Gus Baha Ditanya, Melakukan Maksiat Apakah Termasuk dalam Takdir Allah?

gus baha

Pecihitam.org – Dalam sebuah acara ceramah yang di hadiri oleh Gus Baha’ sebagai narasumber untuk memberikan mauidloh hasanah kepada para Jama’ah. Seperti biasa, dalam kegiatan tersebut membuka pertanyaan bagi jama’ah yang ingin bertanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Lalu, Gus Baha’mendapatkan beberapa pertanyaan dari salah satunya adalah dari seorang jamaah yang bertannya tentang apakah melakukan maksiat itu termasuk dalam takdir Allah Swt?

Menjawab pertanyaan tersebut Gus Baha menyampaikan bahwa masalah qadha dan qadar telah di bicarakan oleh seluruh ulama pada banyak kitab-kitab. Kita mengikuti ahlul haqiqah yang menyampaikan bahwa:

اذا ذكر القدر فأمسكوا

“Ketika qadha dan qadar sudah di bicarakan maka kamu harus diam di situ”

Menurut Gus Baha, kalau kita termasuk orang yang shaleh, setiap melihat segala sesuatu yang Allah Swt telah tentukan maka semua itu akan terlihat keren (menakjubkan). Kita seharusnya bangga mempunyai Tuhan yang sudah tahu nasib hamba-Nya.

Gus Baha’ mengatakan “ Menurut saya betapa malunya ketika mempunyai Tuhan yang ketika di tanya nasib hamba-Nya, tetapi tidak dapat menjawabnya, itu ngeri sekali”

Baca Juga:  Arus Besar Metode Ushul Fiqih dalam Islam

Sehingga apabila kita termasuk orang shaleh, maka kita akan bangga kalau Allah Swt telah mengetahui takdir hidup kita apa yang akan terjadi. Kesalahan kita adalah terkadang muncul anggapan begini, jika Allah Swt sudah tahu bahwa kita akan celaka lalu untuk apa kita melaksanakan shalat,? anggapan seperti itulah yang sangat keliru.

Kita sering merasa kecewa, apabila saat ini kita telah berusaha menjadi orang yang shaleh tapi kemudian berubah menjadi tidak shaleh dan akhirnya masuk neraka. Kekecewaan tersebut di sebut dengan hafdunnafsi yaitu, hanya memikirkan diri sendiri.

Sebetulnya kalau kita memang benar-benar hamba Allah swt, maka kita akan tetap bangga karena memiliki Tuhan yang telah mengetahui apa yang akan terjadi oleh setiap hamba-Nya.

“Oleh karena itu, untuk mengakui qadha dan qadar di perlukan keshalehan seseorang, kalau tidak maka hal tersebut kriminal sekali.” Kata Gus Baha’.

Kemudiaan Gus Baha menjelaskan tentang maqolah dari Sayyid Hasan bin Ali cucu Rasulullah yang menyampaikan sebagai berikut.

Baca Juga:  Ilmu Tanpa Akhlak, Sama Saja dengan Membawa Kehancuran

“Di antara aturan iman maka harus iman pada qadha dan qadar. Untuk menunjukkan dan supaya kita tahu bahwa Allah Swt tidak di maksiati secara terpaksa. Kita harus berkeyakinan bahwa setiap kebaikan dan keburukan itu dari Allah Swt. Barang siapa yang meyakini bahwa keburukan itu bukan dari Allah, maka dia menjadi kafir dan barang siapa yang menimpakan dosanya atas nama Tuhannya maka dia lacat betul”

Gus Baha menyampaikan bahwa apabila seseorang menimpakan dosanya atas nama Tuhan-nya maka dia lacat betul. Karena yang melakukan kemaksiatan adalah manusia itu sendiri dan tidak ada keterlibatan Allah Swt sama sekali dalam perbuatan maksiat tersebut.

“Makanya orang shaleh itu hafalannya harus banyak, supaya niru-niru orang shaleh. Bukannya ingin shaleh tapi dengan akalnya sendiri, itu berbahaya dalam agama karena agama itu harus ada riwayat”

Kata Gus Baha’, “Kalau kamu bisa paham itu yasudah jadilah orang shaleh saja, kalau tidak ya lebih baik diam saja (qadha dan qadhar) tidak perlu di bahas.”

Baca Juga:  Inilah 10 Pahala Zakat Fitrah yang Jarang Diketahui

Jadi, menurut Gus Baha’ yang terpenting adalah kita harus shaleh terlebih dahulu, karena perasaan orang shaleh ketika mengatakan bahwa dirinya al-‘Abdu Majhur adalah mengatakan ‘Laa Hawla wa la quwwata illa billah” asalkan dia shaleh.

Tapi kalau orang yang tidak shaleh, maka sulit sekali memahami takdir karena dijawab seperti apapun hatinya akan memberontak semaunya sendiri. Oleh karenanya itulah pentingnya beriman, maka ia akan di tunjukkan oleh imannya untuk mengelola was-wasnya setan.

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik