Asal-Usul Masyarakat Arab Hingga Berkembangannya Islam Di sana

Asal-Usul Masyarakat Arab Hingga Berkembangannya Islam Di sana

Pecihitam.Org – Masyarakat Arab memiliki sejarah tersendiri, dan untuk melacak asal-usul masyarakat Arab tersebut, mereka meruntut jauh ke belakang yaitu pada sosok Ibrahim dan keturunannya yang merupakan keturunan Sam bin Nuh, nenek moyang orang Arab.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Secara geneaologis, para sejarawan membagi orang Arab menjadi Arab Baydah dan Arab Baqiyah. Arab Baidah (Arab yang telah musnah), yaitu orangorang arab yang telah musnah jejaknya dan tidak diketahui lagi kecuali karena tersebut dalam kitab-kitab suci.

Arab Ba’idah ini termaksud suku bangsa arab yang dulu pernah mendiami Mesopotamia akan tetapi, karena serangan raja namrud dan kaum yang berkuasa di Babylonia, sampai Mesopotamia selatan pada tahun 2000 SM suku bangsa ini berpencar dan berpisah ke berbagai daerah, seperti kaum Ad, Samud, Thasam, Jadis dan Jurham.

Arab Baqiyah (arab masih ada), dan mereka terbagi menjadi dua. Kelompok pertama yaitu Arab Aribah, mereka itu adalah kelompok Quhthan, dan tanah air mereka adalah Yaman. Diantara kabilah-kabilah mereka yang terkenal yaitu Jurham, Ya’rab. Dari Ya’rab ini keluarlah suku-suku Kahlan dan Hymar.

Baca Juga:  Sejarah Beridirinya Kesultanan Kanoman Cirebon; Kasultanan Islam Ternama di Pesisir Pantai Utara

Kelompok kedua yaitu Arab Musta’rabah, mereka itu adalah kebanyakan dari penduduk Arabia dari dusun sampai ke kota, yaitu mereka yang mendiami bagian tengah Jazirah Arabia dan negeri Hijaz sampai ke lembah Syam.

Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam Subras Mediteranian yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabiyah dan Irania.

Bangsa Arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic di tanah arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.

Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk jazirah arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Qathaniyun (keturunan Qathan) dan ‘Adaniyun (keturuan Ismail ibnu Ibrahim as).

Satu persamaan jika kita samakan antara Jazirah Arab dengan Indonesia adalah multikultural. Banyaknya suku, kabilah di Arab sebelum Islam sering terjadi peperangan yang diakibatkan kefanatikan masing-masing kabilah. Tidak jauh seperti negara Indonesia memiliki banyak suku, agama dan sebagainya juga sering timbul konflik besar-besaran, meskipun sebenarnya Indonesia memiliki simbol berbedabeda tetapi tetap satu jua.

Baca Juga:  Perang Kedongdong, Sejarah Perjuangan Rakyat dan Para Santri Cirebon

Simbol itu dewasa ini ibarat angin yang telah berlalu, sekarang sudah tidak berfikir ke sana, namun lebih menuruti egonya masing-masing. Itulah yang seharusnya diubah oleh masyarakat Indonesia sehingga akan tercipta kesatuan yang tidak akan terkalahkan.

Tidak jauh berbeda karakter masyarakat di seluruh dunia ini, tidak di Arab ataupun di Indonesia hampir sama, di mana mereka lebih cenderung memilih tempat yang subur atau tempat nyaman ditinggali. Itulah menurut penulis adalah suatu kodrat manusia cenderung memilih mana yang lebih baik bagi diri dan kehidupannya.

Berbeda dengan wilayah Indonesia yang memiliki curah hujan cukup tinggi sehingga tumbuhan dapat tumbuh subur. Bisa dikatakan cuaca Jaziah Arab kebalikan dengan cuaca di wilayah Indonesia. Jika di Arab penduduknya rata-rata beternak unta karena ketahanannya terhadap cuaca di sana, sedangkan untuk wilayah Indonesia banyak penduduknya memelihara hewan pemakan tumbuhan (herbivora) karena ketersediaan makanan yang mudah dicari.

Baca Juga:  Hubungan Perkembangan Majlis Taklim di Indonesia dengan Metode Pengajaran Islam

Melihat Jazirah Arab saat itu, dengan keadaan sebagian wilayah berkondisi gersang namun banyak sejarawan menyatakan keadaan perekonomian negara Arab sangatlah baik, bahkan itu sebagai salah satu faktor pendorong pesatnya perkembangan agama Islam.

Jika kita melihat keadaan negara kita, secara geografis negara Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai, namun realitanya adalah sebaliknya kita hanya mendapat sedikit dari apa yang kita miliki, sehingga sebagian penduduk Indonesia masih berstatus menjadi warga miskin.

Mochamad Ari Irawan