Kisah Nabi Ayub yang Sangat Sabar dalam Menghadapi Ujian Allah

Kisah Nabi Ayub yang Sangat Sabar dalam Menghadapi Ujian Allah

Pecihitam.org- Nabi Ayub AS adalah nabi yang terkenal akan kesabarannya, beliau juga seorang hamba yang saleh. Kisah Nabi Ayub banyak menginspirasi bagi orang-orang yang sedang ditimpa ujian, sebab dapat sebagai penghibur, pelipur, dan pembakar semangat untuk bangkit dari keterpurukan.  

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Adapun awal mula kisah Nabi Ayub AS adalah, beliau awalnya seorang yang sehat walafiat tak kurang suatu apa pun. Akan tetapi Allah SWT memberikan ujian penyakit kepadanya.

Beliau juga seorang yang kaya raya. Kemudian Allah mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki keluarga dan banyak keturunan. Kemudian Allah mengambil semuanya kecuali istri dan dua orang saudaranya.

Meski melewati sederet ujian panjang, beliau tetap bersabar, tetap tegar, tak pernah mengeluh, tak pernah resah dan gelisah, apalagi gundah dan marah, hingga Allah kembali memberikan jalan kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, mengembalikan semua harta dan anak-anaknya, dan mengeluarkannya dari berbagai kemelut serta keterpurukan.

Berapa lamakah Nabi Ayub ‘alaihissalam bersabar menghadapi ujian? Salah satu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik, sebagaimana disebutkan Abu Ya‘la dan Abu Nu‘aim, mengisahkan:

Baca Juga:  Kisah Syekh Nawawi yang Bermunajat Doa Pakai Bahasa Jawa di Mekkah

“Sesungguhnya Nabiyullah Ayub ‘alaihissalam berada dalam ujiannya selama delapan belas tahun. Baik keluarga dekat maupun keluarga jauh menolaknya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya. Kedua saudara itulah yang selalu memberinya makan dan menemuinya.”

Ada perbuatan lain dari istrinya yang membuat Nabi Ayub kesal dan marah, yang pada akhirnya, Nabi Ayub bernazar apabila sudah sembuh, dirinya akan mencambuk sang istri sebanyak seratus kali.

Akan tetapi ketika beliau sudah sembuh, Nabi Ayub tak sanggub memukul sang istri yang telah setia dan bersabar merawat serta mengurus dirinya.   Walau demikian, hati Sang Nabi tetap merasa berat karena belum memenuhi nazarnya.

Maka Allah memberikan kemudahan dan jalan keluar kepadanya. Dia memerintahkan untuk mengambil seikat jerami gandum atau jewawut, lalu dipukulkan satu kali kepada istrinya.

Dengan begitu, Ayub ‘alaihissalam dianggap sudah memenuhi nazarnya, sekaligus tidak membahayakan istrinya. Kisah nazar Ayub ‘alaihissalam tersebut diabadikan dalam Al-Quran:

“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (jerami), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya),” (Q.S. Shâd [38]: 44).  

Baca Juga:  Toleransi Beragama Ulama Nusantara, Kisah Kyai Ahmad dan Kyai Siroj

Berdasarkan ayat di atas, Imam Ahmad membolehkan untuk menjatuhkan hukuman cambuk seperti kepada orang yang zina bukan muhshan atau orang yang menuduh zina, dengan cambukan seperti yang dilakukan Nabi Ayub ‘alaihissalam, terlebih jika orang yang dicambuknya sedang sakit dan dikhawatirkan akan meninggal.

Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri pernah memerintah para sahabatnya untuk mencambuk seorang lelaki yang sakit dan berzina, dengan pelepah kurma yang memiliki seratus lidi, sebanyak satu kali cambukan. (Ibnu al-Qayyim, Ighâtsah al-Lahfân, jilid 2, hal. 98).

Dari kisah di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran, di antaranya:   Kisah di atas menunjukkan keutamaan Nabi Ayub ‘alaihissalam, terutama dalam kesabarannya menghadapi ujian panjang berupa penyakit, harta, istri, anak, orang-orang terkasih.

Allah mahakuasa atas segala sesuatu, termasuk menyembuhkan penyakit, memberikan kekayaan, memberikan rezeki dari jalan yang tak terbayangkan pikiran manusia.

Baca Juga:  Kisah Fatimah az Zahra, Putri Rasulullah yang Bergelar Ummu Abiha

Kesabaran selalu membuahkan kebaikan yang tak terkira, baik di dunia maupun di akhirat. Selalu ada kemudahan bagi hamba Allah yang bertakwa dan bersabar.

Contohnya kemudahan bagi Nabi Ayub ‘alaihissalam dalam menunaikan nazar. Saat menghadapi ujian atau kesulitan seseorang diperbolehkan bernazar. Namun, dengan nazar yang tidak keluar dari ketentuan syariat.  

Demikian serpihan kisah Nabi Ayub ‘alaihissalam, imam orang-orang yang bersabar, yang disarikan dari kitab Shahih al-Qashash al-Nabawi yang disusun Umar Sulaiman al-Asyqar.

Mochamad Ari Irawan