Pembajakan Makna Salaf Oleh Wahabi (Bag II)

Pembajakan Makna Salaf Oleh Wahabi (Bag II)

PeciHitam.org Salaf atau generasi Awal Islam menjadi patokan kebenaran orang Islam di masa sekarang, karena masa tersebut masa paling ideal dalam berislam. Kesucian dan ketulusan hati para Salafus Shaleh dalam memperjuangkan dan mengembangkan Islam sudah digariskan oleh Allah SWT.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Perjuangan dan pengembangan Islam dari berbagai aspek menjadikan islam berkembang menjadi agama yang menguasai peradaban dunia tanpa meninggalkan jejak-jejak langkah Salafus Shaleh. Akan tetapi belakang Istilah Salaf menjadi bulan-bulanan gerakan tertentu yang berpikir sangat puritan cenderung ekstrim dan radikal.

Bahkan beberapa gerakan dengan label Salaf menolak segala modernitas dengan anggapan ia berasal dari tradisi kufur. Benarkah semua pemahaman ini? Berikut Ulasannya!

Salaf dalam Lintasan Sejarah

Golongan-golongan yang melabeli dirinya sebagai golongan salaf belum tentu memiliki pengamalan dan tindakan yang sama dengan terminologinya secara utuh.

Membahas tentang golongan salaf akan sangat panjang karena ia meliputi lintasan sejarah dan polarisasinya. Bahwa di era modern sekarang ini kata salaf banyak dibajak oleh golongan tertentu adalah fakta.

Banyak sekali golongan yang mengklaim diri sebagai golongan Salaf akan tetapi gemar sekali untuk membid’ahkan dan menyesatkan golongan lain. Dalihnya memang al-Qur’an dan Sunnah, namun tidak akan ditemukan dasar kuat golongan salafus Shaleh melakukan tindakan penyesatan kepada golongan lain.

Baca Juga:  25 Ciri-ciri Ajaran Wahabi yang Wajib Diwaspadai !!

Pendapat Ulama yang paling kuat menunjukan bahwa generasi Salaf merujuk kepada mereka yang berdekatan masanya dengan Nabi Muhammad SAW. Dasarnya adalah dalil sebagai berikut;

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِئُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمَيْنُهُ وَ يَمَيْنُهُ شَهَادَتُهُ

Artinya; “Sebaik-baik manusia adalah pada zamanku (sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang setelahnya lagi (atba’it tabi’in), kemudian akan datang suatu kaum yang persaksiannnya mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya” (HR. Bukhari)

Ketiga masa tersebut dikenal dengan Masa Nabi Muhammad SAW dan Generasi Sahabat, Generasi Tabi’in, dan masa ketiga yakni masa Tabi’ Li Tabi’in.

Tiga generasi ini (kurang lebih 300 tahun) sering disebut sebagai generasi emas Islam dari segi pengamalannya, karena tingkat ketakwaan orang-orang didalamnya.

Namun catatan Ulama menggaris-bawahi gerakan Tajssum dan Tasyabbuh tidak termasuk golongan salaf meskipun hidup pada masa generasi emas.

Pembajakan Istilah Salaf

Istilah salaf bisa diterjemahkan sebagai generasi awal Islam yang memegang Islam dengan sangat ketat dan golongan ini menghindarkan diri dari fitnah peralihan kekuasaan. Maka seringkali, Salafus Shaleh disebut sebagai As-Sawad al-A’dzam karena tindakan yang tidak reaksioner dan ekstrim ketika bersikap.

Baca Juga:  Syaikh Abdul Fattah, Ulama Yaman Yang Taubat Dari Salafi Wahabi

Akan tetapi belakang ini, muncul gerakan yang mengatas namakan dakwah Salaf atau golongan Salaf menunjukan gejala berlawanan dengan Salafus Shaleh terdahulu.

Golongan Salaf sekarang banyak yang melakukan tindakan penyalahan terhadap amaliah yang banyak dilakukan umat Islam bahkan menolak modernitas.

Kalau hanya sekedar menyomot istilah Salaf dan kemudian digunakan sebagai label gerakan sendiri tentunya semua orang bisa melakukan. Akan tetapi kesesuaian karakteristik gerakan Manhaj Salaf dahulu dengan klaim di era modern harus disesuaikan.

Identifikasi Istilah Salaf dengan ajarannya perlu diselaraskan akan memahami duduk permasalahan pembajakannya. Bahwa orang Salafus Shaleh berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah dan tetap memegangi transmisi keilmuan melalui Sanad. Pemahaman Salafus Shaleh terwujudkan dalam kerangka berpikir Aqidah ala Asy’ari-Maturidi dan Penerimaan Madzhab 4 yang Mu’tabar.

Maka pola penolakan golongan Salafi terhadap Asy’ari-Maturidi dan Madzhab 4 menunjukan karakteristik kelompok yang hanya menyomot Istilah Salaf.

Sebagaimana golongan salafi wahabi memahami Dzat Allah yang Istiwa’ (bersemayam, Duduk) dengan sebenar-benarnya Duduk, bersemayam. Maka Qurtubi dalam kitab al-Tadzkar fi Afdhal al-Adzkar menjelaskan tentang kesalahan tersebut;

Baca Juga:  Al-Maidah Ayat 3 Menjadi Argumentasi Pengkafiran Oleh Wahabi?

يستحيل على الله أن يكون في السماء أو في الأرض، إذ لو كان في شيء لكان محصورا أو محدودا ، ولو كان ذلك لكان محدثا ، وهذا مذهب أهل الحق والتحقيق

Artinya; “Mustahil atas Allah untuk berada [secara fisik] di langit atau di bumi karena apabila ia berada dalam sesuatu maka berarti ia dikepung atau terbatasi. Apabila itu terjadi berarti Allah itu bersifat baru (dan ini mustahil).  Ini adalah mazhab orang-orang yang benar dan ahli tahqiq.” (al-Qurthubi)

Oleh karenanya, klaim golongan atau Manhaj Salaf harus disesuaikan dengan realitas amaliahnya. Tidak bisa hanya sekedar klaim kosong seperti realitas golongan salafi wahabi.

Ash-Shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan