Surah An-Nur Ayat 39-40; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah An-Nur Ayat 39-40

Pecihitam.org – Kandungan Surah An-Nur Ayat 39-40 ini, Allah memberikan perumpamaan bagi amal-amal orang kafir yang tampaknya baik dan besar manfaatnya seperti mendirikan panti asuhan bagi anak-anak yatim, rumah sakit atau poliklinik untuk mengobati orang-orang yang tidak mampu, menolong fakir miskin dengan memberikan pakaian dan makanan, mendirikan perkumpulan sosial atau yayasan, dan amal-amal sosial lainnya yang sangat dianjurkan oleh agama Islam dan dipandang sebagai amal yang besar pahalanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Amal-amal orang-orang kafir itu meskipun besar faedahnya bagi masyarakat, tetapi amal mereka itu tidak ada nilainya di sisi Allah, karena syarat utama bagi diterimanya suatu amal ialah iman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun, apalagi menganggap makhluk-Nya baik yang bernyawa ataupun benda mati sebagai Tuhan yang diharapkan rahmat dan kasih sayangnya atau yang ditakuti murkanya.

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nur Ayat 39-40

Surah An-Nur Ayat 39
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Terjemahan: Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.

Tafsir Jalalain: وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ (Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar) lafal Qii’ah adalah bentuk jamak dari lafal Qaa’un, yakni padang sahara yang datar.

Yang dimaksud dengan lafal Saraabun adalah pemandangan yang tampak di kala matahari sedang terik-teriknya yang rupanya mirip seperti air yang mengalir, atau lazim disebut fatamorgana يَحْسَبُهُ (ia disangka) diduga الظَّمْآنُ (oleh orang yang kehausan) yaitu orang yang dahaga مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا (air, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun) apa yang disangkanya itu, demikian pula halnya orang kafir,

ia menduga bahwa amal kebaikannya seperti sedekah, yang ia sangka bermanfaat bagi dirinya, tetapi bila ia mati kemudian ia menghadap kepada Rabbnya, maka ia tidak mendapati amal kebaikannya itu. Atau dengan kata lain amalnya itu tidak memberi manfaat kepada dirinya.

وَوَجَدَ اللَّهَ عِندَهُ (Dan ia mendapatkan Allah di sisinya) yakni di sisi amalnya فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ (lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup) Allah memberikan balasan amal perbuatannya itu hanya di dunia سَرِيعُ الْحِسَابِ (dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya) di dalam memberikan balasan-Nya.

Tafsir Ibnu Katsir: Ini merupakan dua perumpamaan yang Allah sebutkan untuk dua jenis manusia kafir. Adapun yang pertama adalah perumpamaan orang kafir yang mengajak pada kekafirannya, ia merasa berada pada perbuatan dan keyakinan yang benar, namun sebenarnya mereka tidak berada di atas kebenaran.

Perumpamaan mereka adalah seperti fatamorgana di tanah yang datar yang terlihat dari jauh seolah lautan luas. Kata “qii’atun” adalah bentuk jamak dari kata “qaa’un” seperti halnya kata “jaa’un” bentuk jamaknya “jii’aanun”.

Dan kata “alqaa’un” juga merupakan bentuk tunggal dari kata “alqii’aanun” seperti halnya “jaarun” bentuk tunggal dari kata “jiiraanun”, artinya adalah tanah datar yang luas dan terhampar, biasanya di atasnya terlihat fatamorgana.

Fatamorgana biasanya terlihat pada tengah hari. Adapun “al-aalu” (fatamorgana) adalah fatamorgana yang terlihat pada pagi hari, terlihat seolah seperti air di antara langit dan bumi. Apabila orang yang membutuhkan air melihat fatamorgana ini, ia pasti mengira bahwa di sana terdapat air, lalu iapun mendatanginya dengan harapan mendapat air dan minum darinya. Ketika sampai di sana ternyata ia tidak mendapatkan apa yang diharapkannya.

Demikianlah orang kafir yang mengira telah melakukan amal-amal kebaikan. Ia mengira telah mendapat sesuatu, kemudian tatkala Allah membalasnya pada hari kiamat dan menghisab dan memintanya pertanggungjawaban amal perbuatannya, ia mendapati amalnya itu merupakan sesuatu yang tidak diterima sama sekali. Kadangkala karena tidak ikhlas dan kadangkala karena tidak mengikuti aturan syariat.

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 6-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Seperti yang Allah sebutkan dalam ayat lain yang artinya: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu [bagaikan] debu yang beterbangan.” (al-Furqaan: 23). Dalam ayat ini Allah berfirman: wa wajadallaaHu ‘indaHuu fawaffaaHu hisaabaHu, wallaaHu sarii’ul hisaab (“Dan didapatinya [ketetapan] Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup.”)

Demikianlah yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ‘Abdullah bin ‘Abbas, Mujahid, Qatadah dan yang lainnya. Dalam ash-Shahihain disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti akan ditanyakan kepada orang Yahudi: “Apa yang dahulu kamu sembah?” Mereka menjawab: “Kami menyembah ‘Uzair putera Allah.” Lalu dikatakan kepada mereka: “Kalian dusta, Allah tidak pernah mengambil anak, lalu apa yang kalian inginkan?”

mereka berkata: “Ya Rabbi, kami haus, berilah kami minum.” Lalu dikatakan: “Tidakkah kalian lihat?” lalu menjelmalah api neraka menjadi fatamorgana yang saling menghanguskan satu sama lain. Mereka pun berlari sambil berseru. Ini merupakan perumpamaan orang-orang jahil murakkab [orang bodoh sekali].

Adapun orang-orang jahil basith [orang bodoh] mereka laksana tomat busuk, yang bisa bertaklid kepada pemimpin-pemimpin kafir, bisu, tuli dan tidak dapat berfikir.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah memberikan perumpamaan bagi amal-amal orang kafir yang tampaknya baik dan besar manfaatnya seperti mendirikan panti asuhan bagi anak-anak yatim, rumah sakit atau poliklinik untuk mengobati orang-orang yang tidak mampu, menolong fakir miskin dengan memberikan pakaian dan makanan, mendirikan perkumpulan sosial atau yayasan, dan amal-amal sosial lainnya yang sangat dianjurkan oleh agama Islam dan dipandang sebagai amal yang besar pahalanya.

Amal-amal orang-orang kafir itu meskipun besar faedahnya bagi masyarakat, tetapi amal mereka itu tidak ada nilainya di sisi Allah, karena syarat utama bagi diterimanya suatu amal ialah iman kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun, apalagi menganggap makhluk-Nya baik yang bernyawa ataupun benda mati sebagai Tuhan yang diharapkan rahmat dan kasih sayangnya atau yang ditakuti murkanya.

Allah menyerupakan amal-amal orang-orang kafir itu sebagai fatamorgana di padang pasir, tampak dari kejauhan seperti air jernih yang dapat melepaskan dahaga dan menyegarkan tubuh yang telah ditimpa terik matahari.

Dengan bergegas-gegas orang yang melihatnya berjalan menuju arah fatamorgana itu, tetapi tatkala mereka sampai di sana, semua harapan itu sirna berganti dengan rasa kecewa dan putus asa karena yang dilihatnya seperti air jernih itu tidak lain hanyalah bayangan belaka.

Mereka tidak hanya merasa kecewa dan putus asa, karena tidak mendapat minuman yang segar, tetapi mereka juga dihantui oleh nasib yang buruk karena di hadapan mereka telah menunggu penderitaan yang tidak tertangguhkan yaitu haus dan dahaga akibat ditimpa panasnya matahari sedang yang kelihatan di sekeliling mereka hanya pasir belaka yang luas tidak bertepi.

Demikian halnya orang-orang kafir di akhirat nanti, mereka mengira bahwa amal mereka di dunia akan menolong dan melepaskan mereka dari kedahsyatan dan kesulitan di padang mahsyar, tetapi nyatanya semua itu tak ada gunanya sama sekali karena tidak dilandasi oleh iman, keikhlasan, dan kejujuran.

Bukan saja mereka dikecewakan oleh harapan-harapan palsu, tetapi di hadapan mereka telah tersedia pula balasan atas segala dosa dan keingkaran mereka, yaitu neraka Jahanam yang amat panas dan menyala-nyala. Allah telah memberitahukan kepada mereka perhitungan amal mereka dan Malaikat Zabaniah telah siap sedia menggiring mereka ke neraka. Allah berfirman:

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.(al-Furqan/25: 23).

Tafsir Quraish Shihab: Orang-orang kafir dan ingkar mengira bahwa mereka telah berbuat baik. Mereka juga menduga bahwa perbuatan baik mereka itu akan mendatangkan manfaat bagi mereka di hari kiamat. Tetapi dugaan mereka itu meleset.

Perumpamaan perbuatan mereka yang salah dan tidak berarti itu adalah seperti kilauan yang muncul akibat jatuhnya sinar matahari pada siang hari di permukaan tanah yang rata (fatamorgana). Orang yang kehausan mengira itu adalah air, sehingga ketika dia mendatanginya, dia tidak mendapatkan sesuatu yang bermanfaat seperti yang dia kira.

Baca Juga:  Surah An-Nahl Ayat 8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Demikianlah pada hari kiamat, amal perbuatan orang kafir akan menjadi seperti debu yang beterbangan. Orang kafir itu akan ditunggu oleh siksa Allah yang terjadi tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi, pembalasan Allah pasti datang. Perhitungan Allah amatlah cepat, tidak dilambatkan dan tidak pula salah.

Fatamorgana adalah peristiwa optis yang disebabkan oleh refleksi cahaya matahari oleh permukaan tanah lapang yang tidak banyak tumbuhan. Fatamorgana akan terjadi saat pantulan cahaya itu sedikit demi sedikit menjauhi permukaan bumi di siang hari, saat suhu udara naik, yang kemudian dapat ditangkap oleh mata orang yang memandangnya.

Pada saat itu, bayangan matahari terlihat terbalik di permukaan bumi, hingga menyerupai cermin raksasa yang menghampar di atasnya, dan bayangan langit biru yang bersih terlihat di situ seperti danau. Bayangan-bayangan pepohonan pun terlihat terbalik pula hingga mengesankan adanya air. Dari keterangan singkat ini tampak oleh kita bahwa fatamorgana, sebagaimana dikatakan ayat ini, tidak lain hanyalah ilusi.

Surah An-Nur Ayat 40
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ

Terjemahan: Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.

Tafsir Jalalain: أَوْ (Atau) amal perbuatan orang-orang kafir yang buruk كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ (seperti gelap-gulita di lautan yang dalam) yakni laut yang amat dalam يَغْشَاهُ مَوْجٌ (yang diliputi oleh ombak di atasnya) di atas ombak itu مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ (ada ombak pula, di atasnya lagi) maksudnya di atas ombak yang kedua itu مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ (awan) yang mendung dan gelap; ini adalah ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ (gelap-gulita yang tindih-menindih) yakni gelapnya laut, gelapnya ombak yang pertama, gelapnya ombak yang kedua, dan gelapnya mendung.

إِذَا أَخْرَجَ (apabila dia mengeluarkan) yakni orang yang melihatnya يَدَهُ (tangannya) di dalam gelap-gulita yang sangat ini لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا (tiadalah dia dapat melihatnya) artinya hampir saja ia tidak dapat melihat tangannya sendiri,

وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ (dan barang siapa yang tiada diberi cahaya oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun) maksudnya barang siapa yang tidak diberi petunjuk oleh Allah, niscaya ia tidak akan mendapatkan petunjuk.

Tafsir Ibnu Katsir: Perumpamaan mereka seperti disebutkan oleh Allah: أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ (“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam.”) Qatadah mengatakan, “bahr lujji”artinya lautan yang dalam.

Firman Allah: يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا atasnya [lagi] awan; gelap gulita yang tindih menindih, apabila ia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir ia tiada bisa melihatnya.”) artinya nyaris ia tidak dapat melihatnya karena sangat gelap. Ini adalah perumpamaan hati orang kafir yang jahil basith muqallid [ahli taqlid] yang tidak dapat mengetahui hakekat orang yang menggiringnya dan tidak tahu mau dibawa kemana.

Seperti yang disebutkan tentang permisalan seorang jahil yang ditanya: “Anda akan pergi kemana?” ia menjawab: “Pergi bersama mereka.” lalu ditanya lagi: “Kemanakah mereka pergi?” Ia menjawab: “Aku sendiri tidak tahu.”

Berkaitan dengan firman Allah: ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ (“Gelap gulita yang tindih-menindih”) Ubay bin Ka’ab berkata: “Ia tidak terlepas dari lima kegelapan; Perkataannya gelap, amalnya gelap, tempat masuknya gelap, tempat keluarnya gelap dan tempat kembalinya pada hari kiamat [menuju] kepada kegelapan yakni ke neraka.” As-Suddi dan ar-Rabi’ bin Anas juga mengatakan hal serupa.

Firman Allah: وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِن نُّورٍ (“[dan] barangsiapa yang tidak diberi cahaya [petunjuk] oleh Allah, tidaklah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”) yakni barangsiapa tidak diberi petunjuk oleh Allah, maka ia pasti binasa, jahil, terhalang, hancur dan kafir. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya yang artinya: “Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tidak ada orang yagn memberi petunjuk.” (al-A’raaf: 186)

Baca Juga:  Surah An-Nur Ayat 27-29; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Ini adalah lawan dari apa yang disebutkan tentang perumpamaan kaum Mukminin: “Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.” (An-Nur: 25). Kita memohon kepada Allah Yang Maha agung, semoga menjadikan cahaya dalam hati kita, di kanan dan kiri kita, dan membesarkan cahaya itu bagi kita.

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini Allah memberi perumpamaan bagi amal orang-orang kafir dengan kegelapan yang hitam kelam yang berlapis-lapis sebagaimana kelamnya suasana di laut yang dalam di malam hari di mana ombak sambung-menyambung dengan hebatnya menambah kegelapan dalam laut itu, ditambah lagi dengan awan tebal yang hitam menutupi langit sehingga tidak ada sekelumit cahaya pun yang nampak.

Semua bintang yang kecil maupun yang besar tidak dapat menampakkan dirinya ke permukaan laut itu karena dihalangi oleh awan tebal dan hitam itu. Tidak ada satu pun yang dapat dilihat ketika itu, sehingga apabila seseorang mengeluarkan tangannya di hadapan mukanya tangan itu tidak nampak sama sekali meskipun sudah dekat benar ke matanya.

Demikianlah hitam kelamnya amal-amal orang kafir itu. Jangankan amal itu akan dapat menolong dalam menghadapi bahaya dan kesulitan di akhirat yang amat dahsyat itu, melihat amal itu saja pun mustahil, karena semua amal yang dikerjakannya tidak diterima dan tidak diridai oleh Allah karena akidahnya yang sesat dan ucapan-ucapan yang mengandung kesombongan atau tindakan mereka yang zalim.

Al-hasan al-Basri berkata tentang hal ini, “Orang kafir berada dalam tiga kegelapan, yaitu kegelapan akidah, kegelapan ucapan dan kegelapan amal perbuatan.” Sedangkan Ibnu ‘Abbas menyatakan, “Kegelapan hati, penglihatan dan pendengarannya.”

Demikianlah keadaan orang-orang kafir, mereka berada dalam kegelapan yang pekat sekali, karena mereka sedikit pun tidak mendapat pancaran Nur Ilahi. Allah tidak akan memberikan kepada mereka pancaran Nur-Nya, karena itulah mereka selalu berada dalam kegelapan.

Tidak ada pedoman yang dapat dijadikan pedoman karena memang mereka sudah sesat sangat jauh sekali tersesat dan tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk kembali ke jalan yang benar sebagaimana firman-Nya:

Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim/14: 27).

Tafsir Quraish Shihab: Ini adalah perumpamaan lain dari perbuatan orang-orang kafir, yaitu seperti gelapnya laut yang luas dan dalam. Gelombangnya saling bertabrakan ketika terhempas, membuat lapisan-lapisan. Lalu gelombang tersebut ditutupi oleh awan tebal yang hitam pekat yang menghalangi cahaya. Inilah kegelapan yang bertumpuk-tumpuk.

Tidak seorang pun penumpang kapal di laut yang dapat melihat tangannya meskipun didekatkan ke mata. Lalu dia terhenti bingung. Bagaimana mungkin dia dapat melihat sesuatu dan terbebas dari kebingungan tanpa adanya cahaya yang meneranginya dalam perjalanan dan melindunginya dari kebinasaan.

Begitu pulalah amal perbuatan orang-orang kafir yang tidak akan bermanfaat sama sekali. Mereka tidak akan keluar dari kebutaan dan kesesatan mereka. Diri mereka juga tidak akan selamat kecuali dengan cahaya keimanan.

Barangsiapa yang tidak direstui oleh Allah untuk mendapatkan cahaya keimanan, maka dia tidak mendapatkan cahaya yang akan menunjukinya kepada kebaikan dan jalan yang benar. Di samping itu, dia termasuk orang-orang yang binasa.

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah An-Nur Ayat 39-40 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S