggarakan, namun NU belum memiliki lambang. Hal itu membuat Ketua Panitia Kongres yaitu KH Wahab Chasbullah cemas. Maka diadakanlah pembicaraan empat mata di rumah KH Ridwan Abdullah di jalan Kawatan Surabaya. Semula pembicaraan berkisar pada persiapan konsumsi Kongres, yang kala itu dipimpin KH Ridwan Abdullah dari Kawatan Surabaya.

Kemudian pembicaraan beralih kepada lambang yang perlu dimiliki oleh NU sebagai identitas dan sekaligus sebagai mitos. Selama ini memang Kyai Ridwan dikenal sebagai ulama yang punya bakat melukis. Karenanya Mbah Wahab meminta agar dibuatkan lambang yang bagus untuk jamiyyah NU agar lebih mudah dikenal.

Baca Juga:  Inilah Sejarah Kelam Wahabi Hingga Berdirinya Kerajaan Arab Saudi

Tentu saja permintaan Mbah Wahab yang mendadak tersebut agak sulit diterima, tetapi akhirnya disepakati juga demi khidmat kepada NU. Maka Kyai Ridwan mulai mencari inspirasi.

Beberapa kali sketsa lambang dibuat. Tetapi semuanya dirasakan masih belum mengena di hati. Usaha membuat gambar dasar lambang NU tersebut sudah diulang beberapa kali dengan penuh kesabaran.

Begitu hati-hati dan ingin mendapatkan gambar terbaik, Kyai Ridwan butuh waktu hingga satu setengah bulan untuk merampungkannya. Padahal Kongres hanya kurang beberapa hari lagi akan digelar.

Sampai tiba waktunya, Kyai Wahab pun datang menagih pesanan gambar yang dimaksud. Saat itu Kyai Ridwan menjawab, “Sudah beberapa sketsa lambang NU dibuat, tapi rasanya masih belum sesuai.”

Mendengar jawaban itu, Mbah Wahab mendesak dengan mengatakan “Seminggu sebelum Kongres sebaiknya gambar sudah jadi lho.”
Namun melihat ketidakpastian itu Kyai Ridwan hanya menjawab “Insya Allah.”

Dengan kian mepetnya waktu yang ada, akhirnya Kyai Ridwan melakukan shalat istikharah, minta petunjuk kepada kepada Allah serta qiyamullail untuk inspirasi gambar terbaik. Dalam tidurnya, Kyai Ridwan mendapat petunjuk melalui mimpi, yakni melihat sebuah gambar di langit biru. Bentuknya sama dengan lambang NU yang sekarang.

Pada waktu itu, jam dinding telah menunjukkan jam 02 dini hari. Setelah terbangun, Kyai Ridwan langsung mengambil kertas dan pena. Sambil mencoba mengingat-ingat sebuah tanda di langit biru, dalam mimpinya, pelan-pelan simbol dalam mimpi tersebut dicoba divisualisasikan. Tak lama kemudian sketsa lambang NU pun jadi dan sangat mirip dengan gambar dalam mimpinya.

Pagi harinya, sketsa kasar tersebut disempurnakan dan diberi tulisan Nahdlatul Ulama dari huruf Arab dan latin. Akhirnya, dalam sehari penuh gambar tersebut dapat diselesaikan dengan sempurna.

Baca Juga:  Sejarah NU (Nahdlatul Ulama) dari Masa ke Masa

Namun kesulitan selanjutnya adalah bagaimana mencari bahan kain untuk menuangkan lambang tersebut sebagai dekorasi dalam medan Kongres. Saat mencari kain di wilayah Surabaya, ternyata tidak menemukan yang cocok seperti pada petunjuk mimpinya semalam. Tidak putus asa, Kyai Ridwan mencari hingga ke Malang. Syukurlah, kain yang dicari ternyata ada kendati hanya tersisa 4 X 6 meter. Bentuk lambang NU itu dibuat lebar ke bawah 4 meter dan panjang 6 meter. Inilah bentuk asli lambang NU sekaligus ukurannya kala itu.

Menjelang pembukaan, simbol NU telah dipasang di arena Kongres. Adanya simbol baru itu menambah keindahan suasana. Ketika acara dibuka dan peserta yang berjumlah 18 ribu diperkenalkan dengan simbol jamiyyah tersebut, mayoritas orang berdecak kagum. Simbol tersebut memang mewakili dinamika abad ke-19 karena pada perjalanan berikutnya terjadi dinamika yang demikian menarik sesuai dengan semangat zaman yang bergerak menuju kemajuan serta didorong semangat perjuangan.

Arti Lambang Bendera NU

Dalam pandangan Kyai Ridwan Abdullah, lambang NU terdiri dari bumi dikelilingi tampar (tali) yang mengikat, untaian tampar berjumlah 99, lima bintang di atas bumi (yang tengah berukuran paling besar) dan empat bintang di bawah bumi. Terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab melintang di tengah bumi dan di bawah bumi ada tulisan NU dalam huruf latin.

Makna lambang bendera NU:

  1. Bumi (bola dunia): Bumi adalah tempat manusia berasal, menjalani hidup dan akan kembali. Sesuai dengan surat Thoha ayat 55.
  2. Tampar (tali) yang melingkar dalam posisi mengikat: Tali ukhuwah (persaudaraan) yang kokoh. Hal ini berdasarkan ayat 103 surat Ali Imran.
  3. Peta Indonesia: Melambangkan bahwa NU didirikan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan negara Republik Indonesia.
  4. Dua simpul ikatan di bagian bawah melambangkan hubungan vertikal kepada Allah (hablum minallah) dan hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablum minannas).
  5. Untaian tampar berjumlah 99 melambangkan 99 nama terpuji bagi Allah (Asmaul Husna).
  6. Empat bintang melintang di atas bumi bermakna Khulafaur Rasyidin yang terdiri dari Abu Bakar as-Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib Kw.
  7. Satu bintang besar terletak di tengah melambangkan Rasulullah Saw.
  8. Empat bintang di bawah bumi melambangkan empat imam madzhab Ahlussunnah wal Jamaah yang terdiri dari Imam Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafii.
  9. Jumlah bintang seluruhnya Sembilan, bermakna Walisongo (Sembilan orang wali) penyebar agama Islam di tanah Jawa.
  10. Tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf Arab melintang di tengah adalah nama organisasi Nahdlatul Ulama yang berarti ke-bangkitan ulama.
  11. Tulisan warna putih bermakna kesucian.
Baca Juga:  Sering Kita Dengar, Ternyata Begini Sejarah Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamitthariq

Demikianlah sejarah lambang bendera NU, sebuah lambang yang dibuat dengan sembarangan namun penuh arti dan makna perjalanannya. Penting untuk diingat dan diperjuangkan bahwa berdirinya NU adalah berlakunya ajaran Islam yang menanut paham Ahlussunah wal Jamaah yang menganut salah satu dari empat madzhab utama, di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI. Wallahua’lam Bisshawab

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *