Khalid bin Walid, Mantan Musuh yang Menjadi Panglima Perang Islam

Khalid bin Walid, Mantan Musuh yang Menjadi Panglima Perang Islam

PeciHitam.org – Panglima perang Rasulullah yang terkenal tangguh, tidak terkalahkan dalam karir militernya dialah Khalid bin Walid bin Mughirah. Mantan musuh Islam dan dikemudian hari menjadi “Pedang Islam” merupakan salah satu bukti bahwa Islam memandang semua manusia sama.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Perlakuan Muhammad SAW yang lemah lembut mampu menggerus kekerasan hati Khalid bin Walid untuk mengecup manisnya Islam. Beliaulah garda terdepan penyatuan Jazirah Arab dibawah bendera Islam rahmatan lil ‘Alamin.

Daftar Pembahasan:

Profil Khalid bin Walid

Khalid bin Walid dikenal luas dalam sejarah sebagai “Pedang Allah yang selalu Terhunus” Saifullah al-Maslul (سيف الله المسلول). Nama lengkap beliau adalah Abu Sulaiman Khalid bin Walid bin Walid (أبو سليمان خالد بن الوليد بن المغيرة المخزومي‎).

Terlahir pada tahun 585 M dan wafat pada tahun 642 M. Khalid bin Walid merupakan keturunan bangsawan kaya raya dari keluarga suku Bani Makhzumi dengan ibu bernama Lubabah binti Al-Harits.

Ayah Khalid, Walid merupakan seorang penyair “kompor” yang sering menjelekan Nama Muhammad SAW. Profesi penyair pada masa itu merupakan salah satu pekerjaan prestisius yang banyak mendatangkan kekayaan. Akan tetapi Khalid dikenal luas sebagai panglima perang lintas pemerintahan yang sangat tangguh dan hampir tidak terkalahkan.

Khalid bin Walid melayani 3 generasi, yaitu Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shidiq dan Umar bin Khattab. Pejuang islam yang mulanya seorang pembenci kelas wahid.

Keluarga Khalid dan Sindiran Al-Quran

Khalid, saifullah Al-Maslul, mempunyai ayah bernama Walid bin Mughirah. Walid merupakan seorang putra bangsawan terhormat kaya raya dari Suku Quraisy klan Bani Mukhzumi.

Pada saat pembongkaran dan renovasi Ka’bah dilakukan, Walid banyak menyumbangkan hartanya. Walaupun sebagai seorang yang sangat membenci Islam, akan tetapi kecintaan pada ka’bah tidak terbantahkan sebagai simbol kekuasaan.

Walid bin Mughirah tercatat juga sebagai seorang dermawan kepada orang yang berziarah ke Ka’bah. Ia menyembelih sekurangnya 10 ekor Unta untuk makanan para Jamaah haji.

Baca Juga:  KH. Wahid Hasyim, Ulama, Politisi dan Aktivis yang Berwawasan Luas

Akan tetapi kebencian pada Islam menutupi hatinya untuk tidak menerima kebenaran ajaran Muhammad SAW. Satu sisi profesi dia sebagai penyair bisa memahami kekuatan dan kebenaran Al-Qur’an akan tetapi hatinya tidak terketuk untuk beriman kepada Nabi SAW.

Allah SWT membuat sebuah sindiran kepada Walid bin Mughirah sebagaimana terabadikan dalam surat al-Qalam;

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (٧)فَلا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ (٨)وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ (٩)وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠)هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (١٢)عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (١٣)أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (١٤

Artinya; 7. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 8. Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). 9. Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).10. dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, 11. yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, 12. yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, 13. yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, 14. karena Dia mempunyai (banyak) harta dan anak” (Qs. Al-Qalam: 8-14)

Ayat di atas merupakan untuk menyindir kepada Walid yang ternyata bukan seorang anak langsung Mughirah. Ia hanya seorang anak hasil zina dengan orang biasa. Gus Baha (KH Bahaudin Nursalim) menyebut, ayat Al-Qalam merupakan bukti kebenaran Wahyu Muhammad SAW terhadapa aib keluarga yang tertutup rapat.

Hidayah Allah Turun Kepada Khalid bin Walid

Meskipun lahir dari seorang pujangga pembeci Islam, Khalid menjelma menjadi panglima perang Islam terhandal.

Hidayah Allah SWT hinggap kedalam sanubari Khalid bin Walid setelah ditanda-tanganinya perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian yang secara umum dipahami sebagai perjanjian Boikot/ Embargo kepada kaum Muslimin di Madinah. Perjanjian Hudaibiyah pada mulanya diteken selama 10 tahun, akan tetapi tidak ditepati oleh orang-orang kafir Makkah.

Baca Juga:  Kisah Khalid bin Walid, Sahabat Rasulullah yang Memimpin Perang Yarmuk

Sebelum perjanjian ini, Khalid bin Walid pernah memimpin misi balas dendam kekalahan perang Badar tahun 2 Hijriyah. Perang balas dendam pimpinan Khalid bin Walid terjadi di bukit Uhud.

Perang Uhud pada mulanya hampir dimenangkan oleh kaum Muslim, akan tetapi terjadi godaan pada kaum Muslim yang dipenuhi para Muallaf. Mereka silau dengan harta yang ditinggalkan oleh orang Musyrik, para pemanah yang bertugas di bukit tergoda untuk menjarah ghanimah itu. Khalid datang dengan pasukan berkuda dan membuyarkan pasukan Muslim.

Pada perang ini, Kaum Muslim mengalami kekalahan atas kecerdasan strategi perang Khalid bin Walid. Kemudian datanglah perjanjian damai Hudaibiyah yang membolehkan kaum Muslim untuk Haji dalam suasana kondusif.

Pada masa tenang gencatan senjata tersebut, Khalid melakukan kontemplasi dan merenung tentang kebenaran Al-Qur’an dan ajaran Muhammad SAW.

Ketertarikan Khalid bermula pada sikap dan akhlak Rasulullah SAW yang tidak mengejar keterkenalan duniawi. Muhammad SAW dalam pengamatan Khalid menjadi tokoh sentral dengan penuh kebijaksanaan dan akhlak mulia. Khalid menjadi yakin bahwa memang Muhammad SAW diutus untuk memenuhi tugas Ilahiyah, bukan untuk kekayaan pribadi.

Dengan hati mantap, Khalid bin Walid, Utsman bin Thalhah, dan Amr bin Ash menghadap Nabi SAW di Madinah pada tahun 8 H bulan Shafar. Beliau memberikan salam kepada Nabi dan mengucap Syahadat didepan Nabi Muhammad SAW. Nabi sangat berbahagia, Islam mempunyai pejuang sekelas Khalid bin Walid.

Jasa Khalid bin Walid

Khalid masuk Islam pada tahun 8 Hijriyah langsung berkontribusi dalam peperangan Mu’tah, beberapa bulan setelah Khalid ikrar Islam. Dalam peperangan ini, beberapa sahabat senior meninggal yaitu Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawwahah.

Baca Juga:  Nashirudin al Bani, Ulama Hadits Panutan Wahabi dan Kontroversinya

Kondisi perang tanpa garda depan, menjadi promosi awal Khalid bin Walid. Beliau tampil dengan gagah berani mengomandoi para pasukan Muslim untuk menerobos barisan pasukan kerajaan Romawi. Atas jasa dalam perang julukan Saifullah Al-Maslul disematkan Nabi kepada Khalid bin Walid.

Pada era Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq, Khalid tetap memperoleh tempat dalam pasukan perang. Khalid menjadi panglima perang untuk menundukan para murtadin dalam perang Riddah. Perang ini bertujuan untuk mengislamkan kembali orang-orang yang murtad karena mengetahui wafatnya Rasulullah SAW.

Khalid juga berjasa atas penaklukan semenanjung Arab secara penuh di bawah panji Islam setelah menaklukan kota Hirrah, negara boneka Kekaisaran Sassaniyah di Persia.

Khalid bukanlah seorang yang gila kehormatan dan jabatan. Beliau secara sukarela melepaskan posisi sebagai panglima perang kepada Abu Ubaidah bin Jarrah.

Khalifah Umar bin Khattab mencopot Khalid dari posisinya untuk mengingatkan beliau untuk tidak bersikap Jumawa dan tetap berada dalam Komando Islam. Akan tetapi pencopotan ini tidak berpengaruh secara signifikan dalam strategi perang.

Kehebatan Khalid pernah memenangkan pertempuran dengan jumlah pasukan 46.000 personel melawan 240.000 pasukan Bizantium dalam perang Yarmuk. Khalid membagi personel dalam 40 kelompok dan menerobos sepasukan besar kerajaan Romawi.

Kekalahan Romawi di Yarmuk menjadi penanda berakhirnya pengaruh Romawi di Jazirah Arabia.

Ash-shawabu Minallah

Mochamad Ari Irawan