Rizieq Shihab; Antara Revolusi Akhlak atau Aksi Kekerasan Atas Nama Agama

Rizieq Shihab, Antara Revolusi Akhlak atau Gerakan Kekerasan Atas Nama Agama

Pecihitam.org – Indonesia akhir-akhir ini menjadi salah satu negara yang disorot dunia. Hal tersebut dikarenakan dengan hadirnya seorang Imam Front Pembela Islam (FPI) yang pulang dari Arab Saudi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Rizieq Shihab datang di Indonesia pada tanggal 10 November 2020.  Mendengar hal tersebut, akhirnya banyak umat atau pengikutnya yang berbondong-bondong untuk datang ke Bandara Soekarno Hatta. 

Para jamaah ini meluapkan rasa rindunya kepada sang Imam Besar Rizieq Shihab yang sudah 3 tahun lamannya  ia meninggalkan Tanah Air.

Tepat pagi tanggal 10 November 2020, Jamaah berduyun-duyun datang ke Bandara Soekarno Hatta. Terlepas dari protokol kesehatan, mereka berhamburan di lingkungan Bandara.

Banyaknya jamaah yang datang dan bahkan ribuaan orang yang datang ke Bandara tanpa mematuhi protokol kesehatan. Dan akhirnya, gelombang Covid-19 pun terjadi. Banyak di antara mereka yang terpapar virus corona.

Banyaknya para jam’ah yang terpapar virus corona setelah penjemputan sang Imam Besar membuat pemerintah DKI Jakarta mendapatkan teguran keras oleh Pemerintah Pusat. Selain itu, banyaknya fasilitas bandara yang rusak akibat kejadian penjemputan tersebut.

Baca Juga:  FPI Ajak Pemerintah Dialog Ihwal Izin Ormasnya, Kemendagri: Lengkapi Dulu Syaratnya

Selanjutnya, setelah HRS pulang dari Arab Saudi. Banyak masalah yang timbul dan seakan-akan “melawan” kebijakan pemerintah dalam hal penanggulangan Covid-19, seperti mengadakan Maulid Akbar di Petamburan dengan melanggar protokol kesehatan.

Aksi Imam Besar ini ternyata tidak berhenti sampai disini saja. Ia di acara maulid akbar tersebut ternyata juga memberikan ceramah keagamaan yang sangat tidak pantas disebut sebagai ceramah agama.

Beberapa perkataan kasar dikeluarkan seperti, Penggal Kepala, Lonte dan lain sebagainya. Dengan orasi yang keras, menjadikan para jamaahnya juga semakin keras dalam sikap dan prilakunya.

Dari sinilah kemudian kita bisa berfikir, apakah ini yang disebut dengan Revolusi Akhlak? atau Awal dari Kekerasan Atas Nama Agama?

Tidak hanya berhenti pada tataran pemahaman, konsep Islam radikal bahkan kerap dipertontonkan baik oleh ormas, kelompok maupun jaringan tertentu yang sudah tidak benar lagi menggunakan atribut-atribut dan jargon-jargon Islam, bahkan menglkaim tindakannya tersebut sebagai ibadah.

Tentu hal ini sangat berbahaya untuk umat Muslim di Indonesia. Saya menyebutnya seperti “Benalu di Balik Pohon Yang Subur”.

Baca Juga:  Menag Fachrul Razi Dukung FPI, Hastag #JokowiTakutFPI Bergema di Twitter

Selain itu, Berbagai aksi teror dan gerakan radikal yang semakin lama semakin intens tersebut merupakan pukulan keras bagi kalangan muslim, karena dia berasal dari dalam internal muslim itu sendiri.

Sementara kalangan humanis sekuler, mengkritik agama sebagai penghalang bagi terwujudnya tatanan sosial yang beradab maka aksi-aksi kekerasan yang kerap dilakukan atas nama agama, baik oleh kalangan teroris maupun ormas, tentunya kian memperkuat tudingan tersebut.

Mengutip sebuah buku yang di tulis oleh Nasir Abas yang berjudul “Membongkar Jamah Islamiyah” yang berisi bahwa Tindakan radikalisme atas nama agama muncul sebagai akibat kegagalan dalam memahami esensi substantif pendidikan Islam.

Tulisan ini akan mengelaborasi tiga hal pokok yang dapat dilakukan umat Islam agar mampu menangkap pendidikan Islam substantif.

Pertama, Menjaga keseimbangan antara kajian tekstual dan kontekstual dalam memahami Al-Qur’an. Kedua, menghindari formalitas keagamaan yang dangkal. Ketiga, beragama dengan hanif.

Melihat berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh HRS, sudah jelas bahwa salah satu cara untuk bisa meruntuhkan persatuan yaitu dengan cara doktrinasi keagamaan yang mempunyai dampak pada adanya aksi kekerasan.

Baca Juga:  Fatwa Shalat Tanpa Wudhu dan Tayamum Bagi Petugas Medis Covid 19

Hal senada bisa kita lihat, bahwa teror aksi yang dilukan oleh pengikut Rizieq Shihab kepada ibunda Mahfud MD.

Selain itu, kaburnya HRS dari Rumah Sakit UMMI menjadikan warga masyarakat Indonesia khususnya warga Jakarta was-was.

M. Dani Habibi, M. Ag