Min Atsari Sujud dengan Akhlak atau Min Atsari Karpet dengan Jidat Hitam?

Atsari Sujud

Pecihitam.org – Atsari sujud maknanya adalah tanda sujud. Tanda sujud yang dimaksud yaitu berupa cerminan akhlak dan perilaku orang-orang yang gemar sujud kepada Allah. Namun sayangnya zaman sekarang Atsari Sujud banyak yang memaknainya dengan tanda hitam dijidat sebagai tanda bahwa dia adalah ahli sujud. Mereka menganggap demikian karena menafsirkan ayat Al-Qur’an yaitu surat AL-Fath ayat 29,

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaaNya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.: (QS. Al-Fath:29)

Mereka yang memaknai ayat ini utuh secara tekstual, mengira bahwa tanda hitam pada dahi mereka adalah bekas sujud yang dimaksud pada ayat tersebut. Padahal maksudnya bukanlah demikian dan pemaknaan tekstual ini kurang pas atau bisa salah kaprah. Sebab maksud dari “tanda mereka” adalah perilaku yang baik yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:  Haruskah Menjawab Adzan Saat Kegiatan Belajar Mengajar Sedang Berlangsung?

Penjelasan yang sebenarnya tentang ayat tersebut ialah kemuliaan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Yang mendapatkan nur Allah sekaligus nur Rasulullah. Kemuliaan itu tampak dari muka mereka yang ikut bercahaya. Muka yang bercahaya itulah bekas sujud yang sesungguhnya, bukan semata tanda hitam pada dahi mereka.

Maulana Habib Luthfi bin Yahya dalam buku beliau menyebutkan juga “Yatala’la’u nuruhum min atsaris sujud” Muka mereka (para sahabat) semakin bercahaya karena sujud mereka kepada Allah SWT. Bukan karena terus menempel pada tempat sujud.

Allah memberikan Nur-Nya kepada para sahabat karena tawadhu’ serta sikap yang ditunjukkan oleh para sahabat, akhlaknya, ketauhidannya serta rasa keyakinan dalam dirinya yang mendalam. Begitu juga dengan kema’rifatan serta dari sujudnya. Sehingga tanda yang nampak ialah bekas sujudnya bukan bekas karpet atau sajadahnya.

Terkadang juga muncul pertanyaan yang nyeleneh. Bagaimana cara menghitamkan dahi tersebut apadah dengan menjedot-jedotkan dahi pada karpet atau sajadah, atau dengan menggosok-godokkan dahi dengan karpet sehingga muncul tanda hitam pada dahi mereka, agar mereka dianggap sebagai ahli sujud. Sehingga hal tersebut juga menjadi perbincangan juga, karena dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi:

Baca Juga:  Tawassul Menurut Pandangan Ahlussunnah Wal Jamaah

عن منصور قال قلت لمجاهد سيماهم في وجوههم من أثر السجود أهو أثر السجود في واجهه الإنسان؟ فقال لاإن احدهميكون بين عينين مثل ركبة العنز وهو كما شاء الله يعني من الشرولكنه الحشوع

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku.” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701)

Dalam beberapa hadits diriwayatkan oleh para perawi bukan malah memuji orang dengan dahi yang hitam, mereka malah menyindirnya bahwa untuk apa tanda demikian hal tersebut malah merusak penampilan.

Padahal banyak sekali dari dahulu yang sholat dengan khusyu dan ahli sujud serta taat ibadah, mereka tidak ada tanda kehitaman di dahinya. Sehingga ketika sujud, sujudlah dengan selayaknya dengan tata cara yang benar jangan terlalu berlebihan agar dianggap taat dimata orang lain.

Baca Juga:  Bagaimana Ashabul Kahfi Bisa Tidur Selama 309 Tahun? Ini Penjelasan Al-Qur'an dan Sains

Sungguhlah ironis kelakuan manusia di zaman sekarang, bukannya min atsaris sujud malah min atsari karpet atau sajadah. Dalam hadits riwayat Imam Ahmad bahwa:

يخرج من قبل المشرق رجال كان هذا منهم هديهم هكذا يقرءون القرآن لا يجاوزتراقهم يمرقون من الدين كما يمرقو السهم من الرميةثم ال يرجعون فيه سيما هم التحليق لا يزالون يخرجون

Artinya: “Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al-Qur’an namun Al-Qur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalu muncul.” (HR Ahmad).

Wallahua’lam bisshawab

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik