Sunan Kudus dan Kisah Perang Kerajaan Demak Islam Melawan Majapahit

Sunan Kudus dan Kisah Perang Kerajaan Demak Islam Melawan Majapahit

Pecihitam.orgRaden Jakfar Shodiq atau yang lebih dikenali bernama Sunan Kudus merupakan salah satu wali yang memiliki kisah hidup yang melingkupi sebuah peristiwa besar sejarah. Peristiwa besar sejarah tersebut antara lain sebuah kisah perang antara Kerajaan Demak Islam dengan Kerajaan Majapahit.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mulanya, peperangan tersebut tidak secara persis terekam oleh sejarah siapa sosok kunci yang menginginkan peperangan itu terjadi. Agus Sunyoto dalam Atlas Walisongo (2017) dengan mengutip Pararathon yang diterbitkan oleh J.L.A Brandes pada tahun 1920 menjelaskan bahwa mulanya yang hendak menyerang adalah santri-santri Demak.

Tapi naskah Pararathon sendiri juga tidak menjelaskan spesifik siapa sebenarnya aktor yang menginginkan perang Demak melawan Majapahit terjadi. Sunan Kalijaga sendiri justru mengharapkan bahwa supaya perang tersebut jangan sampai terjadi. Dijelaskan bahwa Sunan Kalijaga membujuk dengan alasan bahwa Sultan Kerajaan Demak saja masih taat dengan kekuasaan Majapahit.

Menurutnya tidak diperlukan saat itu untuk melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Majapahit. Toh juga konteksnya saat itu Majapahit masih memiliki kekuatan militer yang kuat. Namun, usaha untuk supaya perang tidak terjadi gagal. Perang akhirnya tetap terselenggara.

Akhirnya kaum santri dari Demak tersebut berangkat ke wilayah Timur, di mana kekuasaan Majapahit bercokol. Peperangan tersebut dipimpin oleh imam Masjid Demak, yakni Pangeran Ngundung dan pemuka agama lainnya. Kemudian mereka bersama para pasukan santri membentuk laskar yang diberi nama Laskar Suranata.

Baca Juga:  Refleksi Harlah NU Ke-92: Pesan Kebangsaan KH Hasyim Asy'ari

Sedangkan, di pihak musuh, yakni pasukan Kerajaan Majapahit, dipimpin oleh Adipati Terung. Adipati Terung ini memiliki nama asli Raden Kusen, adik dari Raden Patah sekaligus paman dari Raden Trenggono penguasa Kerajaan Demak yang saat itu baru saja wafat.

Yang menarik di sini adalah bahwa Adipati Terung merupakan seorang muslim yang mengabdi dan diberikan kekuasaan di beberapa wilayah kekuasaan Majapahit.

Saat itu pada zaman kekuasaan Prabu Brawijaya V banyak orang Islam diberikan kekuasaan di beberapa wilayah Kerajaan Majapahit. Dan salah satu diantaranya adalah Adipati Terung ini sendiri yang sekaligus putra dari Prabu Brawijaya V juga.

Pada mulanya Adipati Terung menolak ketika ditugaskan dalam peperangan tersebut. Sebab, dalam peperangan ini ia akan melawan orang-orang muslim, yakni santri-santri dari Demak, yang memiliki agama sama dengannya.

Tapi kemudian tanpa ada penjelasan yang spesifik dalam sejarah disebutkan akhirnya ia memimpin pasukan Majapahit dan berhasil memukul mundur pasukan Demak yang dipimpin Pangeran Ngundung dan para pemuka agama Demak tersebut.

Setelah berhasil dipukul mundur, Pasukan Demak kemudian melakukan serangan kedua. Pada serangan ini Demak masih dipimpin oleh Pangeran Ngundung.

Pangeran Ngundung diceritakan menggunakan Jubah Antakusumah. Jubah ini konon merupakan jubah Rasulullah Saw yang didapatkan Pangeran Ngundung dari langit. Jubah tersebut menyimbolkan bahwa peperangan yang dipimpinnya sudah mendapat restu dari Allah Swt.

Baca Juga:  Toleransi ala Sunan Kudus; Mengubah Sapi Menjadi Kerbau Saat Idul Adha

Kemudian, di pihak musuh, Adipati Terung dibantu oleh Raja Pengging Andayaningrat, putra sulungnya Kebo Kanigara, putra mahkota Arya Gugur dan Adipati Klungkung dari Bali.Andayadiningrat sendiri sama dengan Adipati Terung yang beragama Islam.

Mulanya ia diperintahkan oleh Sunan Ampel supaya mengabdi kepada Majapahit. Dari perintah tersebutlah kemudian yang meyakinkan ia untuk tetap mengabdi kepada Majapahit untuk berperang melawan santri-santri Demak.

Pertempuran tersebut terjadi di sekitaran Kediri dan Jombang. Pertempuran saat itu diceritakan berlangsung sengit dan saling serang. Dalam pertempuran tersebut kemudian Andayaningrat tertusuk tombak Pangeran Ngundung di dadanya. Dan kemudian kepala Andayaningrat oleh Pangeran Ngundung ditebas dan putus.

Setelah menjatuhkan Andayaningrat, Pangeran Ngundung mendatangi Adipati Terung. Kedua-duanya menunggangi kuda dan membawa tombak. Adipati Terung sendiri merukan besan dari Pangeran Ngundung karena anaknya, yakni Sunan Kudus menikah dengan anak dari Adipati Terung. Karena Adipati terung sendiri sudah kekeh mengabdi kepada Majapahit, maka ia mau tidak mau harus melawan besan sendiri.

Dalam pertempuran tersebut Pangeran Ngundung kualahan menghadapi Adipati Terung dan kepalanya berhasil ditebas oleh Adipati Terung. Pertempuran kedua itu akhirnya memaksa kaum santri Demak untuk mundur kembali ke Demak setelah pimpinannya Pangeran Ngundung tewas di tangan sang besan.

Pertempuran tersebut kemudian belum usai, Demak masih mau menyerang Majapahit. Kali ini yang memimpin pasukan Demak adalah anak dari Pangeran Ngundung yakni Jakfar Sodiq atau Sunan Kudus. Sunan Kudus diberikan banyak kekuatan mistik dari beberapa tokoh besar zaman itu untuk melawan Majapahit.

Baca Juga:  Menelisik Jejak Sejarah Makam Mbah Priok

Misalnya oleh Sunan Giri diberikan pusaka saktinya Ki Suradadi. Kemudian diberikan Sunan Gunung Djati badhong (golok) Beruah. Kemudian yang paling dahsyat adalah pemberian dari Arya Damar, seorang Adipati Palembang berupa sebuah peti sakti. Perti tersebut ketika dibuka dapat menimbulkan badai hujan dan mampu mengeluarkan banyak siluman yang dapat mengalahkan musuh.

Pada pertempuran melawan Sunan Kudus ini, Adipati Terung mengundurkan diri dari jabatan pemimpin pasukan Majapahit. Adipati Terung tidak mau melawan menantunya sendiri, yakni Sunan Kudus. Karena ditinggalkan pimpinannya, pasukan Majapahit mengalami degradasi kekuatan yang besar.

Dalam pertempuran tersebut Sunan Kudus berhasil mengalahkan pasukan Majapahit dengan bantukan berbagai pusaka sakti tersebut. Pada saat itulah Majapahit benar-benar hancur seluruhnya. Kemenangan Sunan Kudus tersebutlah merupakan akhir riwayat dari sejarah kekuasaan Majapahit.

Demikianlah kisah Sunan Kudus dan perannya dalam peristiwa perang Demak melawan Kerajaan Majapahit. Pada saat itulah, setelah Majapahit runtuh, dakwah Islam semakin mudah berkembang di pulau Jawa. Wallahua’lam.