Pecihitam.org– Nama lengkapnya adalah Zainuddin Abu Yahya Zakariyya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakariyya Al-Anshari Al-Khazraji As-Sunaiki Al-Qahiri Al-Azhari Asy-Syafi’i. Tak ada kepastian tahun kelahirannya, namun Imam as-Suyuti, ulama yang hidup semasanya dan juga kawannya, memprediksi, tahun kelahiran Al-Anshari adalah 824 H, di Sunaikah, desa kecil yang terletak antara kota Bilbis dan Al-Abbasiyah, timur Mesir.
Semenjak balita ia telah ditinggal wafat ayahnya. Zakariyya adalah putra satu-satunya pasangan suami-istri yang berpisah oleh kematian itu. Hanya berdua dengan ibunya, Zakariyya kecil menjalani kehidupan yang cukup berat. Al-Ghuzzi menceritakan dari Syaikh Shalih Rabi’ bin Abdullah As-Sulami bahwa suatu ketika Syaikh Shalih berkunjung ke Desa Sunaikah, kampung halaman Zakariyya, dan mendapati seorang perempuan yang meminta pekerjaan kepadanya, demi keluarganya. Wanita itu tak lain adalah ibu Zakariyya.
Semasa tinggal di Desa Sunaikah, Zakariyya kecil sudah mahir membaca Al-Qur’an dan mempelajari kitab ‘Umdah al-Ahkam dan Mukhtashar at-Tabrizi. Kesukaannya terhadap bidang hafalan berlanjut saat ia belajar di Al-Azhar. Dalam rentang waktu yang terbilang pendek, Zakariyya muda telah hafal Al-Qur’an dan beberapa kitab, seperti Al-Minhaj, Alfiyah Ibn Malik, Asy-Syathibiyyah, Alfiyyah al-Hadits, dan beberapa kitab lainnya.
Inilah rihlah pertamanya belajar ke Al-Azhar. Tak lama setelah itu, ia kembali ke kampung halamannya, untuk bekerja. Beberapa waktu kemudian Zakariyya muda kembali ke Kairo untuk kembali belajar di Al-Azhar. Pada rihlah keduanya ini, ia belajar kitab Syarh al-Bahjah, Al-‘Adhud, Syarh al-‘Ibari, Syarh Tashrif al-‘Izzi, dan banyak lagi.
Ia mempelajari hampir semua kitab dalam berbagai macam cabang keilmuan, termasuk matematika, seni menulis indah, dan ilmu retorika. Ghirahnya yang begitu besar untuk belajar telah menempatkannya pada hasil yang memuaskan. Jangan heran bilamana para gurunya pun memberi pujian dan ijazah yang sempurna. Tak kurang dari 150 ijazah diberikan kepadanya, termasuk ijazah dari Al-Hafizh Al-Asqalani, yang menuliskan kata-kata dalam ijazahnya, “Aku izinkan bagi Zakariyya untuk membaca Al-Qur’an dengan jalur periwayatan yang ditempuhnya, dan mengajarkan fiqih yang telah dituliskan dan diserahkan Al-Imam Asy-Syafi’i. Kepada Allah, kami, aku dan Zakariyya, memohon pertolongan untuk kelak dapat bersua dengan-Nya.”
Para ulama selain Al-Asqalani juga memberikan pujian dan izin yang sama, sehingga, sebagaimana dikatakan Al-‘Aydarusi, sudah menjadi hal yang lumrah bilamana Zakariyya muda telah dibolehkan mengajar di samping para gurunya. Inilah yang menjadi cikal bakal keulamaannya pada waktu berikutnya.
Guru Syaikh Zakariyya sangat banyak. Menurut para penulis biografi ulama, guru Zakariyya mencapai lebih dari 150 orang. Di antara guru-gurunya yang terkemuka adalah Syaikh Zainuddin Abu Dzar Abdurrahman bin Muhammad Az-Zarkasyi Al-Hanbali, Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Ali Al-Qayati, Ibn Al-Majdi Syaikh Abu Al-‘Abbas Ahmad bin Rajab bin Thubaigha Asy-Syafi’i, Ibn Al-Furat Al-Qadhi ‘Izzuddin Abdurrahim Al-Mishri Al-Hanafi, Syaikh al-Hafizh Abu Al-Fadhl Ahmad Al-‘Asqalani, Syaikh Abu Al-Yaman Muhammad bin Muhammad Al-Hasyimi Al-‘Uqaili Al-Makki, Syaikh Abu Al-Fath Muhammad bin Abubakar Al-Qurasyi Al-‘Utsmani, Ibn Zhuhairah Muhammad Al-Qurasyi Al-Makhzumi Al-Makki, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli, Muhyiddin Al-Kafiyaji.
Sedangkan di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Hamzah bin Abdullah An-Nasyiri Al-Yamani, Jamaluddin Abu Abdillah Abdul Qadir bin Hasan Ash-Shani Al-Qahiri, Tajuddin Abdul Wahhab Ad-Danjihi Al-Mishri, ali bin Muhammad Al-Maqdisi, Al-Imam Al-‘Allamah Fakhruddin Utsman As-Sinbathi, Al-Qadhi Muhammad bin Ahmad Al-Farfur Ad-Dimasyqi, Syaikh Taqiyyuddin Abubakar bin Muhammad Al-Qari Ad-Dimasyqi, dan lain-lain.
Di samping berbagai kesibukannya itu, Syaikh Zakariyya juga menyempatkan waktunya untuk menulis buku. Ia dikenal sebagai penulis syarah dan hasyiyah yang ulung. Ini menunjukkan keluasan dan kedalaman pengetahuannya, sebagaimana tampak dalam karya-karyanya.
Karya-karya Syaikh Zakariyya berkisar pada bidang aqidah, fiqih, ushul fiqh, faraidh, manthiq, tasawuf, hadits, nahwu, dan sebagainya. Tak kurang dari 50 karya dalam berbagai bidang tersebut yang ditulisnya semasa hidupnya yang panjang.
- Fathur Rahman dalam bidang tafsir.
- Ad-Daqa`iq al-Muhkamah dalam bidang qira’at.
- Tuhfatu al-Bari ‘ala Shahih al-Bukhari dalam bidang hadis.
- Tanqih Tahrir al-Lubab dalam bidang fikih.
- Fathul Baqi Syarh Alfiyah al-‘Iraqi dalam bidang mushthalah hadis.
- Asna al-Mathalib fi Syarh Raudhatu ath-Thalib dalam bidang fikih.
- Al-Ghurar al-Bahiyyah fi Syarh al-Bahjah al-Wardiyyah dalam bidang fikih.
- Labb al-Ushul dalam bidang ushul fiqh.
- Syarh Syudzur adz-Dzahab dalam bidang nahwu.
- Syarh Risalah al-Qusyairi dalam bidang tasawuf.
- Syarh Isaghuji dalam bidang manthiq (ilmu logika).
- Al-Lu`lu` an-Nazhim fi Rumi at-Ta’allumi wa at-Ta’lim dalam bidang tarbiyah (ilmu pendidikan).
Syaikh Zakariyya berpulang ke rahmatullah pada tanggal 4 Dzulhijjah 926 H/27 November 1520 M dalam usia 100 tahun lebih. Selama itu hidupnya diisi penuh dengan ilmu, pendidikan, dakwah, dan mengajar, hingga ia diuji dengan kebutaan mata.