Ini Tiket Menuju Surga Bagi Umat Islam

tiket surga bagi umat islam

Pecihitam.org – Kehidupan ini tidaklah selesai hanya ketika kita hidup di dunia saja, seluruh agama-agama mengajarkan bahwa kehidupan kita di dunia ini harus dipertanggujawabkan di akhirat kelak.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Akhirat merupakan ruang di mana manusia harus mempertanggungjawabkan segala tindakan dan perilakunya ketika hidup di dunia. Apakah kita melakukan perbuatan yang baik, atau justru perbuatan yang buruk. Perbuatan yang baik akan diganjar oleh Allah dengan surga, sementara perbuatan buruk akan diberi imbalan dengan neraka.

Konsep surga dan neraka ini, hampir merata di seluruh agama-agama, tak terkecuali juga Islam. Di dalam Islam, ada sebuah pandangan yang begitu kuat bahwa siapa yang berbuat baik akan diberi surga oleh Allah dan siapa yang berbuat buruk akan diberi neraka.

Tapi, atas dasar apa seseorang dimasukkan ke dalam surga dan dimasukkan ke dalam neraka?

Kalau kita merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an, jelas sekali dinyatakan bahwa modal seseorang untuk masuk ke dalam surga ada dua; yakni keimanan dan amal shaleh.

Seperti firman Allah, “Barang siapa yang beramal shaleh, seraya ia beriman kepada Allah, maka dia akan dimasukkan ke dalam surga” (QS. al-Kahfi: 107).

Baca Juga:  Pemikiran Gus Dur Tentang Kebudayaan dan Teknologi, Millenial Harus Baca!

Dua tiket inilah yang harus dimiliki oleh umat Islam kalau ia ingin masuk ke dalam surga, yakni keimanan kepada Allah dan amal shaleh.

Meski begitu, ada pula sebuah hadist yang menerangkan bahwa beriman dan amal shaleh saja tidak cukup bagi umat Islam untuk masuk ke dalam surga.

Dikisahkan, Nabi Muhammad Saw. pernah ta’ziyah kepada salah seorang sahabatnya yang baru meninggal, ketika berada di rumah duka, ada seorang sahabat yang menangis tersedu-sedu di hadapan sahabat yang telah wafat, seraya berkata, “Janganlah khawatir, engkau pasti akan masuk surga karena amalmu sangat banyak”. Seketika itu juga, Nabi menampik ucapan sahabat, dan mengatakan bahwa “Tidak ada di antara kita yang akan masuk surga karena amalnya”, lantas sahabat bertanya, “Apakah engkau juga begitu wahai Rasulullah?”, Nabi menjawab, “Betul, aku pun juga begitu”, kemudian Nabi melanjutkan, “Seseorang tidak akan bisa masuk surga kecuali Allah meridhoinya”.

Di sini, Nabi memberi penjelasan bahwa amal shaleh bukanlah “tiket” yang mutlak bagi seseorang atau Umat Islam untuk bisa masuk ke dalam surga. Selain amal, perlu keridhaan dari Allah untuk masuk ke dalam surga.

Baca Juga:  Butir-butir Gagasan Pluralisme Gus Dur dalam Sila Pertama Pancasila

Jadi, ada kalanya amal saja tidak cukup dan, tidak ada jaminan bagi seorang muslim akan masuk surga hanya karena amalnya semata.

Boleh jadi, seseorang pendosa yang memiliki sedikit amal, akan diridhai oleh Allah lantaran seseorang itu pernah berbuatan kebaikan yang dengannya dosa-dosanya diampuni dan dimasukanlah ia ke dalam surga.

Di sisi lain, kita juga bisa bertanya, bagaimana nasib orang-orang di luar Islam, apakah mereka juga berhak masuk ke dalam surganya Allah? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab lantaran hak prerogatif masuk surga hanya dimiliki oleh Allah saja.

Meskipun, banyak ulama berbeda pandangan mengenai hal ini, ada yang berpendapat bahwa selama seseorang itu beriman kepada Allah dan beramal shaleh, meski dia dalam keadaan Yahudi dan Kristen, maka dia bisa masuk ke dalam surga.

Sedangkan pendapat yang lain menyatakan bahwa tak seorang pun akan masuk surga kecuali dia seorang muslim. Di antara kedua pandangan ini, tampaknya pendapat yang kedua yang menjadi keyakinan mayoritas umat Islam.

Baca Juga:  Membangun Sinergi Ulama dan Umara, Meneladani NU dan Muhammadiyah

Terlepas dari itu, ada satu riwayat menarik yang dikutip oleh Imam Jalaluddin as-Suyuti di dalam kitab al-Jami’uskhir li Ahadil Basyiril Nadhir, riwayat ini terkait seorang bernama Waraqah bin Naufal, yang dikenal sebagai seorang pendeta Kristen dan yang memberikan kesaksian atas kenabian Muhammad. Ketika Waraqah meninggal, dan kabar meninggalnya terdengar oleh Nabi, maka Nabi bersabda, “Jangan pernah mencaci Waraqah, aku sudah melihat dia berada di dalam surga”. 

Hadits ini menjelaskan bahwa mencaci maki non-muslim tidak bisa dibenarkan. Terlepas mereka bisa masuk surga atau tidak, umat Islam tidak berhak mengkafir-kafirkannya. Biarlah Allah yang akan memutuskan di akhirat kelak.

Yang jelas, tiap-tiap umat Islam tidak otomatis akan mendapatkan tiket masuk surga secara mudah. Bagi mereka yang hanya bermodal iman tanpa amal shaleh, terpaksa harus mampir dulu ke neraka agar dosa-dosanya dibersihkan terlebih dahulu.

Rohmatul Izad

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *