Eks Pimpinan CIA Ini Sebut Suriah Telah Menang dalam Peperangan Melawan AS

Pecihitam.org – Sorang mantan wakil direktur agen mata-mata AS, CIA, John McLaughin membeberkan penilaiannya terkait perang di Suriah.

“Presiden Suriah Bashar Assad telah menang setidaknya secara militer,” tulis John McLaughlin dalam sebuah artikel berjudul “SYRIA: IS THE END GAME APPROACHING?” dikutip dari Arrahmahnews, Minggu, 15 Maret 2020.

Diketahui, tentara Arab Suriah telah berperang melawan sejumlah kelompok teroris yang didukung asing, yang telah menimbulkan kekacauan di negara itu sejak 2011.

Dalam pernyataannya, John mengatakan bahwa emerintah Suriah telah berhasil memenangkan kembali kendali atas hampir semua wilayah dari kelompok-kelompok teroris Takfiri.

“Suriah kini terlibat dalam operasi pembebasan di provinsi Idlib, benteng teroris terakhir di negara itu,” ujarnya.

Baca Juga:  Pasukan Suriah Tegaskan Tak Akan Mundur dari Provinsi Idlib

Namun, kata dia, perolehan pasukan Suriah yang melanda baru-baru ini, bertepatan dengan penyebaran pasukan dan peralatan militer besar-besaran oleh Turki, yang jelas-jelas kecewa dengan perubahan kondisi di Suriah.

Menurutnya, Ankara mendukung para teroris yang berjuang untuk menggulingkan Bashar Assad. Kelompok-kelompok teroris terus menargetkan pasukan Suriah dan personel sekutu Rusia.

Pada gilirannya, kata John, AS mendukung milisi Kurdi dan pada saat yang sama mencuri minyak mentah Suriah. Menganalisis situasi di Idlib, McLaughlin menulis bahwa ketika pasukan pemerintah Suriah bergerak maju dari selatan, Turki mendorong balik.

“Turki ditarik dengan susah payah ke berbagai arah. Turki menentang kemajuan Assad tetapi tidak ingin melawan Rusia, yang berusaha mempertahankan hubungan baik dengan harapan mempengaruhi penyelesaian politik Suriah, terutama masa depan Kurdi,” ujarnya.

Baca Juga:  Jangan Tertipu Khilafah dan Komunisme, Pancasila Sudah Sakti

“Ankara melihat Kurdi Suriah sebagai sekutu Kurdi di Turki, yang dipandang sebagai teroris dan separatis oleh para pemimpin Turki. Sementara itu, penolakan Turki untuk menyerap lebih banyak pengungsi membuat tegang hubungannya dengan Eropa. Dan kebijakan kerasnya terhadap Kurdi sering membuatnya bertentangan dengan AS, yang bermitra erat dengan Kurdi di Irak dan Suriah,” pungkasnya.