Surah Al-Haqqah Ayat 19-24; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah Al-Haqqah Ayat 19-24Surah Al-Haqqah Ayat 19-24

Pecihitam.org – Kandungan Surah Al-Haqqah Ayat 19-24 ini, menggambarkan hamba Allah yang beriman dan beramal saleh pada hari Kiamat. Ketika itu, mereka merasa gembira karena jarak perjalanan yang akan ditempuhnya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan semakin dekat dengan tempat yang disediakan Allah baginya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dengan bangga dan penuh kepuasan orang-orang mukmin berkata, “Aku telah yakin bahwa Tuhan akan menghisabku dan aku akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanku hari ini.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Haqqah Ayat 19-24

Surah Al-Haqqah Ayat 19
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ

Terjemahan: Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”.

Tafsir Jalalain: فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ (Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata) kepada golongannya untuk mengetahui apa yang dia rahasiakan: هَآؤُمُ (“Ambillah) terimalah ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ (bacalah kitabku ini.”) Di dalam ungkapan ini terdapat perselisihan pendapat, manakah di antara lafal haa-umu dan iqra`uu yang menjadi amil dari lafal kitabiyah ini?.

Tafsir Ibnu Katsir: Allah Ta’ala menceritakan tentang kebahagiaan dan kegembiraan orang-orang yang menerima buku catatannya pada hari kiamat kelak dengan tangan kanannya. Karena begitu bahagianya, dia berkata kepada setiap orang yang ditemuinya, “Ambillah, bacalah kitabku ini.” Maksudnya, ambillah bukuku ini dan bacalah, karena dia mengetahui bahwa semua isinya adalah kebaikan murni, dimana dia termasuk orang yang berbagai keburukannya diganti oleh Allah dengan kebaikan.

‘Abdurrahman bin Zaid mengatakan bahwa makna firman Allah: هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ adalah, inilah buku catatanku, bacalah. Kata “umu’ hanya sebagai tambahan. Demikian yang dikatakannnya. Yang benar, kata itu berarti هَآؤُمُ (“Inilah”). Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abu ‘Utsman, dia mengatakan:

“Seorang mukmin diberi buku catatannya dengan tangan kanan dalam perlindungan dari Allah, lalu dia akan membaca beberapa keburukannya. Setiap kali dia membaca satu keburukannya, raut mukanya berubah sehigga dia melewati kebaikannya lalu membacanya sehingga raut mukanya kembali seperti semula. Selanjutnya dia melihat, ternyata keburukan-keburukannya itu telah diganti dengan kebaikan. Pada saat itu, dia akan mengatakan:

“Inilah buku catatanku, bacalah.” Dan telah disampaikan sebelumnya dalam hadits shahih dari Ibnu Umar, ketika dia ditanya tentang an-najwa (surat al-Mujaadilah, dan diungkapkan dalam surah ini dan surah al-Mujadilah karena faidahnya yang banyak), maka dia menjawab: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

“Allah akan mendekatkan seorang hamba pada hari kiamat kelak, lalu Dia menetapkan dosa-dosanya secara keseluruhan sehingga apabila dia telah melihat bahwa dirinya benar-benar telah celaka, maka Allah Ta’ala berfirman:

‘Sesungguhnya Aku telah menutupinya untukmu di dunia dan pada hari ini Aku telah mengampuninya untukmu.’ Sedangkan orang kafir dan munafik, maka para saksi akan mengatakan: ‘Orang-orang ini telah mendustakan Rabb mereka.’ Ketahuilah, laknat Allah itu bagi orang-orang yang berbuat dhalim.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menggambarkan hamba Allah yang beriman dan beramal saleh pada hari Kiamat. Ketika itu, mereka merasa gembira karena jarak perjalanan yang akan ditempuhnya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan semakin dekat dengan tempat yang disediakan Allah baginya.

Perasaan gembira yang demikian sebenarnya telah mereka rasakan sejak roh mereka berpisah dengan jasad. Ketika itu, mereka telah melihat tanda-tanda keberuntungan, sebagaimana firman Allah:

Baca Juga:  Surah Al-Haqqah Ayat 1-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

(Yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” (an-Nahl/16: 32)

Mereka selalu ingat janji Allah dalam firman-Nya: Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih, dan para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan), “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.” (al-Anbiya’/21: 103)

Maka hari yang mereka tunggu-tunggu itu tiba dan orang-orang mukmin menerima catatan amalnya dengan tangan kanan yang disodorkan dari sebelah kanannya, maka meledaklah kegembiraan dalam hati mereka. Mereka pun ingin agar catatan amal itu dibaca oleh teman-temannya yang sama keadaannya dengan mereka, dengan mengatakan,

“Hai teman-temanku yang sama-sama memperoleh keridaan Allah, inilah catatan bahwa kita sama. Ambillah dan bacalah isinya, tentu kamu akan mengetahui bahwa kita semua mendapatkan buku catatan dari sebelah kanan dan sama-sama akan mendapat pahala dari Allah.” Maka mereka pun bersama-sama bergembira.

Tafsir Quraish Shihab: Orang yang diberikan kitab dari sebelah kanannya berkata, sambil mengungkapkan kegembiraannya kepada orang-orang disekelilingnya, “Ambillah, bacalah kitabku ini!

Surah Al-Haqqah Ayat 20
إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ

Terjemahan: Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.

Tafsir Jalalain: إِنِّى ظَنَنتُ (“Sesungguhnya aku yakin) aku telah merasa yakin أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ (bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ (“Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.”) maksudnya, aku benar-benar yakin di dunia bahwa hari ini pasti akan terjadi, tidak mungkin tidak. Sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala: ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُواْ رَبِّهِمۡ (“Yaitu orang-orang yang sangat yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Rabb mereka.” (al-Baqarah: 46)

Tafsir Kemenag: Dengan bangga dan penuh kepuasan orang-orang mukmin berkata, “Aku telah yakin bahwa Tuhan akan menghisabku dan aku akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanku hari ini. Karena itulah, selama hidup di dunia aku beriman kepada Allah serta melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya yang disampaikan Nabi Muhammad. Aku pun yakin bahwa Tuhanku akan menghisab dan menimbang amal perbuatanku.”

Menurut adh-ahhak, setiap perkataan dhann (dugaan) yang berhubungan dengan orang-orang yang beriman, yang terdapat dalam Al-Qur’an berarti yakin, dan kalau berhubungan dengan orang-orang kafir berarti ragu-ragu.

Al-hasan berkata, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman mempunyai dugaan yang mendekati keyakinan (dhann) yang paling baik kepada Tuhannya, lalu mereka meningkatkan amalnya untuk akhirat, sedangkan orang-orang munafik mempunyai keragu-raguan (dhann) yang paling buruk terhadap Tuhannya; maka ia mempunyai amal yang buruk pula untuk akhirat.”

Demikian pula dalam ayat ini. Perkataan dhanantu berarti “aku yakin” bukan “aku ragu”, atau “aku menduga”. Arti yang semakna dengan ini terdapat pula pada firman Allah:

Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.” (an-Nur/24: 12)

Tafsir Quraish Shihab: Sesungguhnya aku, ketika di dunia, yakin akan menghadapi perhitungan ini. Maka aku pun mempersiapkannya untuk pertemuan itu.”

Surah Al-Haqqah Ayat 21
فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ

Baca Juga:  Surah Al-Anfal Ayat 53-54; Terjemahan dan Tafsir Al Qur'an

Terjemahan: Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,

Tafsir Jalalain: فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ (Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai) lafal raadhiyah berarti mardhiyah, artinya diridai.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ (“Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridlai”) yakni penuh keridlaan.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, diterangkan bahwa balasan yang diterima orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan adalah berada dalam kehidupan yang diridai. Hidup yang diridai itu adalah hidup yang dicita-citakan oleh setiap orang yang beriman, yaitu hidup yang diridai Allah, seluruh manusia, bahkan seluruh makhluk Allah.

Tidak ada satu pun yang menaruh iri, dengki, dendam, dan benci kepadanya, sehingga segala sesuatu yang dihadapinya adalah baik dan menimbulkan kebaikan kepada dirinya. Tidak ada sesuatu yang menyakitkan hatinya dan tidak ada perbuatan atau sikap yang menyinggung perasaannya, semuanya enak didengar dan dirasakan.

Dalam firman Allah yang lalu diterangkan bahwa jiwa yang tenang adalah jiwa yang hidup dalam kehidupan yang diridai dan termasuk kelompok hamba-hamba Allah:

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr/89: 27-30).

Tafsir Quraish Shihab: Ia benar-benar dalam kehidupan yang diridai,

Surah Al-Haqqah Ayat 22
فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ

Terjemahan: dalam surga yang tinggi,

Tafsir Jalalain: فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (Dalam surga yang tinggi.).

Tafsir Ibnu Katsir: فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (“Dalam surga yang tinggi”) yaitu istana yang tinggi, dengan bidadari yang sangat cantik, mutiaranya indah, dan kegembiraan di sana bersifat abadi. Dan telah ditegaskan di dalam hadits shahih: “Sesungguhnya surga itu terdiri dari seratus tingkat, yang mana jarak antara dua tingkat sama dengan jarak antara langit dan bumi.” (muttafaq ‘alaiHi)

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan keadaan tempat yang disediakan bagi orang-orang yang beriman di akhirat nanti, yakni suatu tempat yang indah, dan nyaman dengan kebun-kebun dan taman-taman yang menyenangkan hati orang yang memandangnya, dan pohon-pohon yang berbuah rendah, mudah dipetik oleh siapa saja yang menghendakinya, baik sambil berdiri, sambil duduk maupun sambil berbaring.

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman: Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan. Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya. (al-Insan/76: 13-14).

Tafsir Quraish Shihab: dalam surga yang tinggi tempat dan derajatnya.

Surah Al-Haqqah Ayat 23
قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ

Terjemahan: buah-buahannya dekat,

Tafsir Jalalain: قُطُوفُهَا (Buah-buahannya) buah-buahan yang dipetiknya دَانِيَةٌ (dekat) sangat dekat yaitu dapat dicapai oleh orang yang berdiri, orang yang duduk, dan malah orang yang berbaring.

Tafsir Ibnu Katsir: قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (“Buah-buahannya dekat.”) al-Barra’ bin ‘Azib mengatakan: “Yakni dekat sehingga salah seorang dari mereka dapat memetiknya ketika dia tidur di tempat tidurnya.”

Tafsir Kemenag: Ayat ini menerangkan keadaan tempat yang disediakan bagi orang-orang yang beriman di akhirat nanti, yakni suatu tempat yang indah, dan nyaman dengan kebun-kebun dan taman-taman yang menyenangkan hati orang yang memandangnya, dan pohon-pohon yang berbuah rendah, mudah dipetik oleh siapa saja yang menghendakinya, baik sambil berdiri, sambil duduk maupun sambil berbaring.

Baca Juga:  Tadabbur Surah Ali Imran Ayat 149-153; Terjemahan dan Tafsir

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman: Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan. Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya. (al-Insan/76: 13-14).

Tafsir Quraish Shihab: Buah-buahannya sangat dekat untuk diambil.

Surah Al-Haqqah Ayat 24
كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ

Terjemahan: (kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”.

Tafsir Jalalain: Maka dikatakan kepada mereka: كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا (“Makan dan minumlah dengan nyaman) lafal hanii’an berkedudukan sebagai hal, dengan sedap بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ (disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu”) sewaktu kalian di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir: كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـًٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ (“Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” Maksudnya, hal itu dikatakan kepada mereka sebagai karunia, pemberian, anugerah dan kebaikan. Jika tidak, maka telahterdapat hadits yang shahih dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda:

“Beramallah dan kerjakanlah dengan benar atau mendekatinya, ketahuilah bahwa salah seorang di antara kalian tidak akan masuk ke dalam surga karena amalnya.” (muttafaq ‘alaiHi)

Tafsir Kemenag: Para malaikat berkata kepada orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kanan di dalam surga, “Makanlah segala macam jenis buah-buahan dan segala rupa makanan yang ditemukan di dalam surga ini, dan minum pulalah sepuas hati minuman-minuman yang enak dan menyegarkan.

Tidak ada satu pun yang dapat melarang kamu mengambilnya, semuanya itu disediakan untuk kamu sekalian. Semuanya itu disediakan karena kamu sekalian telah beriman kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh serta tunduk dan menyerahkan diri kepada-Nya selama kamu hidup di dunia dahulu.”

Dari perkataan “bima aslaftum” (karena amal yang telah kamu kerjakan) dapat dipahami bahwa pahala yang diterima di akhirat nanti adalah balasan dari hasil iman dan amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia. Hal ini berarti bahwa mustahil seorang hamba memperoleh pahala dari Allah jika ia tidak beriman dan beramal.

Dari perkataan hani’an (dengan sedap) dapat dipahami bahwa makanan dan minuman yang diberikan di dalam surga adalah makanan dan minuman yang luar biasa enaknya, dan tidak pernah ada yang seenak itu rasanya di dunia.

Tafsir Quraish Shihab: Makan dan minumlah dengan enak disebabkan amal saleh yang kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu di dunia.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah Al-Haqqah Ayat 19-24 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S