Terlalu! Ibnu Utsaimin Tidak Mengakui Nabi Muhammad Sebagai Makhluk Paling Mulia

Terlalu! Ibnu Utsaimin Tidak Mengakui Nabi Muhammad Sebagai Makhluk Paling Mulia

Pecihitam.org– Sudah bukan hal asing jika orang-orang Wahabi mengeluarkan pernyataan yang aneh-aneh. Tetapi yang satu aneh sudah sangat kelewatan. Pentolan Wahabi, Syaikh Ibnu Utsaimin tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai makhluk paling mulia. Terlalu!!!

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam Al-Manahi Al-Lafdziyyah halaman 161 sebagaimana dimuat dalam Majalah Cahaya Nabawiy Edisi ke-96 yang terbit pada Juli 2011, terdapat perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin sebagai berikut:

“Dan saya tidak mengetahui sampai detik ini bahwa Muhammad adalah makhluk Allah yang lebih utama dari segala makhluk apa pun secara mutlak.”

Pernyataan serupa dari ulama Nejd ini juga pernah disampaikan ketika salah seorang muridnya bertanya, sebagaimana dicantumkan dalam buku Tsamarah al-Tadwin min Masail Ibnu Utsaimin karya Dr. Ahmad bin Abdurrahman Al-Qadhi pada halaman 8.

Syaikh Dr. Ahmad Al-Qadhi — murid dari Syaikh Ibnu Utsaimin — mengatakan bahwa pada tanggal 26 Shafar 1419 H, beliau pernah bertanya kepada Syaikh Ibnu Utsaimin, “Apakah diperbolehkan mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah makhluk yang paling mulia?

Maka jawabannya sangat menyakitkan bagi setiap orang yang mencintai dan meyakini Nabi Muhammad yang rahmatan lil alamin sebagai makhluk paling mulia. Ini jawabannya:

Baca Juga:  Khalid Basalamah Salah Memahami Tabarruk, Ini Kritik dari Santri

فأجاب: لا نعلم بذلك. ولم يثبت بدليل حتى نقول به. والثابت أنه “سيد ولد آدم” فهو أفضل بني آدم ولا ريب

Ibnu Utsaimin menjawab, “Kami tidak mengetahui benarnya ucapan tersebut. Ucapan tersebut tidak ada dalam dalil. Jika ada, tentu kita bisa mengatakannya. Yang ada dalam hadits, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sayyid atau pemimpin seluruh manusia. Tidaklah diragukan bahwa beliau adalah manusia yang paling mulia.

Ia hanya meyakini bahwa Nabi Muhammad sebagai manusia yang paling mulia, tapi tidak mengakui sebagai makhluk termulia. Anggapannya itu didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 70

قد قال الله تعالى: “ولقد كرمنا بني آدم وحملناهم في البر والبحر ورزقناهم من الطيبات وفضلناهم على كثيرٍ ممن خلقنا تفضيلا” ولم يقل: على الجميع

Allah Ta’ala berfirman, “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra’ ayat 70)

Baca Juga:  Ketika Wahabi Mau Ngajari NU, Mbok Ngaca Dulu!

Dalam ayat di atas Allah mengatakan, “atas kebanyakan makhluk” bukan “seluruh makhluk”.

Yang lucu adalah Ibnu Utsaimin mengatakan tidak ada dalil,.padahal dianya saja yang tidak menemukan atau memahami dalil. Bukankah Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi semesta alam merupakan dalil bahwa ia merupakan makhluk paling agung dan paling mulia.

Maka, buka tidak ada dalilnya, tapi karena tidak tahu atau tidak memahami akan adanya dalil. Ibnu Qudamah berkata

عدم العلم بالدليل ليس بحجة. انما الحجة العلم بعدم الدليل

Tidak tahu tentang dalil bukanlah hujjah akan tetapi yang menjadi hujjah adalah tahu akan tidak adanya dalil.

Syaikh Ibrahim Al-Bajuri bahkan telah menjelaskan dalam Tihfatul Murid ‘ala Jauharut Tauhid bahwa Nabi Muhammad sebagai makhluk paling agung dan mulia merupakan kesepakatan kaum muslimin.

Keutamaan dan kemuliaan yang ada pada Nabi Muhammad SAW. merupakan pemberian dari Allah SWT, dan bukan merupakan kekhususan yang datang dari Nabi sendiri. Dalam artian, bukan karena tingkah laku Nabi yang mulia, melainkan karena kemuliaan yang diberikan Allah SWT.

Baca Juga:  Bagaimana Masa Depan Pesantren Salafi Wahabi di Indonesia?

Begitulah aqiqah Ahlussunnah wal Jamaah yang menempati Nabi Muhammad sebagai makhluk teragung. Kemudian setelah itu, para Rasul Ulul Azmi. Setelah itu, para nabi dan rasul lainnya. Kemudian para malaikat, para wali Allah.

Maka pernyataan Syaikh Ibnu Utsaimin sangat tidak berdasar pada dalil yang kokoh, persis ketika pentolan Wahabi lainnya mengatakan orang tua Nabi berada dalam neraka. Na’udzu billah!

Faisol Abdurrahman