Mewaspadai Bibit-bibit Islam Radikal di Lingkungan Sekolah dan Perguruan Tinggi

Mewaspadai Bibit-bibit Islam Radikal di Lingkungan Sekolah dan Perguruan Tinggi

Agama hadir untuk dipeluk karena pemahaman dan ketulusan, bukan karena kepasrahan dalam ketakutan, keterpaksaan dan keengganan
(KH. Husein Muhammad).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Pecihitam.org – Radikalisme sebagai gerakan akan membutuhkan ruang untuk beregenerasi dan berkembang, sehingga radikalisme melaju dan merebak dalam setiap lini kehidipan dan akan muncul dengan berbagai macam upaya, termasuk dalam penampilan wajah penuh heroik dalam ruang-ruang bawah sadar setiap pemuda, tidak terkecuali remaja yang ada disekolah.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan yang berpengaruh besar terhadap perkembangan anak dalam membentuk kepribadian dan karakter baik itu menjadi positif maupun negatif. Sebab dalam masa pembelajaran disekolah merupakan proses pembentukan karakter anak yang bisa menjadi modal dasar dimasa yang akan datang.

Menurut psikolog Syamsu yusuf, perkembangan anak usia 12-21 merupakan perkembangan yang signifikan bukan hanya untuk perkembangan fisik belaka, melainkan perkembangan pemikiran dan sikap dalam menghadapi sebuah persoalan juga nampak berkembang. Maka tak ayal jika seorang pemuda sangat rentan untuk bisa dipengaruhi dan disisipi paham radikal.

Saat ini organisasi radikal dan ekstrim di Indonesia kian agresif dalam merekrut anggota terutama pada generasi muda. Kelompok-kelompok tersebut melakukan berbagai macam cara baik langsung maupun tidak langsung (biasanya melalui media sosial). Diantara semua target rekrutan kelompok radikal anak muda merupakan target yang paling moncer untuk direkrut oleh kelompok-kelompok radikal tersebut.

Baca Juga:  Kriteria Kelompok Radikal Menurut Syaikh Yusuf Qardawi

Isu radikalisme di kalangan pelajar sudah sangat mengkhawatirkan. Karena usia pelajar merupakan usia yang sangat mudah untuk dipengaruhi oleh siapapaun, maka sangat jelas sekali kalau kelompok radikal tersebut berupaya untuk bisa merekrut pemuda terutama dikalangan pelajar.

Sehingga muncul tuduhan gerakan radikalis dikalangan pelajar seperti dalam organisasi ROHIS yang ada dalam setiap sekolah ditingkat SMA. Rohis dicurigai menjadi wadah untuk gerakan Islam radikal lantaran kegiatan diskusi-diskusi keagamaannya mengarah pada gerakan Islam radikan dan sumber yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. (Ketua Lakpesdam PCNU Kab. Cirebon Rosyidin)

Pun halnya yang yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi, melalui Lembaga Dakwah Kampus (LDK) gerakan Islam radikal masuk dan berkembang secara pesat sehingga menjadi alat yang tepat dalam menyebarkan faham radikal dalam kalangan mahasiswa. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh LDK akan disisipi pemahaman-pemahaman Islam radikal semacam mengajak berjihad melawan terhadap yang dianggap sebagai musuh Islam.

Lingkungan mahasiswa dianggap sangat cocok untuk menyebarkan bibit-bibit Islam radikal. Sebab mahasiswa yang dianggap sebagai kaum Intelektual mempunyai andil dan pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat sehingga apabila faham radikal ini disampaikan melalui mahasiswa, maka akan dapat diterima oleh kebanyakan orang.

Baca Juga:  Tiga Macam Orang yang Mudah Terbawa Golongan Islam Garis Keras

Menurut Azyumardy azra guru besar UIN Syarif Hidayatullah mengatakan bahwa sebab dari mudahnya mahasiswa terpapar radikalisme ada beberapa sebab.

Pertama pengaruh dosen yang radikal, jadi seblum menjadi dosen biasanya sudah aktif di organisasi kanan seperti LDK (lembaga dakwah kampus), KAMMI (Kesatuan aksi mahasiswa muslim Indonesia) dan yang paling keras HTI.

Kedua, bisa jadi karena keilmuannya. Keilmuan eksakta contohnya, jadi orang yang yang punya disiplin ilmu alam cenderung melihat dunia itu hitam-putih. Orang Islam yang pandangannya hitam-putih biasanya sangat mudah terpapar radikalisme.

Ketiga, dosennya tidak mempunyai kemampuan dan pengetahuan Islam yang komprehensif.

Keempat, dosen dan mahasiswa yang terjangkit Islam radikal itu biasanya tidak faham isu-isu tentang politik Indonesia. Seperti isu tentang demokrasi, mereka mengatakan kalau sistem demokrasi itu tidak sesuai dengan Islam sehingga menyalahkan dan kemudian mudah untuk terprovokasi. Padahal tidak paham dengan apa yang dibicarakannya. (TirtoID)

Melihat bahwa gerakan Islam radikal yang sudah berkembang pesat dikalangan pelajar bukan tidak mungkin bahwa gerakan ini akan terus membengkak sampai diluar lingkungan pelajar. Akibatnya akan lebih banyak simpatisan yang mendukung gerakan Islam radikal yang tujuannya adalah untuk merebut Negeri ini.

Baca Juga:  Pernikahan Wanita Salafi Wahabi dengan Pria Nahdliyyin, Mungkinkah?

Solusi yang dibutuhkan saat ini adalah pemerintah bersama-sama dengan pemangku kebijakan didalam sekolah maupun perguruan tinggi harus gencar untuk mengawasi setiap gerakan radikal ini dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bisa mencegah agar gerakan ini tidak terus berkembang.

Fahmina Institute memberikan sebuah solusi jitu untuk mengcounter gerakan Islam radikal yang sudah menjangkit kalangan pelajar tersebut. Yakni dengan membuat sebuah kegiatan yang bisa memberikan pemahaman-pemahaman yang benar tentang keislaman dan keindonesiaan. Salah satunya dengan membuat SETAMAN (Sekolah cinta perdamaian) yakni sekolah non-formal yang dilaksanakan diluar kegiatan formal sekolah.

Keadaan radikalisme dikalangan pelajar sudah sedemikian menghawatirkan, sehingga harus bisa segera ditindak oleh kita bersema terutama oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Demikian semoga bermanfaat. Tabik!. #PLUR4ALL.

Fathur IM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *