Hadits Shahih Al-Bukhari No. 47 – Kitab Iman

Pecihitam.org – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 47 – Kitab Iman ini, menjelaskan bahwa Rasulullah saw keluar ingin mengabarkan kepada para sahabatnya tentang malam lailatul qadr. Akan tetapi di tengah perjalanan beliau melihat dua orang sahabat sedang bertengkar atau berbantah-bantahan sehingga hal tersebut membuat Nabi lupa akan apa yang hendak beliau sampaikan kepada mereka. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 1 Kitab Iman. Halaman 204-206.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يُخْبِرُ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ إِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ وَإِنَّهُ تَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ

Terjemahan: Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] Telah menceritakan kepada kami [Isma’il bin Ja’far] dari [Humaid], Telah menceritakan kepadaku [Anas bin Malik] berkata, telah mengabarkan kepadaku [‘Ubadah bin Ash Shamit], bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar untuk menjelaskan tentang Lailatul Qodar, lalu ada dua orang muslimin saling berdebat. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Baca Juga:  Hadis Jibril, Pesan tentang Pondasi Islam, Iman dan Ihsan Serta Tanda-Tanda Kiamat

“Aku datang untuk menjelaskan Lailatul Qodar kepada kalian, namun fulan dan fulan saling berdebat sehingga akhirnya diangkat (lailatul qodar), dan semoga menjadi lebih baik buat kalian, maka itu intailah (lailatul qodar) itu pada hari yang ketujuh, enam dan lima “.

Keterangan Hadis: فَتَلَاحَى (Bertengkar). Ibnu Dihyah menyebutkan kedua orang tersebut adalah Abdullah bin Abi Hadrad dan Ka’ab bin Malik.

فَرُفِعَتْ (Lupa). Maksudnya adalah lupa waktu, dari ingatan beliau. Sebabnya adalah apa yang dijelaskan oleh Muslim dari hadits Abu Sa’id dalam cerita ini. Dia berkata, “kemudian datanglah 2 orang yang saling menghancurkan, dan bersama dengan mereka adalah syetan sehingga aku lupa akan hal tersebut.”

Qadhi Iyadh berkata, “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa bertengkar merupakan perbuatan yang tercela. Dari hadits ini dipahami bahwa berkah dan kebaikan suatu tempat akan hilang jika didatangi syetan.”

Jika ada pertanyaan, “Bagaimana mungkin bertengkar untuk mendapatkan kebaikan masuk dalam kategori tercela?” Saya jawab, bahwa hal tersebut dapat diterima jika terjadi di masjid, karena masjid adalah tempat mengingat Allah bukan untuk senda gurau. Begitu pula pada waktu bulan Ramadhan, karena itu adalah waktu khusus untuk mengingat Allah. Kemudian dilarang meninggikan suara di hadapan Rasulullah berdasarkan firman Allah,

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 581 – Kitab Adzan

“.. janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain supaya tidak hapus amalanmu sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (Qs. Al Hujuraat (49): 2)

Dari sini jelaslah hubungan dan kesesuaian antara hadits ini dengan tema yang tidak dipahami oleh kebanyakan orang. Jika ada pertanyaan tentang firman Allah, “Sedangkan kamu tidak menyadari” menjelaskan bahwa amalan yang tidak memiliki niat atau maksud akan mendapatkan dosa. Jawabnya,” Maksud firman itu adalah kalian tidak menyadari hilangnya pahala amalan yang kalian perbuat, karena kalian berkeyakinan bahwa dosa yang ditimbulkannya sangat kecil.

Seseorang dapat saja mengetahui dosa perbuatan tersebut, hanya saja dia tidak mengetahui besarnya dosa perbuatan itu. Seperti yang dikatakan dalam firman-Nya, “Wainnahu Lakabiir” (Dalam permasalahan ini termasuk dosa besar).

وَعَسَى أَنْ يَكُون خَيْرًا (Mudah-mudahan berguna bagi kalian). Maksudnya jika Rasulullah tidak lupa, maka niscaya akan bertambah dan lebih utama dari pada kondisi tersebut karena apa yang diharapkan akan terwujud. Akan tetapi dalam kelupaannya ada kebaikan yang diharapkan, yaitu pahala yang lebih banyak karena hal tersebut menjadi sebab bertambahnya usaha dalam mencarinya. Hal tersebut didapat dengan berkah Rasulullah SAW.

Baca Juga:  Hadits Shahih Al-Bukhari No. 197-198 – Kitab Wudhu

فِي السَّبْع وَالتِّسْع (Pada ke tujuh dan ke sembilan). Demikianlah yang terdapat dalam mayoritas riwayat, mendahulukan tujuh daripada sembilan. Dalam mendahulukan kata “tujuh” menunjukkan bahwa angka tersebut lebih diharapkan.

Abu Nu’aim dalam kitab Al Mustakhraj mendahulukan kata sembilan daripada tujuh, sesuai dengan urutan ke bawah. Kemudian muncul polemik mengenai arti dari sembilan. Ada yang berpendapat bahwa artinya adalah 9 hari dari sepuluh hari pertama, ada pula yang berpendapat 9 hari yang tersisa dari satu bulan. Detail (rincian) pembahasannya insya Allah akan dipaparkan oleh Imam Bukhari dalam kitab I’tikaf.

M Resky S