Belajar Agama Tanpa Guru, Apakah Dibenarkan dalam Islam? Ini Pendapat Para Ulama

Belajar Agama Tanpa Guru, Apakah Dibenarkan dalam Islam? Ini Pendapat Para Ulama

PeciHitam.org – Di zaman yang serba canggih ini, mulai digaungkan kembali ajaran kembali ke al-Quran dan sunnah. Seolah menafikan peran ulama-ulama terdahulu. Mereka mengklaim bahwasanya segala hal yang mereka lakukan bersumber dari keduanya secara langsung atau merujuk langsung ke Nabi.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Hal ini tentu menggelikan, betapa tidak, selain al-Quran dan sunnah, mereka seringkali justru merujuk pada karya-karya Bin Baz. Bin Baz ialah ulama kontemporer dalam bidang hadis, aqidah dan fikih yang lahir di Riyadh, Arab Saudi pada tahun 1910 Masehi atau hampir 7 abad setelah Nabi Muhammad wafat.

Sehingga jika mereka menggaungkan kembali ke al-Quran dan sunnah, maka mereka seolah juga menafikan keberadaan ulamanya. Mereka seolah mengklaim bahwa belajar agama tanpa perlu guru, dapat langsung mencari segala solusinya dalam al-Quran maupun sunnah. Padahal memahami al-Quran dan sunnah ini bukanlah perkara yang mudah. Ada bebeberapa ilmu yang harus mereka kuasai terlebih dahulu.

Posisi sanad dalam hal keilmuan, khususnya dalam belajar agama itu sangat penting. Peran guru dalam mempelajari agama ialah mengontrol dan mendidik muridnya agar tetap berada pada pemahaman keagamaan yang baik.

Baca Juga:  8 Persamaan Hak Wanita dan Laki-laki dalam Islam yang Jarang Diketahui

Sehingga diperlukanlah seorang guru yang memiliki pemahaman yang paripurna, baik silsilah keilmuan agar jelas rujukannya, hingga kepribadian yang mencerminkan pemahaman yang mumpuni tersebut.

Mengenai pentingnya silsilah keilmuan ini, Abdullah Ibn al-Mubarak seorang ulama di zaman tabi’in pernah berkata,

الإسناد من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ماشاء

Sanad (Silsilah Keilmuan) itu merupakan bagian dari agama Islam, seandainya saja tidak ada istilah sanad niscaya siapa pun berbicara sesuka hawa nafsu mereka”

Ada juga ulama yang mengingatkan tentang pentingnya memilih guru dalam mempelajari agama, yaitu Imam Abdullah Ibnu Sirrin. Ia berkata:

العلم من الدين فانظروا عمن تأخذن دينكم

“Ilmu adalah bagian dari pada agama Islam, oleh karenanya perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian”

Kedua qaul tersebut, menolak belajar tanpa guru. Justru mereka menekankan kepada seorang muslim agar mampu memilah guru yang kompeten dalam mempelajari agama. Terutama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas atau tersambung hingga Rasulullah. Hal ini penting agar ia tidak memahami agama sesuai dengan hawa nafsunya sendiri.

Baca Juga:  Apa Hukumnya Ruqyah? Ini Pendapat Beberapa Ulama

Hukum belajar agama tanpa guru itu tidak diperbolehkan, sebab sangat rawan kekeliruan dalam memahaminya atau interpretasinya tidak sesuai dengan pemahaman Rasulullah. Ketika belajar agama dengan guru, seketika guru tersebut dapat langsung mengoreksi dan membimbing muridnya.

Mungkin kita sering mendengar qaul ulama yang mengatakan, “Barang siapa yang membaca buku tanpa seorang guru maka setanlah yang menjadi gurunya”

Buku atau kitab memang merupakan sumber pengetahuan yang baik. Namun interpretasi pembacanya tidak selalu sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pengarangnya. Hal ini menjadi dasar tidak diperbolehkannya seseorang belajar agama tanpa guru.

Mempelajari agama dengan guru ini juga sekaligus menjaga dan melestarikan otentisitas keilmuan dalam bidang agama khususnya. Melalui buku, sah-sah saja seseorang mengakses rujukan tambahan khususnya yang direkomendasikan oleh guru sekaligus memperkaya khazanah keilmuannya.

Meskipun zaman sudah semakin canggih, kita dapat mengakses segala bentuk informasi sendiri tanpa harus bertatap muka secara langsung. Namun dalam hal belajar agama harus dalam bimbingan seorang guru. Seperti yang telah disampaikan tadi, hal ini bertujuan agar tetap pada garis pemahaman yang benar.

Baca Juga:  Meneladani Gaya Kepemimpinan Rasulullah Melalui Sifat-sifatnya

Demikian penjelasan singkat tentang tidak diperbolehkannya belajar agama tanpa guru. Terakhir kami ingin mengingatkan pentingnya menjaga komunikasi dengan guru.

Jangan sampai kita seolah-olah memutuskan hubungan dengan guru hanya karena sudah tidak belajar kepadanya lagi. Menjaga silaturahmi dengan guru ini penting karena demi menjaga keberkahan akan ilmu yang kita peroleh darinya.

Mohammad Mufid Muwaffaq