Jejak Sejarah Peradaban Islam dari Awal Kemunculan Islam Hingga Wafatnya Nabi

Jejak Sejarah Peradaban Islam dari Awal Kemunculan Islam Hingga Wafatnya Nabi

PeciHitam.org Manusia paling berpengaruh dan terpopuler sepanjang masa tidak lain adalah Nabiyullah Muhammad SAW. Ia lahir menjelang akhir abad keenam masehi ditengah padang pasir tandus khas Jazirah Arab.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Anak yang lahir dalam keadaan yatim, dan kemudian hari ditinggal sosok ibunda pada umur yang masih belia menjadikan Nabiyullah Muhammad kecil bergantian diasuh oleh kakek dan pamannya. Anak yatim inilah yang kemudian hari dikenal sebagai Nabiyullah Muhammad, Rasul dan Nabi pembawa Risalah Ketuhanan.

Tonggak awal sejarah peradaban islam berkisar kepada ajaran Nabiyullah Muhammad SAW yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Islam muncul sebagai agama resmi pada tahun 610 M ditengah lembah gersang kota Makah.

Kemudian hari, Islam berkembang pesat setelah menemukan basis penyebaran dan pengikut di kota Madinah. Dari kota ini kemudian Islam berkembang kesegala penjuru Jazirah Arab oleh para penerus dakwah Nabiyullah Muhammad SAW.

Sepeninggal Nabiyullah Muhammad SAW, basis peradaban Islam melebar dan berkembang seiring sistem pemerintahan yang berbeda pada masing-masing jenjang waktu dan dinasti.

Baghdad di Irak, Damasakus di Syria dan daerah utara Afrika serta bekas kerjaan Konstantinopel di ujung Eropa merupakan kepanjangan sejarah peradaban Islam.

Daftar Pembahasan:

Kemunculan Islam

Kota Makkah menjadi tempat kemunculan dan perkembangan awal Islam sekitar awal abad ke-7, tepatnya tahun 610 M. Islam secara literatur memang dibawa oleh Nabiyullah Muhammad SAW, akan tetapi Islam secara “Ajaran” sudah ada sejak zaman manusia ada di bumi, yakni Adam AS. Homo Sapiens pertama, Adam AS yang juga menjadi Nabi bagi keluarganya sendiri, dan mempunyai ajaran “Ruh Islam”.

Nabi-nabi selanjutnya, membawa ajaran yang sama, walaupun dari segi syariat berbeda-beda sesuai zaman dan kaumnya. Ajaran Inti Adam AS, Nuh As, Ibrahim AS, Isa AS, Musa AS dan nabi lainnya tidak berlainan secara hakiakatnya. Hanya berbeda dari segi ritus peribadatan, seperti kewajiban shalat, kewajiban zakat da lain-lain.

Inti ajaran semua nabi adalah Ajaran Tauhid, yang menjadi dasar dan pokok ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Sifat manusia yang sering melakukan penyelewengan terhadap ajaran tauhid, maka diutuslah Nabi dan Rasul sebagai pengingat kepada Manusia, sebagaimana dalam ayat berikut;

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ (١١٩

Artinya; “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka” (Qs. Al-Baqarah: 119)

Pengutusan Muhammad SAW Sebagai Nabi dan Rasul

Kitab-kitab tarikh yang sederhana seperti kitab khulashatu Nuril Yaqin menjelaskan bahwa pribadi Rasulullah Muhammad SAW sangat sempurna. Beliau lahir dari Nasab yang suci, tidak pernah nenek-moyang Nabiyullah Muhammad melakukan perbuatan Zina atau dosa besar lainnya.

Nasab beliau bersambung kepada Ibrahim AS lewat jalur Ismail AS. Nabiyullah Muhammad SAW pada umur 25 menikahi seorang janda saudagar kaya bernama Khadijah binti Khuwailid, Istri pertama dan paling dicintai olehnya. Dengan Khadijah inilah, Nabiyullah Muhammad SAW memperoleh keturunan yang kelak akan melanjutkan Nasab sampai saat sekarang.

Baca Juga:  Kerajaan Aceh Darussalam dan Potret Sejarah Kejayaan Islam di Nusantara

Pada umur mendekati 40 tahun, beliau sering menyepi untuk bertafakkur kepada Tuhan yang maha esa atas segala carut marut kehidupan sosial di Makkah.

Gambaran dalam kitan tarikh menyebutkan bahwa Makkah adalah kota dagang tujuan Ziarah yang makmur. Akan tetapi para penghuninya sangat gemar berperang dan kental dengan fanatisme kesukuan.

Suku kaya dan kuat akan sangat terhormat, yang miskin dan lemah tertindas. Nabiyullah Muhammad SAW mendapat risalah kenabian pada saat menyepi di Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan yang terkenal dengan malam lailatul qadar.

Surat pertama yang turun adalah surat Al-‘Alaq ayat 1-5 dengan diksi menyuruh Nabiyullah Muhammad SAW untuk menjadi orang  yang peka dengan alam, pengetahuan dan gejala sosial lainya.

Diksi (اقْرَأْ) mengindikasikan kepada pengikut Nabiyullah Muhammad SAW jangan menjadi orang pekok, akan tetapi harus mampu membaca segala fenomena. Pesan awal ini sesungguhnya ruh Islam sebagai Agama Peradaban, bukan Agama yang Jumud terjebak dalam kemunduran dan puritanisme.

Nabiyullah Muhammad SAW dan Basis Awal Sejarah Peradaban Islam

Nabiyullah Muhammad SAW berdakwah dengan sembunyi-sembunyi kepada keluarga dekat dan handai taulan dengan sabar sambil terus menerima Wahyu dan bimbingan Allah SWT. Pertama-pertama orang yang beriman adalah Khadijah, Istrinya sendiri, kemudian Abu Bakar Ash-Shidiq dan Ali bin Abi Thalib, sepupunya.

Penyebaran Islam di Makkah sekira 12-13 tahun hanya menghasilkan pribadi-pribadi Islam yang sangat kuat secara kepercayaan akan tetapi sangat sedikit dari segi kuantitas. Orang-orang yang sedikit ini dikenal dengan sebutan assabiqunal awwalun, golongan orang yang masuk islam paling awal.

Kemudian Nabiyullah Muhammad SAW pindah ke Yatsrib, yang berada di Utara Makah sekitar 400 KM. Di Yatsrib Nabiyullah Muhammad SAW menjumpai masyarakat yang Plural, beragam segi etnis, ekonomi bahkan agama.

Penduduk Asli Yatsrib terdiri dari dua suku, Aus dan Khadraj, 3 suku Nomaden disekitar Yatsrib beragama Yahudi merupakan komposisi Pluralisme kota tersebut pada awal kedatangan Nabiyullah Muhammad SAW.

Beliau  mempersatukan visi dan perjuangan dalam sebuah traktak piagam yang terkenal dengan Shahifah Madinah atau Piagam Madinah.

Piagam ini mengakomodir semua kepentingan dan visi masyarakat plural di Yatsrib membentuk sebuah komunitas yang satau, Umatun Wahidatun. Setelah piagam ini dibuat, Yatsrib lebih terkenal dengan nama Kota Madinah.

Keberhasilan Nabiyullah Muhammad SAW membuat sebuah piagam yang disepakati oleh berbagai golongan ras, etnis, dan agama menjadikan beliau seorang pemimpin yang sangat bijaksana. Basis dasar Piagam Madinah adalah kesamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga kota Madinah dan sekitarnya yang mengakui Piagam Madinah.

Baca Juga:  Menelusuri Jejak Sejarah Peninggalan Kesultanan Banten di Bumi Lampung

Nabiyullah Muhammad SAW tidak memaksakan kehendak untuk membawa nama Islam dalam Piagam Madinah, karena beliau menghormati pemeluk agama lain. Walaupun pada masa itu Islam di Madinah merupakan Agama Mayoritas, akan tetapi tidak menjadikan Nabiyullah Muhammad SAW semena-mena dengan kepentingan minoritas.

Sekiranya hal ini yang menjadikan KH Wahid Hasyim atas izin ayahnya KH Hasyim Asy’ari memperbolehkan putranya untuk menyetujui pencoretan draft Piagama Jakarta pada poin pertama. Pencoretan beberapa kaata diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagaimana Pancasila sekarang.

Alur pemikiran Wahid Hasyim berjalan paralel dengan Nabiyullah Muhammad SAW bahwa harus ada pondasi kuat untuk membangun peradaban Islam. Bukan malah berdebat dengan bentuk negara yang berpotensi menjadikan disintegrasi bangsa.

Pengakomodiran kepentingan Etnis Yahudi dan suku-suku lain di sekitaran Madinah serta agama-agama lain selain Islam memperlihatkan kebijaksanaan Nabiyullah Muhammad SAW sebagai Nabi dan Pemimpin. Dengan solidnya masyarakat di Madinah menjadikan pembangunan Peradaban Islam belangsung dengan baik.

Nabiyullah Muhammad SAW dapat berdakwah dengan tenang, konsolidasi kekuatan militer berlangsung dengan aman dan orang-orang beribadah tidak terkena intimidasi. Oleh karena kenyamanan diciptakan Nabiyullah Muhammad SAW di Madinah maka Istilah Masyarakat yang adil dan makmur dinamkan Masyarakat Madani.

Sejarah Peradaban Islam Setelah Nabi Wafat

Nabiyullah Muhammad wafat dan dimakamkan di Kota Madinah Al-Munawwarah pada tahun 632 M. Kebiasaan para Nabi dan Rasul, tempat beliau meninggal adalah tempat dikebumikan.

Makam Rasulullah SAW pada masa ini berada dikomplek Masjid Nabawi dibawah Kubah berwarna Hijau. Dahulu tempat tersebut adalah rumah Istrinya yaitu ‘Aisyah binti Abu Bakar.

Jejak peninggalan Nabi berupa Ajaran yang akan membawa Peradaban bukan hanya di Madinah, akan tetapi keseluruh penjuru dunia. Pengganti pimpinan Islam, bukan sebagai Nabi, adalah Abu Bakar Shidiq yang juga mertua dari Rasulullah SAW. Abu Bakar menggunakan gelar “Khalifatu Rasulillah” yang bermakna Penerus Rasulullah SAW.

Abu Bakar menjadi Khalifah hanya 2 tahun 2 bulan dan digantikan oleh Umar bin Khattab. Kerja besar Abu Bakar adalah memberantas orang-orang yang membelot dari Visi Nabiyullah Muhammad SAW.

Umar menggunakan gelar Amirul Mukminin atau Pemimpin orang beriman. Umar memegang kekuasaan sebagai Amirul Mukminin selama 10 tahun dan meluaskan Islam sampai memenuhi Jazirah Arab. Pada Era Umar, terjadi perluasan pesat, sampai Yerusalem yang sebelumnya dikuasai oleh Romawi takluk.

Umar bin Khattab meninggal pada tahun 23 Hijriyah dan digantikan oleh Usman bin Affan. Beliau memimpin selama 12 tahun dan meneruskan perluasan Islam sampai ke Afrika Utara. Kemudian suksesor Usman adalah Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW. Empat Khalifah tersebut terkenal dengan Khulafatur Rasyidin.

Khulafatur Rasyidin, semuanya berpusat di Kota Madinah sebagai pusat kendali dan pemerintahan. Setelah masa pemerintahan Khulafatur Rasyidin, sistem pemerintahan Islam berganti menjadi sistem Dinasti yang dipimpin oleh seorang Khalifah.

Baca Juga:  Kerajaan Demak; Sejarah dan Hubungannya dengan Walisongo

Dinasti pertama dalam Islam yaitu Bani Umayyah atau Umawi yang berkuasa pada tahun 661 – 750 M beribu kota di Damaskus Persia. Berpindahnya pusat pemerintahan Islam juga berimbas berpindahnya pusat Peradaban Islam. Islam berkembang dengan diperintah oleh keturunan dari Mu’awiyah bin Abi Shofyan.

Jejak Sejarah Peradaban Islam dibangun oleh dinasti Umayyah di Kota Damasakus. Beberapa jejak peradaban Islam adalah penyusunan Kitab hadits pertama yang tersusun adalah inisiasi Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah tahun 99-101 H.

Jejak lainnya adalah perluasan Wilayah Islam Utara bernua Afrika dan masuk ke Asia Tengah. Sistem administrasi pemerintahan juga diperbaiki menyesuaikan dengan sistem pemerintahan lainnya. Pada era ini Baitul Maal atau sebuah badan yang mengurusi Kas Negara dibentuk.

Dinasti Bani Ummayah roboh digantikan oleh Dinasti Bani Abbasiyyah yang memerintah pada tahun 750 – 1258 M. Ibu Kota pemerintahannya dipindah dari Damaskus ke Baghdad Irak. Pada era ini, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat.

Penanda keilmuan berkembang adalah didirikannya sebuah perpustakaan besar bernama Baitul Hikmah. Ulama ulama Ilmu Hadits dan Fikih kebanyakan bersentuhan dengan dinasti ini.

Kemajuan Peradaban Islam sangat maju pada masa dinasti bani Abbasiyah. Masa ini terkenal dalam catatan sejarah sebagai masa keemasan Islam karena banyak Ulama muncul dan mengembangkan pikiran.

Pergeseran kekuasaan kekuasaan Abbasiyah digantikan oleh Dinasti-dinasti Islam lainnya yang lebih kecil. Dinasti terakhir dalam Islam yang tercatat dalam sejarah Islam adalah Dinasti Usmaniyyah atau Kesultanan Ustmaniyyah yang runtuh  pada tahun 1923 kemudian menjadi Negara Turki.

Turki Ottoman tumbang oleh rongrongan seorang pemuda Mustafa Kemal At-Taturk. setelahnya negara-negara modern tumbuh berkembang dalam bentuk negara Republik, Emir, Dinasti dan Kerajaan-kerajaan Kecil.

Sejarah Peradaban Islam tetap berkembang dengan skala berbeda-beda dan tidak pernah mati. Sejarah Peradaban Islam di Nusantara saja banyak ditemukan karya-karya besar dalam Islam. Suluk-suluk Religius milik para wali dan Pesantren-pesantren yang didirikan oleh para Syaik dan Kiai Nusantara.

Semunya berkontribusi dalam sejarah peradaban Islam. Peradaban Islam seyogyanya berkontribusi menjadikan masyarakat lebih beradab dan tidak bersikap radikal. Sikap radikal hanya akan membawa manusia kembali kepada masa tidak memiliki tata nilai sebagaimana masa Jahiliyah.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan