Tujuh Unsur Penafsiran Ibn al-Arabi dalam Kitab Ahkam al-Quran

Tujuh Unsur Penafsiran Ibn al-Arabi dalam Kitab Ahkam al-Quran

PeciHitam.org – Pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang masalah-masalah khilafiyah merupakan modal utama dalam menafsirkan ayat-ayat hukum. Penafsir juga dituntut memiliki wawasan luas tentang mazhab-mazhab lain. Penafsir sekiranya tidak hanya menjadikan mazhabnya sebagai acuan dalam menetapkan hukum dari ayat yang ditafsirkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kitab Ibn al-Arabi, Ahkam al-Quran, adalah salah satu contoh yang tepat dalam hal ini. Bermazhab itu memang perlu, terutama yang belum bisa berijtihad sendiri, namun bukan berarti harus tunduk sepenuhnya pada mazhab yang diikuti.

Sikap fanatik mazhab tidak menghalangi Ibn al-Arabi menerima pendapat lain. Contohnya ketika menafsirkan surah al-Fatihah. Dalam permasalahan membaca basmalah di awal al-Fatihah, Ibn al-Arabi sependapat dengan mazhabnya yang mengatakan bahwa bacaan basmalah tidaklah wajib meski ada pendapat dari Syafi’i yang didukung riwayat dari Ibn Abbas.

Ibn al-Arabi menjadikan ‘amal ahl al-madinah sebagai landasannya. Sebagian mazhab Maliki lebih menyukai membacanya ketika salat sunnah. Dalam hal ini, ia berpegang pada sikap mazhabnya dalam menetapkan hukum.

Ada beberapa unsur-unsur penting dalam penafsiran Ibn al-Arabi dalam kitabnya, Ahkam al-Quran, antara lain:

Baca Juga:  Surah An-Nisa Ayat 153-154; Seri Tadabbur Al Qur'an

Pertama, asbab al-nuzul. Hal ini menjadi elemen penting dalam penafsiran Ibn al-Arabi, sebab hampir disetiap penafsirannya ia mencantumkan penjelasan tentang latar belakang turunnya ayat. Contohnya ketika menafsirkan QS. al-Baqarah [2]: 158, di mana ia menjelaskan sebab turunnya ayat tentang shafa dan marwah.

روى شعبة عن عاصم قال سألت أنس بن مالك عن الصفا والمروة فقال كانا من شعائر الجاهلية فلما كان الإسلام أمسكوا عنهما فنزلت الآية

Kedua, qira’at. Sejak kecil, Ibn al-Arabi sudah menguasai ilmu qira’at sehingga sangat wajar jika ilmu ini menjadi salah satu alat penafsirannya. Contohnya ketika ia menjelaskan penafsiran أرجلكم pada ayat 6 surah al-Maidah. Ia mengatakan:

المسألة الحادية والأربعون قوله تعالى وأرجلكم

Selanjutnya, Ibn al-Arabi menyebutkan tentang tiga jenis bacaan pada ayat tersebut. Pertama, dengan rafa‘ sehingga bacaannya menjadi wa arjulukum. Bacaan ini bersumber dari Nafi’. Kedua, nasab sehingga bacaannya menjadi wa arjulakum. Menurut riwayat Abu Abd al-Rahman al-Sulami, Ali, dan Ibn Abbas yang termasuk membacanya dengan bacaan ini.

Baca Juga:  Surah Ar-Rahman Ayat 65-78; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ketiga, khafd (kasrah), sehingga bacaannya menjadi wa arjulikum. Di antara yang membaca dengan bacaan ini adalah Anas bin Malik, ‘Alqamah, dan Abu Ja’far. Perbedaan bacaan ini akan berimplikasi terhadap bagaimana tatacara mensucikan kaki dalam berwudhu. Selanjutnya, Ibn al-Arabi berkata:

قلنا يعارضه أنا وإن قرأناها خفضا وظهر أنها معطوفة على الرؤوس فقد يعطف الشئ بفعل ينفرد به احدهما

Dari kedua bacaan (nasab dan khafd), Ibn al-Arabi lebih mendukung bacaan khafd yang berimplikasi pada harusnya kaki disucikan dengan cara dibasuh (mash).

إذا ثبت وجه التأويل فى المسح على الخفين فإنها أصل فى الشريعة وعلامة مفرقة بين أهل السنة والبدعة وردت به الأخبار

Ketiga, penjelasan makna kosakata (mufradat) atau makna kalimat. Ini bisa dilihat ketika Ibn al-Arabi menjelaskan makna kata kutiba pada ayat 178 surah al-Baqarah. Ia mengatakan:

قال علماؤنا معنى كتب فرض وألزم وكيف يكون هذا والقصاص غير واجب وإنما هو لخيرة الولى ومعنى ذلك كتب وفرض إذا أردتم استيفاء

Baca Juga:  Tafsir, Kandungan dan Terjemahan Surah Al Baqarah Ayat 215

Keempat, riwayat (aqwal al-ma’tsur) dari Nabi, sahabat, dan tabi‘in.

Kelima, hukum yang terkandung dalam ayat.

Keenam, pendapat para ulama. Ketika membahas suatu permasalahan, Ibn al-Arabi memasukkan pendapat para ulama dari berbagai mazhab kemudian melakukan tarjih salah satunya.

Ketujuh, hadis-hadis tentang keutamaan beberapa surah.

Itulah tujuh unsur penting penafsiran Ibn al-Arabi dalam kitab tafsirnya yang membuat Ahkam al-Quran memiliki kelebihan tersendiri dari kitab Tafsir lainnya.

Mohammad Mufid Muwaffaq