Gus Baha: Jangan Dikit-dikit Sunnah Rasul, Biasa Saja Kalau Mau Meniru Nabi

gus baha

Pecihitam.org – Dalam sebuah kajian KH Bahaudin Nursalim (Gus Baha), beliau membahas tentang hakikat sunnah Rasul. Banyak orang-orang yang melakukan suatu amal ibadah dengan beralasan sebagai sunnah rasul, padahal sunnah itu bermacam-macam.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Beliau berkata: “Makanya, kalau menjelaskan Sunnah Rasul itu yang komprehensif karena Sunnah itu bermacam-macam. Seperti yang sering saya jelaskan, kalau pakai surban itu Sunnah Rasul sama halnya dengan pakai jubah.

Tapi shalat memaki sarung saja dengan di ikat di leher juga Sunnah rasul, karena Nabi Saw pernah melakukan itu. Lha kamu, menganggap Surban dan Jubab sunnah Rasul itu karena mampu beli, kalau tidak mampu untuk membelinya ya, mau apa?”

Kemudian Gus Baha menceritakan tentang kisah Jabir yang pernah hendak shalat di era Tabi’in dengan memakai surban dan jubah, namun keduanya malah dicantolkan di Masjid, sedangkan Jabir sholat hanya dengan memakai sarung saja. Lalu Tabi’in banyak yang janggal.

“Aku seperti ini biar orang bodoh seperti kalian bisa tahu semua”. kata Jabir

Para Tabi’in bertanya“ Ya Jabir, wahai sahabat Rasulullah Saw, bukankah memakai surban itu Sunnah Rasul?”

Lalu di jawab oleh Jabir “ Iya, Sunah Rasul di tambah karena kalian mampu membelinya.” Jabir kemudian menangis dan bertanya“ Menurut kalian kain kafan orang mati itu harus rapat atau tidak?” “ ya rapat” Jawab para Tabi’in.

Baca Juga:  Cara Menghindari Kesalahan dalam Menuntut Ilmu Menurut Imam Al Ghazali

Kemudian Jabir menyampaikan tentang Sayyid Hamzah saat wafat, sedangkan kain kafannya tidak cukup untuk menutupi jasadnya, padahal beliau adalah orang yang paling di cintai Rasul. Di tutup kepalanya justru kakinya yang kelihatan, sebaliknya jika kakinya yang di tutupi maka kepalanya yang kelihatan.

Jabir pun menjelaskan “Sekarang kalian berpakaian lengkap, terus sedikit-sedikit bilang Sunnah Rasul.”

Sunnah rasul itu melakukan semua yang pernah di lakukan oleh Nabi Saw. Termasuk Nabi Saw juga pernah melaksanakan sholat dalam keadaan takut, pernah juga sholat dengan tidak bisa wudhu, pernah sholat dalam keadaan penuh tekanan dan pernah shalat hanya dengan satu pakaian.”

“Makanya sekarang kalau ada yang bilang, sedekah itu sunnah rasul yaitu karena kamu mampu. Padahal yang termasuk sunah rasul itu juga kelaparan dengan mengganjal perut menggunakan batu, kamu berani nggak? Ujung-ujungnya kita sebut sunah rasul hanya untuk perkara yang asyik-asyik saja, seperti shadaqoh. Kan keren karena dekat dengan pujian dan pasti karena punya uang”. Kata Gus Baha.

Gus Baha lalu menegaskan bahwa Sunnah Rasul itu tidak hanya perkara yang senang-senang saja, karena Rasulullah Saw juga pernah berada di masa yang susah dan penuh dengan tekanan dari luar.

Baca Juga:  Gus Baha’ dan Metode Berdakwah dengan Guyonan Santai

“Coba kamu pilih, Sunnah rasul di kejar-kejar sampai sepuluh tahun dan tidak mampu makan sampai perutya di ganjal dengan batu, perang tidak menang-menang. Jalani itu dulu selama 13 tahun, baru bilang sunnah Rasul.”

Makanya orang berpoligami pun juga perlu di tanya seperti itu: “Sunnah Rasul itu istrinya banyak, ya betul tapi setelah istri pertama mati. Semua orang tahu kalau Nabi Saw berpoligami itu setelah Khadijah wafat bukan saat masih hidup.”

Gus Baha menerangkan salah satu perkara yang sering di jadikan dalih seseorang sebagai sunnah rasul untuk mengerjakannya adalah perkara poligami.

Padahal jika sunnah rasul di jadikan sebagai alasan seseorang melakukan suatu perkara, maka dalam hal ini Rasulullah Saw berpoligami setelah Khadijah wafat. Oleh sebab itu, jika seseorang berpoligami dengan berdalih itu adalah sunnah rasul, maka istri pertama harus wafat terlebih dulu.

“Sekarang pertanyaannya adalah orang yang berpoligami itu menunggu istrinya meninggal atau karena terburu-buru? Apa tidak usah menunggu sampai meninggal? Tanya Gus Baha.

Kalau berpoligami ya poligami saja, tidak perlu bilang Sunnah Rasul segala. Kalau kamu bilang persis Nabi, pertanyaanya ya dipersiskan istrimu suruh mati dulu.

Baca Juga:  Penjelasan Gus Baha' dan KH. Anwar Zahid Tentang Keabsahan Dzikir "Hu" dalam Thariqah Syattariyah

Jadi biasa saja kalau mau poligami. Jika di tanya kenapa poligami? Ya jawab saja ‘pingin’, jujur saja. Kenapa ‘pingin’ ya karena punya uang, kalau tidak punya uang maka hasrat untuk berpoligami sudah hilang. Tapi tidak usah sok suci, sedikit-sedikit sunah Rasul, karena nanti di pertanyakan. Sebab Rasulullah Saw poligami setelah Khadijah wafat.

Dan masih banyak lagi macam-macamnya sunah rasul, jadi biasa saja kalau pingin beramal, ya beramal saja.” Jangan sedikit-sedikit alasannya sunah Rasul. Tidak perlu berlebihan kalau ingin meniru Nabi Saw dan jangan di buat ribet ketika melaksanakannya.

*Naskah ini diterjemahkan dari kajian KH Bahaudin Nursalim. Versi bahasa aslinya dapat dilihat disini.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik