Wah! Manuskrip al Quran Tertua Ditemukan di Yaman Lho! Begini Identifikasinya

Wah! Manuskrip al Quran Tertua Ditemukan di Yaman Lho! Begini Identifikasinya

PeciHitam.org – Sejak awal, al-Quran diturunkan sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad saw sebagai sebuah teks yang disampaikan melalui lisan (oral text) dengan membacakan teks yang diterima kepada para sahabat dan dijaga melalui Hafalan para sahabat.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Namun, Nabi Muhammad pada waktu itu juga menugaskan kepada beberapa orang sahabat untuk melakukan penulisan al Quran. Hal ini bisa dilihat pada ditemukannya data tentang tulisan al Quran pada masa awal Hijriah seperti yang ditemukan di yaman baru baru ini.

Salah satu diantara para sahabat yang menulis al-Quran adalah Zaid bin Tsabit, dalam beberapa riwayat telah disebutkan bahwa Nabi memerintahkan Zaid untuk mencatat ayat-ayat al-Quran di punggung unta segera setelah Nabi menyampaikan wahyunya.

Al-Quran yang ditulis oleh Zaid inilah yang kemudian dikenal sebagai codex uthmanix yang dikumpulkan dari hafalan para sahabat dan juga semua tulisan yang terdapat pada potongan kayu, daun palem, kulit kayu dan juga tulang.

Sahabat lainnya yang juga melakukan penulisan terhadap al-Quran pada masa awal adalah Abdullah bin Masud dimana secara usia dia lebih tua dari Zaid sehingga dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Abdullah bin Masud telah menuliskan tujuh puluh surah dari mulut Nabi Muhammad saat Zaid bin Tsabit masih bermain dengan anak laki-laki pada saat itu.

Baca Juga:  Surah Al-Waqiah Ayat 27-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Manuskrip al Quran Tertua di Yaman

Beberapa tahun terakhir fokus kajian terhadap manuskrip semakin meningkat, terutama setelah ditemukannya jumlah manuskrip dengan jumlah yang cukup banyak di atap Masjid Agung di daerah Sana’a Yaman pada tahun 1973 yang kemudian menjadikan para peneliti bisa melakukan analisa perkembangan seni pada fragment al-Quran yang ditemukan.

Fitur penting yang bisa dilihat pada manuskrip di Sana’a yaitu adanya marker atau pembatas pada setiap transisi antar surah dalam penulisan al-Quran.

Transisi ini mengalami perubahan dari awal hingga bagian akhir surah dan biasanya berisi mengenai nama surah dan data lainnya seperti jumlah ayat, tanda ayat dan lain sebagainya.

Style naskah pada manuskrip yang ditemukan di Sana’a ini memiliki gaya yang berbeda dari naskah-naskah yang tertulis pada papyrus masa sahabat.

Baca Juga:  Surah Ali Imran ayat 101-108; Seri Tadabbur Al Qur'an

Diantara perbedaan yang terlihat yaitu adanya penambahan sedikit garis atau titik di bagian atas atau di bagian bawah untuk mengidentifikasi suatu huruf. Hal ini bisa dilihat pada penulisan huruf fa dan qaf dimana terdapat tiga cara penulisan untuk melakukan identifikasi, antara lain:

  1. Terdapat satu tanda hubung di atas untuk fa dan dua untuk qaf.
  2. Terdapat satu tanda di bawah untuk fa dan satu di atas untuk qaf.
  3. Terdapat satu dash di atas untuk fa dan satu di bawah untuk qaf.

Cara pertama telah menjadi standar gaya bahasa di wilayah Timur Arab dan dihadirkan dalam berbagai jenis cetakan al-Quran, kemudian yang kedua menjadi norma di wilayah Barat Arab dan masih bisa ditemukan dalam litograf Quran yang digunakan di wilayah Maghrib.

Sementara cara yang ketiga tidak bertahan lama dan hanya digunakan di sebagian wilayah Hijaz dan Yaman. Identifikasi ini bisa juga ditemukan dan dilihat di dalam prasati Dome of Rock di Yerussalem.

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 41; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Disana sebagian besar terdiri dari kutipan teks-teks al-Quran dan sangat mirip dengan teks al-Quran pada masa awal yaitu ketika huruf fa dan qaf diselingi, maka keduanya memiliki tanda hubung sesuai dengan identifikasi cara ketiga di atas.

Saat ini, penelitian Manuskrip ini terus dilakukan dan dikenal dengan project corpus coranicum, wah kira kira kapan kita mempelajari manuskrip ini juga ya?

Mohammad Mufid Muwaffaq