Surah An-Naml Ayat 59-60; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Naml Ayat 59-60

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Naml Ayat 59-60 ini, Allah melontarkan beberapa pertanyaan yang menggugah perhatian mereka terhadap keberadaan-Nya, dengan memperhatikan hal-hal penting yang ada di sekeliling mereka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pertanyaan itu berkisar pada siapakah yang menciptakan langit, bumi, dan segala isi yang terdapat di dalamnya, dan yang menurunkan air hujan dari langit untuk manusia lalu dengan sebab air hujan tumbuhlah kebun-kebun yang indah, yang manusia sendiri sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Naml Ayat 59-60

Surah An-Naml Ayat 59
قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ

Terjemahan: Katakanlah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?”

Tafsir Jalalain: قُلِ (Katakanlah) hai Muhammad!, الْحَمْدُ لِلَّهِ (“Segala puji bagi Allah) atas binasanya orang-orang kafir dari umat-umat terdahulu وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَىُ (dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya) yakni mereka yang dipilih-Nya آللَّهُ (Apakah Allah) Allah dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil خَيْ (yang lebih baik) bagi orang yang menyembah-Nya أَمَّا يُشْرِكُونَ (ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia) dapat dibaca, Yusyrikuna dan Tusyrikuna. Maksudnya apa yang dipersekutukan oleh para kuffar Mekah yaitu berhala-berhala. Apakah berhala-berhala itu lebih baik bagi para penyembahnya?.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala berfirman memerintahkan Rasul-Nya untuk mengucapkan: الْحَمْدُ لِلَّ (“Segala puji bagi Allah”) yaitu atas berbagai nikmat yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya tanpa batas dan tidak terhitung jumlahnya serta atas sifat-sifat mulia dan nama-nama yang husna yang dimiliki-Nya.

Juga salam sejahtera kepada hamba-hamba Allah yang dipilih-Nya, yaitu para Rasul dan para Nabi yang mulia. Semoga bagi mereka shalawat dan salam yang utama dari Allah. Demikian yang dikatakan oleh ‘Abdurrahman bin Za’id bin Aslam dan selainnya.

Hal ini seperti firman Allah yang artinya: “Mahasuci Rabbmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan kepada para Rasul. Dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” (ash-Shaaffaat: 180-182). Ats-Tsauri dan as-Suddi berkata: “Mereka adalah para Shahabat Nabi saw. semoga Allah meridlai mereka semuanya.”

Pendapat senada juga diriwAyatkan dari Ibnu ‘Abbas dan tidak ada pertentangan. Karena apabila mereka termasuk dari hamba-hamba Allah yang terpilih, maka para Nabi tentu lebih utama. Maksudnya adalah Allah memerintahkan Rasul dan orang –orang yang mengikutinya setelah Dia menceritakan kepada mereka apa yang telah dilakukan-Nya kepada para wali-Nya berupa keselamatan,

pertolongan dan dukungan serta apa yang menimpa musuh-musuh-Nya berupa kesengsaraan, kecelakaan dan kekalahan agar mereka memuji-Nya atas seluruh perbuatan-Nya serta mencurahkan kesejahteraan kepada hamba-hamba-Nya yang dipilih.

Firman Allah: آللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ (“Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa yang mereka persekutukan dengan-Nya?”) adalah pertanyaan untuk mengingkari kaum musyrikin yang menyembah ilah-ilah lain bersama Allah. Kemudian Allah mulai menjelaskan bahwa Dia Mahaesa dalam penciptaan, pemberian rizky dan penataan tanpa yang selain-Nya.

Tafsir Kemenag: Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya, agar mengucapkan puji-pujian yang tertera dalam Ayat ini. Puji-pujian itu ialah al-hamdulillah, segala puji diperuntukkan hanya untuk Allah yang telah mengutus para rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang dimenangkan-Nya atas semua agama yang ada, walaupun orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tidak menyenangi kemenangan itu.

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 27-31; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Agama yang dibawa para Nabi itu adalah agama yang benar. Keselamatan dan kesejahteraan agar dilimpahkan Allah kepada para rasul yang diutus-Nya dan atas hamba-hamba-Nya yang benar-benar beriman. Ayat ini senada dengan Ayat yang lain:

Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Mahaperkasa dari sifat yang mereka katakan. Dan selamat sejahtera bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam. (as-saffat/37: 180-182).

Ayat ini merupakan pengajaran yang baik, dan budi pekerti yang tinggi. Oleh karena itu, para ulama menganjurkan agar orang-orang yang beriman mengakhiri segala perbuatannya, seperti bicara, menulis kitab, dan sebagainya dengan memuji Allah dan bersalawat kepada rasul.

Kemudian Ayat ini menyuruh manusia berpikir dan membandingkan mana yang terbaik antara Allah dengan sesuatu yang mereka persekutukan dengan-Nya. Sekalipun menurut lahirnya Ayat ini menyuruh manusia agar memperbandingkan Allah dengan berhala-berhala, tetapi maksudnya ialah bahwa dengan keterangan dan bukti yang telah dikemukakan, seandainya orang-orang kafir mau menggunakan pikirannya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa Allah-lah yang berhak disembah, bukan berhala-berhala yang tidak mampu berbuat sesuatu itu.

DiriwAyatkan bahwa apabila Rasulullah membaca Ayat ini, maka beliau mengucapkan: Bahkan Allah lebih baik, lebih kekal, lebih agung, dan lebih mulia daripada apa yang mereka sekutukan. Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (RiwAyat al-Baihaqi dari ‘Ali bin al-husain).

Tafsir Quraish Shihab: Katakan, wahai Muhammad, “Aku hanya memuji dan menyanjung Allah. Aku memohon kepada-Nya kedamaian dan penghormatan bagi hamba-hamba yang dipilih-Nya sebagai pengemban misi kerasulan.” Katakan pula kepada orang-orang musyrik, “Manakah yang lebih baik, pengesaan Tuhan atau penyembahan berhala yang kalian pertuhankan selain Allah itu, sementara mereka jelas tidak dapat mendatangkan manfaat atau mudarat?”

Surah An-Naml Ayat 60
أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَّا كَانَ لَكُمْ أَن تُنبِتُوا شَجَرَهَا أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ

Terjemahan: Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).

Tafsir Jalalain: أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا (Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air dari langit buat kalian, lalu Kami tumbuhkan) di dalam ungkapan ini terdapat Iltifat yakni sindiran dari Ghaibah kepada Mutakallim بِهِ حَدَائِقَ (dengan air itu kebun-kebun) lafal Hada-iq bentuk jamak dari lafal Hadiqatun artinya kebun yang dipagari ذَاتَ بَهْجَةٍ (yang berpemandangan indah) tampak indah مَّا كَانَ لَكُمْ أَن تُنبِتُوا شَجَرَهَا (yang kalian sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?) karena kalian tidak akan mempunyai kemampuan dan kekuasaan untuk itu.

أَإِلَهٌ (Apakah ada tuhan) a-ilahun dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil مَّعَ اللَّهِ (di samping Allah) yang membantu-Nya untuk melakukan hal-hal tersebut? Maksudnya tidak ada tuhan lain di samping Dia. بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ (Bahkan sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang) yakni menyekutukan Allah dengan selain-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir:Maka Allah telah berfirman: أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ (“Atau siapakah yang telah menciptakan langit?”) yaitu yang telah menciptakan langit-langit itu dengan ketinggian dan kebersihannya. Serta apa-apa yang dijadikan di dalamnya, seperti bintang-bintang yang bersinar, benda-benda langit yang indah dan planet-planet yang beredar. Yang menciptakan bumi dan kerendahan dan ketebalannya serta apa-apa yang dijadikan di dalamnya seperti gunung-gunung dan puncak-puncak dan lain-lain.

Baca Juga:  Surah Al-Ankabut Ayat 53-55; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ مَاءً (“Dan yang menurunkan air untukmu dari langit-langit.”) yaitu dijadikan-Nya sebagai rizky bagi hamba-hamba-Nya. fa anbatnaa biHii hadaa-iqa (“Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu hadaa-iq”) yaitu kebun-kebun. Dzaata baHjata; yang berpemandangan indah dan berbentuk megah. مَّا كَانَ لَكُمْ أَن تُنبِتُوا شَجَرَهَا yaitu kalian tidak akan sanggup menumbuhkan pohon-pohonnya.

Yang sanggup melakukan itu semua hanyalah Allah Mahapencipta dan Mahapemberi rizky Yang berdiri sendiri dan Esa daam hal tersebut, tanpa butuh yang lain-Nya diantara para berhala, seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik.

Sebagaimana firman Allah dalam Ayat yang lain yang artinya: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: Allah.’” (az-Zukhruf: 87) “Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menurunkan air dari langit kemudian menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?’ tentu mereka akan menjawab: ‘Allah.’” (al-Ankabuut: 63) yaitu mereka mengakui bahwa Allah lah yang melakukan semua itu dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kemudian mereka menyembah selain-Nya bersama Dia dari apa yang mereka akui bahwa tidak ada yang menciptakan dan memberi rizky selain Allah dan Dia berhak untuk diesakan dalam ibadah.

Hanya Dia yan menciptakan dan memberi rizky. Untuk itu Dia berfirman: أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ; yaitu, apakah di samping Allah ada ilah lain yang disembah, padahal sudah jelas bagi kalian dan bagi orang yang berakal yang mengakui pula bahwa Dialah Mahapencipta dan Mahapemberi rizky?

Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa makna firman-Nya: أَإِلَهٌ مَّعَ اللَّهِ (“Apakah di samping Allah ada ilah lain”) yang melakukan ini semua? pendapat ini kembali pada makna yang pertama [Allah]. Karena, kandungan jawabannya adalah bahwa mereka berkata:

“Di sana tidak ada satupun yang melakukan semua ini, bahwa Dia sendiri saja yang melakukan itu.” Dikatakan, bagaimana kalian menyembah yang lain-Nya bersama Dia, padahal Dia sendiri yang menciptakan, memberi rizky dan mengatur? “Maka apakah [Allah] yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan [apa-apa]?” (an-Nahl: 17)

Firman Allah di sini: أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ (“Atau siapakah yang menciptakan langit dan bumi.”) amman; di dalam seluruh Ayat ini kandungannya ialah, apakah yang melakukan semua ini sama dengan yang tidak mampu melakukan semua itu? Inilah makna konteks pembicaraan, sekalipun yang lain disebutkan. Karena dalam kualitas pembicaraan mengarah pada hal tersebut.

kemudian Dia berfirman dalam Ayat yang lain: بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ (“Bahkan mereka adalah orang-orang yang menyimpang.”) yaitu membuat tandingan dan bandingan bagi Allah. Allah berfirman yang artinya: “[Apakah kamu hai orang-orang yang musyrik yang lebih beruntung] apakah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada [adzab] akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?” (az-Zumar: 9).

Yakni apakah orang yang seperti itu sama seperti orang yang tidak demikian? Untuk itu Allah berfirman dalam Ayat yang sama, artinya: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (az-Zumar: 9)

Baca Juga:  Surah An-Naml Ayat 48-53; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Tafsir Kemenag: Pada Ayat ini, Allah melontarkan beberapa pertanyaan yang menggugah perhatian mereka terhadap keberadaan-Nya, dengan memperhatikan hal-hal penting yang ada di sekeliling mereka. Pertanyaan itu berkisar pada siapakah yang menciptakan langit, bumi, dan segala isi yang terdapat di dalamnya, dan yang menurunkan air hujan dari langit untuk manusia lalu dengan sebab air hujan tumbuhlah kebun-kebun yang indah, yang manusia sendiri sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya.

Ayat ini perlu mendapat perhatian terutama oleh mereka yang sering mengadakan perjalanan keliling sebagai wisatawan atau lainnya, ketika melihat pemandangan yang indah, seperti kebun raya, kebun binatang, aquarium, berbagai pameran hasil industri pertanian, pertekstilan, dan sebagainya.

Mereka harus memandang keindahan alam yang di depan dan di sekelilingnya sebagai cermin yang menampakkan segala keindahan, keagungan, dan kesempurnaan Allah. Dengan mengamalkan cara yang demikian itu, maka ingatan manusia akan selalu tertuju kepada Allah. Dengan demikian, ketika manusia melihat setiap makhluk, pasti ia akan mengingat Khaliknya.

Bila hal itu telah menjadi kebiasaan, maka ia akan merasakan ketauhidan yang murni, bersih dari segala unsur kemusyrikan. Maka pertanyaan tersebut patut dilanjutkan dengan pertanyaan kedua: “Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain?” Tentu saja jawabannya adalah: “Tidak, sebab hanya Allah satu-satunya Tuhan yang berhak di sembah.”

Sebenarnya orang-orang yang menyembah berhala itu adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Sebab, jika mereka ditanya, “Siapakah yang menurunkan air hujan dari langit yang kemudian menghidupkan dengan air itu bumi yang tadinya mati,” mereka menjawab, “Allah” sesuai dengan firman-Nya:

Dan jika kamu bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu dihidupkannya bumi yang sudah mati?” Pasti mereka akan menjawab, “Allah.” (al-‘Ankabut/29: 63)

Orang-orang penyembah berhala itu sebenarnya mengakui bahwa berhala mereka tidak dapat menurunkan air hujan yang menjadi penyebab kemakmuran bumi, tetapi mengapa mereka tetap juga menyembahnya. Jawaban mereka itu hanya karena mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka, walaupun tidak sejalan dengan logika orang yang berpikiran sehat.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai Muhammad, tanyakan kepada mereka,
“Siapakah yang menciptakan langit, bumi dan apa yang ada di antara keduanya? Siapa pula yang menurunkan hujan dari langit yang sangat bermanfaat bagi kepentingan kalian? Dengan air hujan itu, Dia lalu menumbuhkan kebun-kebun yang bagus dan indah.

Sungguh kalian tidak akan mampu menumbuhkan pepohonan yang beraneka ragam dengan warna dan buah yang berlainan! Keharmonisan dalam ciptaan semacam itu sungguh menyatakan dengan jelas bahwa tidak ada tuhan lain yang menyertai Allah. Akan tetapi orang-orang kafir adalah kaum yang berpaling dari kebenaran dan keimanan, condong kepada kepalsuan dan kesyirikan.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama
kandungan Surah An-Naml Ayat 59-60 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S